Sabtu, 02 Mei 2009

Hey, ada book fair lagi !

Belum genap setengah tahun, Purwokerto kembali disuguhi pameran buku yang konon menjadi parameter cerdasnya warga sebuah kota. Februari 2009 kemarin EO BUKABUKU kembali menggelar Pesta Buku untuk yang kali ketiganya. Sebelumnya di Gedung Soemardjito kompleks Unsoed dan kemarin Gedung Paschalis Hall. Kali itu mereka kembali memilih aula gereja di jalam Gereja sebagai lokasi pameran. Lebih enak baca lagi tulisan saya tentang Book Fair di gedung Paschalis Hall di blog saya juga. Eh, maaf baru saya up load.

Selang 2 bulanan, 29 April ini sampai 4 Mei besok giliran EO GIANT menawarkan aneka buku di Super Book Fair 2009. Mengusung tema ‘Saatnya meng-up grade bukumu” EO yang kayaknya baru kali pertama ke kota satria ini berharap eventnya akan sukses. Pemilihan gedung Soetedja sebagai lokasi pameran membuat saya lebih leluasa mengajak siapa saja, termasuk temen-temen MAI SMKN 1 Purwokerto untuk main ke sana. Walaupun hanya lihat-lihat saja, toh banyak buku yang bisa dibaca ditempat. He he… bocoran nih, tips baca buku tanpa harus beli ; baca saja bab Daftar Isi maka kita sudah tahu apa isi bukunya, point-point penting ada di sana. Meskipun kulit, garis besar tapi lumayan tahu dikit daripada ga tahu sama sekali. Atau baca rangkuman di cover belakang. Eh, ini rahasia yaa…
Saya termasuk lelaki yang gila buku, kerennya ‘face book’ dalam arti sebenarnya bukan trend baru berjejaring sosial di dunia maya. Wajah buku artinya wajah yang penuh ilmu. Orang akan dapat ilmu baru saat bertemu. He he biasa bela diri… Maka mata saya pasti berbinar-binar melihat spanduk kuning hitam di perempatan DKT. Seorang temen -bener ini temen- pernah bilang pokoknya beli dulu bacanya nyusul. Yang penting punya dulu. Betul juga. Kapan lagi ada buku murah kalau ga di book fair. Saya langsung ingin membuktikan janji EO GIANT di hari pertama. Ngap gred ngga’

Hari pertama Super Book Fair belum begitu ramai. Biasalah orang – orang lebih memilih datang di yaumil akhir, hari-hari akhir yang diyakini -dan kadang terbukti- akan ada diskon gede-gedean. Sang EO cukup pintar rupanya, iming-iming bagi-bagi ribuan buku gratis terbukti ampuh bisa merangsang nafsu memborong para pengunjung. Termasuk saya. Siang itu setelah satu urusan kantor selesai, saya tancap gas ke Gedung Kesenian Banyumas. Suasana yang belum terlalu ramai sedikit membuat nyaman melihat-lihat dulu, survey dulu lah, catet-catet dulu buku-buku yang rencananya akan dibeli di hari terakhir. Selain penerbit dan toko buku papan atas seperti Syaamil, IBS, GIP, Pro-U ada pula stand VCD islam hingga baju muslim, peci dll. Lirikan mata saya mengkilat di atas panggung. Yusuf Agency cukup ramai. Banyak buku menumpuk di lantai. Beberapa orang sibuk ngorak-arik, ngadul- adul (baca : memporak-porandakan) buku. Hal yang membuat saya tertarik –dan orang lain juga- adalah harganya. Murah. Oke lah berkorban makan pake mendoan malam ini. O ga ding, makan tetep bergizi.

Lumrah dan manusiawi orang suka yang hal yang murah dan bila ditawari pasti he eh, mau mau. Kalau kita mau sabar, teliti dan berjihad wuih…. kita bisa dapat buku bagus dengan harga murah rah, jauh di jurang harga pasaran. Mata saya pun cepat membaca tumpukan buku di rak-rak. Saya berhenti di buku bercover cukup lux, tertulis timbul ‘Konsep Islam Solusi Bagi Ummat’. Nama yang sangat saya kenal ada di bagian bawah ; DR.Yusuf Al-Qaradhawi. Tanpa pikir panjang, sikat !
“Rp.10.000 murah, masih segel lagi. Harga normal mungkin kisaran Rp.30.000 – Rp.40.000an. Buku bagus nih” Saya tersenyum. Puas.
Di pameran buku yan lain saya pernah dapat buku bagusnya Anis Matta, Lc meskipun edisi lama yang penting masih bagus, yang penting isinya; Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga, kumpulan tulisan kolom Ayah di majalah Ummi. Wah, cocok kiye…mung limangewu (Rp.5000). Ada sih edisi revisi cover harganya sekitar Rp.25.000an. Terus buku bagus lainnya ‘Jawaban Pertanyaan Kubur’. Wow ‘ngeri sekali’ walaupun sebagian kita sudah tahu pertanyaan di kubur nanti, dapat bocoran dari para ulama he he tapi belum tentu kita bisa menjawab dengan benar. Saya lihat penulisnya, Oo Ust. Khozin Abu Izzudin dari Solo, nama yang tidak asing.

Oia 1 tips penting mendapat buku yang berkualitas. Lihat penulisnya dulu, lalu judulnya, baru ke penerbitnya. Utamakan penulisnya, penerbit sih ga begitu penting amat. Buku yang berkualitas ditulis oleh orang yang qualify, mumpuni, ahli, yang baik tentunya. Nah, ulama asal Qatar ini sudah sangat dikenal di dunia. Buku-bukunya banyak dijadikan rujukan para ulama sat ini seperti Halal dan Haram, Fatwa Kontemporer dll. Beliau juag banyak menulis buku-buku pergerakan. Ya iya lah beliau juga dikenal sebagai aktivis pergerakan islam terbesar abad XX asal Mesir Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM). IM masih eksis sampai detik ini. Pas Pesta Buku Februari kemarin saya beruntung dapat buku bagus nan murah. Tafsir Al-Qur an Kontemporer yang ditulis oleh Ustadz. Aam Amirudin, Lc. Saya hanya keluar Rp.10.000 ga sebanding dengan ilmu yang ada di sana. Selain itu saya juga bisa dapat buku bagus Rp.5000 karya DR. KH. Didin Hafidhudin. Saat ini pakar zakat ini adalah ketua BAZNAS. Alhamdulillah.
Saya turun dan menyisir deretan stand yang tersisa. Saya teringat dengan keenam saudara saya yang baru. Mereka sedang belajar Islam bersama-sama. Saya membeli Al-Ma’tsuratnya sebanyak 6 buah untuk mereka. Buku kecil ini temasuk buku saku yang laris, konon sudah tercetak 1 juta copy. Saya juga berencana pesan 300an buat untuk event maha penting dalam waktu dekat ini. Al-Ma’tsurat adalah rangkuman doa-doa yang biasa dibaca Rasulullah tiap pagi dan petang. Hadist-haditsnya hasan dan shahih. Buku mungil ini disusun oleh Ustadz. Hasan Al-Banna (alm). Beliau juga termasuk penulis buku yang terkenal terutama di kalangan aktivis dakwah. Kata temen saya, Imam Hasan Al-Banna ini adalah pendiri, ideolog dan mursyid ‘aam I IM (Ikhwanul Muslimin) yang syahid tahun 1928 di Mesir. Dan ternyata beliau itu adalah gurunya DR. Yusuf Al-Qaradhawi. Klop lah.

Soal Al-Ma’tsurat, saya lagi ada program 1 juta Al-Ma’tsurat. Program ini pernah saya canangkan ke temen-temen RIMBAS (Remaja Islam Masjid Agung Baitussalam). Konsepnya sederhana, tiap anak menyisihkan uang jajannya atau gajinya untuk membeli Al-Ma’tsurat yang cuma Rp. 1500. Berikan beberapa ke remaja musholla saat jaulah/kunjungan. Ajak mereka untuk membaca minimal 1 x sehari, pagi saja atau sore saja syukur bisa 2 x. Bukan apa-apa ini amal abadi yang kata Rasul Saw, jika anak Adam mati, terputuslah semua amalnya kecuali 3 hal; amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan ortunya. Amal jariyah itu akan terus berpahala selama sesuatu itu dimanfaatkan. Misal membangun masjid, memperbaiki jalan, merobohkan jembatan (emang bisa mendirikan jembatan…) Nah kita wakaf belum bisa, ga punya tanah lapang, anak sholeh belum punya, nikah saja belum. Oke lah ada anak-anak TPQ tapi itu kan anak orang. Jadi peluang kita ada di point ke-2; al ‘ilmu yuntafan’i bihi, ilmu yang bermanfaat. Selama mereka masih membaca Al-Ma’tsurat, kita pasti kebagian pahalanya. Maka motivasi terus. Ajak mereka untuk melakukan hal yang sama,membaca dan mengajak orang lain. Dalam istilah MLM namanya duplikasi atau kloning dalam istilah biologi. Karena Rasulullah Muhamamad Saw terus memotivasi kita bahwa jika kita menunjukkan (baca : mengajak) orang pada kebaikan, amal sholeh, lalu ia mengerjakannya maka kita mendapat ganjaran sebagaimana orang itu mendapat ganjaran tanpa mengurangi ganjaran orang itu. Sing pentin lagi, luruskan niat sempurnakan ikhtiar. Fair kan ? Adil to ?
Kalau temen-temen sudah istiqomah membaca Al-Ma’tsurat. Buat komunitas, sebut saja komunitas Al-Ma’tsuratan. Ya, ini zamannya komunitas bung. Musuh-musuh islam juga berkomunitas, ber1. Ingat, domba yang sendiri lebih mudah diserang oleh srigala. Maksud loe? Jangan lama-lama sendirinya… he he. Kebersamaan itu melahirkan kekuatan, menciptakan semangat, solidaritas, kepedulian dan persaudaraan. Pekerjaan yang dilakukan bersama (amal jama’i) akan lebih baik daripada sendirian (amal infiradhi). Baik dari sisi pahala maupun kinerja. Bersatu kita teguh,bercerai jangan sampai. Together is better.
Punya banyak buku itu baik dan lebih baik lagi bila dibaca. Saya teringat cerita Imam Al-Ghazali. Suatu hari sang Hujjatul Islam ini memindahkan buku, kitab dalam beberapa gerobak. Pindah kost istilah sekarang. Di tengah jalan dicegat perompak, eh perampok. Biasa basa basi perampok pasti main ancam. Sang Imam memohon silakan boleh ambil apa saja asal jangan buku-bukunya karena amat berharga.
“Kalau bukumu aku rampas maka hilang pula ilmumu. Ilmu itu di otak bukan di buku” celetuk si perampok.
Gara-gara kejadian itu Imam Al-Ghazali sadar dan bertambah rajin membaca dan mengkaji buku, memindahkan ilmu dari buku ke otaknya untuk selanjutnya menerbitkan buku-buku baru lainnya.

Selamat berbelanja, ingat beli buku bukan pengeluaran melainkan investasi jangka panjang.

Purwokerto Kota Satria, 30 April 2009 pkl.23.35 WIB
Besok juz 1 lagi cihuy ! One Day One Juz, GO !

Bhayu Subrata,S.Sos

Tidak ada komentar: