Sabtu, 02 Mei 2009

Slamet batuk – batuk

Hampir sepekan ini harian lokal Banyumas kerap memasang news gunung Slamet sebagai headline selain teka-teki siapa yang maju di Pilpres Juli mendatang. Yang jelas bukan mengalihkan isu. Fenomena gunung meletus bukan rekayasa walalupun bisa. Informasi terakhir gunung tertinggi di Jateng ini sudah mengeluarkan abu yang menghujani daerah lerengnya seperti Bobotsari dan sebagian Pemalang. Berharap bukan wedhus gembel yang lepas dari kandang. Mengerikan. Hawa panasnyanya saja sudah cukup untuk mengeringkan satu sungai dan menghanguskan tetanaman. Pemkab Banyumas via Bupatine sing sering gembelengan mewanti-wanti dan menyarankan masyarakat untuk memakai masker. Daerah melingkar di radius lereng gunung Slamet pun disterilkan dari pendaki dan wisatawan. Beberapa desa juga sudah diminta untuk waspada sebab peringkat si Slamet naik jadi siaga III. Kemarin pagi, kata Pak.Sis, 28 April sekitar pukul 2 pagi moncong gunung Slamet sempat menyemburkan api dengan ketinggian kisaran 500 m. Nyala lahar cairnya berkali- kali terlihat sangat ‘indah’ dari kejauhan. Wah, Slamet marah…
Oia kenalkan ini Pak.Sis. Saya sering sarapan pagi di tendanyatak jauhd ari kantor saya. Kata bapak yang sudah sepuh ini gunung Slamet belum pernah meletus besar hanya letupan kecil, goyang-goyang dikit. Nah, kalau bener-bener meletus maka daerah yang akan terimpa bencana adalah daerah utara gunung Slamet sebab lereng di sana lebih curam.
“Pemalang, Pekalongan, Tegal sebagian akan kena. Kalau Banyumas Purwokerto agak aman karena lereng yang kesini cukup landai” jawabnya tuntas.
Gunung Slamet termasuk gunung yang aktif, Alhamdulillah tidak hiperaktif. Sejak tahun 80an gundukan raksasa ini terus memberikan sinyal atau tanda-tanda kehidupannya. Sesekali hanya asap menggumpal di puncak sana. Kadang getaran ringan tapi sempat tercatat di seismograf. Aliran air panas yang sampai di lokawisata Baturraden juga dicek dan memang terjadi kenaikan suhu. Jadi lebih hot, naik sekitar 7 derajat. Bbbrrrrr…..
Pas di SMP kita juga banyak belajar tentang gunung di pelajaran Geografi. Para mahasiswa juga ada yang konsen di jurusan geologi atau vulkanologi. Gunung adalah fenomena alam yang terjadi bukan tiba-tiba seperti cerita nenek kita. Sambil nginang beliau mendongeng.
“Sang pangeran Sangkuriang menendang perahu dengan akurat padahal dia tidak pernah belajar tendangan pisangnya gelandang AC Milan David Beckam. Uhuk…uhuk… Perahu itu terlempar jauuuh dan jatuh terbalik. Perahu itupun menjadi sebuah gunung. Itulah asal-usul gunung Tangkuban Perahu…” Saya dan cucu-cucu beliau yang lain hanya bisa melongo, ooo… saktinya pemuda Sangkuriang.
“Tapi tetep masih sakti David Beckam Mbah” saya maksa protes.

Mari kita baca fenomena alam ini dengan kacamata agama kita, dengan narasumber Al-Qur an Al-Kariim. Gunung dan semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan-Nya, Rabb Al-‘Alaamin. Alloh Swt lah yang mengatur, mengurus dan menentukan takdir semua makhluknya. Subhanallah…ada + 27 surah yang berisi tentang gunung. Secara ilmiah, Ust.Harun Yahya menulis tentang gunung sebagai berikut :
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)

Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)

Takdir gunung adalah meletus. Jika kita ingat lagi proses terjadinya bumi yang kita kenal dengan teori Big Bang. Teori tersebut menyatakan bahwa alam semesta ini berawal dari sebuah ledakan hebat yang menimbulkan pecahan raksasa yang terus mengembang. Satu persatu menjauh dari sumber ledakan. Sumber ledakan itu lah yang kita tahu sebagai matahari. Pecahan yang teramat banyaknya perlahan mendingin dari luar dan menjadi planet – planet yang kita hafal sekarang. Merkurius yang sangat panas, Venus yang kadang terlihat di senja hari. Lalu Bumi, planet yang berkehidupan, Si merah Mars, Jupiter, the giant planet, Saturnus, planet bercincin, Uranus dan Pluto. Seiring melajunya ilmu pengetahuan, Pluto pun bisa jadi bukan planet terjauh dari matahari. Bumi lah yang dipilih Alloh Swt sebagai satu-satunya planet yang berkehidupan, yang layak ditempati semua makhluk-Nya. Namun belakangan ini para ilmuwan sempat mencoba menacari tahu adakah kehidupan lain di planet selain Bumi. Dari sinilah mereka berimajinasi tentang alien yang semakin heboh saat muncul di film yang pernah kita tonton. Adakah makhluk selain manusia di luar angkasa sana? Itulah pertanyaan yang terus mengisuk kecerdasan mereka .
Kembali ke gunung. Di bagian inti bumi masih tersisa panas yang biasa kita sebut magma. Bumi terus berputar (berotasi) pada porosnya dan berevolusi dengan matahari pada orbitnya. Gerakan bumi ini berdampak banyak hal seperti pasang surut kaut, siang dan malam dan terbentuknya gunung. Proses terbentuknya gunung memakan waktu sangat lama, sangat halus sehingga tak terasa padahal nyata ada.
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Al-Hijr [15] : 19

Gunung tercipta dalam kesempurnaan. Dari jauh sangat indah, begitu mendekat tampak aslinya, berbatu, lereng, sungai, hutan dll namun tetep indah. Gunung sangat kokoh menghujam ke akar bumi. Ia bagaikan pasak yang terpancang kuat menjaga kekokohan bumi.
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk An-Nahl [16]: 15
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.Al-Anbiyaa [21]: 31
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut[1103]? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. An-Naml [27]: 61
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Fushilat [41] :10
Dan gunung-gunung sebagai pasak?, An-Nabaa [78]: 7
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, An-Nazi’at [79]: 32
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Al-Ghasiyah [88] : 19

Gunung yang ada sekarang ini menjadi saluran resmi yang menjaga suhu bumi dari panas dalam dan goncangan ledakan hebat. Panas yang ada di perut bumi sangat lah tinggi maka butuh ruang supaya tidak mampet. Gunung ibarat pori-pori tubuh kita yang akan mengeluarkan keringat sebagai respon saat suhu badan kita naik. Ya, gunung adalah pori-pori bumi. Maka letusan gunung adalah hal yang biasa, adalah nikmat bila kita selalu memperhatikan, menjaga, dan merawatnya. Letusan gunung pasti akan terjadi sebab bila tidak akan membahayakan bumi dan kehidupan manusia. Ibarat api dalam sekam, bara di pusat bumi bisa meledak sewaktu-waktu. Gunung meminimalisirnya dan mengantisipasinya. Letusan gunung berapi juga tidak selamanya buruk dan berbahaya. Lava yang mendingin justru menjadi lahan yang amat subur untuk pertanian, nggih mboten pak tani ? Kita memang tetap harus terus waspada, letusan gunung bisa mengirimkan wedhus gembel, menimbulkan kerusakan dan menewaskan manusia.

Ummat-ummat dulu pernah memanfaatkan gunung untuk kehidupan mereka, untuk tempat tinggal, bercocok tanam dan lain sebagainya. Kaum Tsamudnya Nabi Shaleh diberi kemampuan oleh Alloh Swt untuk mengelola kawasan gunung bahkan mereka bisa membuat rumah di sana. Fenomena itu terulang kini, banyak orang yang membangun vila-vila di kaki gunung, lereng bukit baik untuk kepentingan pribadi-keluarga yakni tempat tinggal maupun kepentingan bisnis duniawi yakni hunian wisatawan. Dengan pongah mereka menebang pohon, membakar hutan, merusak alam dan menggantikan dengan bangunan batu. Ya, mereka bangga bisa menggunduli hutan, menjual kayu (illegal logging) dan mendirikan villa yang akan disewakan. Uang didapat akan tetapi alam dirusak. Akibatnya bencana alam selalu mengancam.
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.Al-A’raf [7] : 74
Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. Al-Hijr [15] : 82
Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. QS. Asy-Syu’ara [26] : 149

Salah satu peristiwa yang sangat mengerikan di hari kiamat nanti adalah hancurnya segala yang ada di muka bumi, termasuk hancurnya gunung. Ciptaan Alloh Swt yang gede banget itu meletus bersama-sama, bayangkan meledak di waktu yang sama, saat sangkakala berbunyi. Seketika segalanya bergoncang hebat dan.... porak porandala isi bumi. Laut meluap menjadi tsunami, bukan cuma satu samudra tapi semua. Manusia bertanya tentang hari kiamat. Apakah semuanya hancur, gunung juga ? inilah jawaban-Nya. Bahkan dijawab oleh Alloh Swt dengan sangat menyakinkan. Dihancurkan sehancur-hancurnya dengan ledakan yang sangat luar biasa. Gunung pun akan luluh lantak tanpa sisa bagai debu yang hampir tak terlihat.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya” QS. Thohaa [20] : 105
Dan apabila gunung-gunung dihancurkan, At-Takwir [81]: 3
Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. QS. Al-Haqqah [69] : 14
Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya. maka jadilah ia debu yang beterbangan. QS. Al-Waqi’ah [56]: 5- 6
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan). QS. Ma’arij [70] : 9
Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, Al-Mursalat [77]: 10

Atau gunung –gunung itu beterbangan seperti bulu, terangkat ke angkasa, melayang-layang dengan cepat dan… BUMMM ! jatuh berantakan di atas bumi. Atau bak pasir yang ditaburkan lalu mengotori udara, membuat mata perih, kelilipan, mengaburkan pandangan dan menyesakkan nafas.
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. QS. Al-Qari’ah [101]
Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan. Al-Muzammil [73]: 14

Bila saat ini gunung Slamet baru asma, sesak nafas dan batuk kecil kita sudah sangat panik, ketakutan, bersiap-siap mengungsi, bagaimana nanti saat semua gunung di bumi ini tidak sempat memberikan isyarat letusan atau memberi tanda akan meledak namun seismograf tidak bisa mendeteksi karena tanda itu sangat tiba-tiba. Meletusnya gunung di hari kiamat nanti akan sangat mendadak sehingga manusia tak akan bisa membaca, mendeteksinya. Dalam hitungan sepersekian detik… kita hanya akan berteriak, berlarian tungggang langgang ketakutan, panik luar biasa. Sementara batu-batu panas, awan panas, lava menerjang apa saja.
Saya sering mengomentari temen-temen pecinta alam yang salah satu hobinya naik gunung, susur pantai, jelajah gua dan lain-lain. Mereka adalah orang yang paling bagus imannya, paling luas wawasannya, paling kuat fisiknya, seharusnya. Bila mereka mau merenungi, menafakuri ayat ini ke-190-192 surah ‘Ali ‘Imran surah ke-3 Al-Qur an.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tidak ada komentar: