Kamis, 26 Maret 2009



Selasa, 24 Maret 2009 saya ke Semarang, ngurus perijinan radio Baitussalam 107,8 FM ke KPID Jateng. Berangkat jam.04.30 sampai dengan selamat jam.08.30 WIB. Terpaksa kita muter kota Semarang dulu jebule kantore pindah ke area Simpang 5.
Saya di mampir sholat Dhuhur di masjid termegah di Jawa Tengah. Subhanallah, Allohu Akbar, Alhamdulillah.Keren abiz !!! Sholat jadi tambah khusyuk, jadi tambah semangat bertilawah.
Saya juga sempet main ke studio radio DAIS FM, radionya Remaja Islam MAJT.Sempet juga nyoba siaran disana.

MY LIFE, MY ADVENTURE !!!

Jumat, 13 Maret 2009

Maaf gw belum nulis lagi…

Beberapa hari ini gw lagi males nulis. Kenapa ya? kata orang nulis itu butuh mood. Kalau lagi moody kita bisa nulis berlembar-lembar, menghabiskan waktu berjam-jam. Sebab kalau ga habis kata embah, nanti ayamnya mati. Lho ini soal nulis apa soal makan ?

Ide nulis hampir selalu ada. Gw dah janji akan langsung duduk manis di depan layar komputer bahkan sampai kepikiran diatas motor ke Purwokerto. Kemarin pas pulkam alias pulang kampung alias mudik alias bali alias ali gupron bin supri, tersangka peledakan bom atom di Hirishoma dan Nagasaki puluhan tahun yang lalu, he he. Ummi (baca: ibunda) baru pulang dari Jakarta, sebelumnya beliau ngabari bahwa beliau dan rombongan majelis taklimnya mo syuuting, eh shooting langsung di acaranya Mamah Dedeh, sebuah acara di tivi swasta yang lagi naik angkot, maksudnya naik daun. Ya, salah satu ‘kelebihan’ Mamah yang asli Sunda euy ini adalah gayanya yang ceplas-ceplos, apa adanya, alamiyah dan pasti islamiyah donk ! Jawabannya lugas, tegas. Ditambah lagi hostnya yang gaul abiz dan lawakan tenan; Abdel. Ya. Abdel adalah temannya Temon yang kadang bloon. Tapi di acara itu Abdel aliiim pisan dengan jenggot hitamnya, peci hitamnya, wajah…. (Anda yang bilang lho…). Pria berkaca mata ini terlihat mirip ustadz, cuma mirip.

Sayang… (dengan nada menyesal, kalau pake nada agak tinggi jadi lain, ehm..ehm) Sabtu itu gw tidur di kontrakan. SMS adik masuk ngabari bahwa pagi ini Ibu ada di tivi. Live ! Gw hanya bisa melongo dan membayangkan lagi ngapain Ibu di studio ya…
“Gw kira kemaren..”

Sesampainya di rumah, beliau langsung mengeluarkan dua lembar foto ukuran 10 R. Satu foto beliau berpose di Masjid Istiqlal, masjid kebanggaan bangsa Indonesia. Eh, ternyata yang yang merancang maket masjid ini orang nasrani lho. Dia menang semacam lomba gitu. Foto yang satu lagi di depan Masjid Kubah Emas, kotanya Ust.Nur Mahmudi Ismail, Depok. Terlihat amat jelas kubah yang berkilau dan mengkilap menguning emas. Dengan bangga, haru dan bahagia beliau bercerita perjalanan perdana dan syuuting pertama beliau di layar kaca, disiarkan langsung lagi, ditonton jutaan pasang mata lagi, se-Indonesia lagi, dingin lagi…
“Abdel nagih salak Yu.. Ibu ya ora nggawa, wong ora pesen “
Arrrtinya : “Abdel nagih salak Yu, Ibu ya tidak bawa orang dia tidak pesan dulu..”

Ya, selain dawet uuuwayu !, kota kecil di lereng gunung Merapi ini, eh gunungnya masih jauh, dikenal juga sebagai produsen buah yang sering dibuat tebakan ‘Sega sekepel dirubung semut apa ?’, (nasi segenggam dikerumuni semut- pen).

“Jebule studione cilik, tapi nang tivi kayane gede banget yaa. Ibu nang ngarep, nang pojok dadi bisa weruh Mamah Dedeh. Nek apek disyuting mandan suwe mbayar seket ewu”
Arrr tinya : Ternyata studionya kecil, tapi di tivi terlihat besar. Ibu (duduk) di depan, di pojok sehingga bisa lihat Mamah Dedeh. Kalau mau dishooting agak lama (harus) membayar lima puluh ribu.
“Wah, asyik ya, mlebu tivi. Sing penting Ibu tambah sregep ngajine, sregep ngibadahe, sregep maca Qur ane” ucapku sambil melahap oleh-oleh dari luar kota. Kok ada peyem…? Ada bakso lagi, ternyata bakso asli Banjarnegara.
Arrr tinya lagi : Wah asyik ya masuk tivi, yang penting Ibu jadi tambah semangat mengaji, rajin ibadah, rajin baca Qur an. Dulu sang bunda pernah saya ‘tantang’ tadarus satu juz sehari. Kalau bisa saya beri hadiah.
Itu salah satu kisah yang mau saya tulis

Terus yang kedua. Saya juga berencana nulis hasil diskusi dengan temen-temen MAI, para siswi SMKN 1 Purwokerto beberapa waktu yang lalu. Tapi sampai sekarang belum jadi juga.
Saya putuskan berdiskusi karena sampai jam.14.00 ga ada 1 pun akhwat yang datang. Saya tetap menjaga niat dan tetap ikhlas. Ciee…
“Pagi ini saya baca koran lokal, saya kaget…” 3 detik saya berhenti. Kata Pak.Tif inilah yang disebut PUNCH, atau pukulan perdana, telak - penuh tenaga. Sebuah teknik dasar komunikasi super efektif. Dan benar seketika perhatian terpusat pada saya. Mereka menunggu apa yang akan keluar dari mulut saya.

“Di Cilacap ada razia HP di sebuah SMP dan SMA. Dan ditemukan beberapa siswa yang bawa HP yang ada foto atau video porno“. Saya mulai serius. Entah kenapa akhir-akhir ini saya selalu menyempatkan waktu membaca kolom Cilacap. Why ?

Lalu saya cerikatan beberapa kasus di media massa tentang foto saru dan video mesum pelajar di beberapa kota di Jateng, yang beredar dan numpuk di internet. Sementara itu internet seperti layaknya HP, sudah menjadi barang yang sangat mudah diakses orang. Lihat saja ada hotspot dll. Inilah paradoks teknologi.
Waduh, ngomongnya sudah kaya pengamat politik saja… ya pengamat, maksudnya menonton.

“Saya tidak setuju kalau ada aturan pelajar dilarang membawa HP ke sekolah” jawab Mawar, bukan nama sebenarnya, he he… siswi PN yang cukup vokal saat saya bertanya kepada yang lain tentang keputusan sekolah itu untuk melarang para siswanya membawa HP ke sekolah.
“Kan cuma HP yang ada kameranya saja, atau yang bisa download internet. Selain itu berkomunikasi itu sudah menjadi kebutuhan. Dan ga bisa dipukul rata semua siswa itu seperti itu” Dia mulai protes.

“Lagian akses intenet bukan cuma lewat HP dan ga hanya di sekolah. Di warnet misalnya” Fitri menimpali, yang ini nama aslinya, dia termasuk siswi yang rajin ikut MAI, nilanya 100 !

“Siapa yang salah atas semua ini, siswa kah ? sekolah kah?, ortu kah ? atau siapa ? Saya memancing di air bening.
“Ya tergantung orangnya Kak. Kalau imannya kuat ya ga akan melihat, mencopy, menonton gambar dan video porno” Seorang yang baru pernah datang langsung menjawab.
“Masalahnya kan ga semua orang kuat imannya, apalagi pelajar seusia temen-temen itu rasa ingin tahunya sangat tinggi, masa puber istilahnya. Saya paham karena saya juga pernah muda…pernaah muda…” saya berlagak seprti host debat yang segera memotong argumentasi lawan, biar agar rame gitu…
Trus apa harus dilakukan agar kita tidak terjebak, terjerumus ke hal-hal yang negatif tersebut ? terus saya ajak mereka berpendapat.
“Yaa meningkatkan iman dan taqwa” jawab siswa yang tadi.
“Adakan razia di sekolah” kali ini si Desi, teman satu bangkunya Fitri bersuara.

“Nah, setuju ngga dengan razia HP di sekolah, sebagaimana dulu pernah ada di zaman saya SMP ada razia, semua siswa diminta kumpul di depan. Lalu pak guru / pak polisi menggeledah isi tas. Alhamdulillah aman, ga ada yang membawa bacan ga bener.Di sini pernah ada ?”. Saya menajam
“Ya” mereka mengangguk
“Ada yang kena”
“Tidak” jawab mereka serempak

“Saya sepakat dengan Desi. Perlu adanya razia sebagai tindakan prefentif. Jadi ada semacam pengawasan. Jadi orang akan berpikir ratusan kali sebab barangkali ada razia. Sama seperti razia atau penertiban sepeda motor. Pak polisi itu pinter, mereka memilih tempat, pertigaan, kelokan tajam sehingga saat orang lewat…kena lo !. Efeknya lumayan, orang yang selalu berhati-hati dengan selalu membawa SIM, STNK dll. Begitu pula razia HP, semoga bisa mengurangi, paling ga siswa akan mengurungkan niatnya mendown load foto saru atau video mesum. Kalau ini dilakukan secara rutin, insya Alloh akan terbentuk pengawasan mandiri” jawab saya panjang lebar
“Yang penting lagi adalah keyakinan bahwa Alloh Swt melihat kita, ada dua malaikat di dua pundak kita. Malaikat juga tahu apa yang kita lakukan.” Saya mengakhiri sesi diskusi ini.

Rabu, 04 Maret 2009

Allohu A'lam

“ Allohu A’lam…”

Siang itu, langit mulai redup. Awan memburam menutupi birunya langit.
“Mba’, ini helm nya siapa ?” Sebuah helm biru gelap ada di tanganku
“Allohu A’lam “ jawabnya singkat kemudian melanjutkan obrolan sesama akhwat
“ ’Afwan Mba’ tolong tadi jawabannya ‘Ga tau’ saja, jangan ‘Allohu A’lam’, terlalu tinggi…” Saya protes.
“Iya, kaya mukul lalat pake palu godam…” sahut seorang dari balik beningnya kaca mata.

** ** ** **
2 kata tadi amat sering kita ucapkan, terutama di kalangan aktivis dakwah, garda terdepan penyebar agama islam. Kata ‘Allohu A’lam’ sering juga kita lihat dan baca di akhir sebuah tulisan di lembar-lembar buletin Jum’at yang ada di masjid-masjid kita atau di artikel di majalah islam yang sering kita pinjam. ??!! Nyindir ni… yang penting kan kembali…
‘Allohu A’lam’ berarti ‘hanya Alloh Swt yang mengetahui’. Maksudnya adalah bahwa Alloh Swt saja yang mengetahui segala hal yang tidak diketahui manusia, biasanya hal-hal yang ghaib seperti kematian, jodoh, nasib, ruh, malaikat, syetan, iblis, surga dan neraka, peristiwa kubur, dan lain-lain. Jadi pemakaian ‘Allohu A’lam’ pun harus tepat dan benar.

Kata tadi juga banyak digunakan untuk mengakhiri atau menutup sebuah tulisan. Misal ada tulisan yang membahas seluk beluk taman surga atau jurang neraka, banyak dalil dipakai, baik dari Qur an dan hadits. Kalau Al-Qur an jelas kebenarannya. Nah, kalau hadits ‘kan ada yang shahih (valid), dhaif (lemah), atau maudhu’ (palsu), sedangkan ilmu kita seputar hadits amat terbatas.’Allohu A’lam’ digunakan sebagai sikap tawakkal, mengembalikan segala urusan pada yang paling tahu kebenaran yakni Alloh Swt. Hanya Alloh Swt yang tahu kadar kebenaran ilmu yang kita sampaikan. Hanya Dia yang tahu niat kita, apa yang kita tulis, kita katakan.

Jadi untuk urusan dunia yang sederhana dan sepele seperti helm siapa ini ?, sandal atau sepatu yang hilang, atau si fulan/ fulanah kemana ? maka lebih baik dan pas ya dijawab dengan kata-kata yang tepat. Karena semua benda itu bisa dicari keberadaannya, bisa diupayakan supaya ketemu atau ada. Agar masih ada nuansa dzikrullah-nya pakai saja hamdalah, istighfar, dll. Misal :
“Ini helm siapa Mas ?
“Masya Alloh, saya kurang tahu tuh…dari tadi udah disitu. Coba tanya Mba’ yang cantik itu.”
“Mas ini gimana sih, ini kan helm laki-laki”
“Lho, emang ada helm untuk perempuan Mba’?
Atau,
“Astagfirullah, tau ga si Bayu kemana, dari pagi belum juga kelihatan ?
“Saya juga ga tau, saya juga sedang nyari. Kita lapor polisi saja”
“Hey, emang saya perilaku kriminal apa…!” Bayu pun nongol

Selasa, 03 Maret 2009

Dahsyatnya Muhammad Muda

Dahsyatnya Muhammad Muda
Bhayu Subrata


Rabi’ul Awwal adalah bulan istimewa bagi ummat islam. Di bulan ini lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami istri Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb. Bayi itu lahir dengan sehat pada 12 Rabi’ul Awwal 571 M tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena belum lama terjadi agresi pasukan Gajah yang dipimpin oleh raja Abrahah nan angkuh dengan target kunci Ka’bah. Alloh Swt menyelamatkan bangunan warisan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s dengan armada udara burung Ababil. Sang kakek kemudian membawanya ke Ka’bah, menjunjungnya tinggi-tinggi dan berkata, “ Namamu Muhammad !”. Kelak bayi ini akan menjadi, nabi, rasul dan utusan Alloh Swt, pemimpin ummat manusia.

Bayi Muhammad lahir dalam keadaan yatim, ayahandanya meninggal dunia saat dia masih di dalam kandungan bunda Aminah. Si kecil Muhammad hidup di perkampungan Bani Sa’d nun jauh dari hiruk pikuk kota Makkah yang kental dengan budaya jahiliyah ; paganisme (menyembah berhala), minuman keras, judi, perbudakan, perzinaan, persaingan & peperangan antar kabilah, dan sebagainya. Sebuah sistem proteksi yang sangat baik.

Sepulang bertakziah ke makam ayahnya, Aminah sakit dan meninggal dunia. Usianya baru 6 tahun, saat Muhammad kecil menjadi yatim piatu. Ia sendiri… tapi mandiri. Meninggalnya kedua orang tuanya seolah-olah menegaskan bahwa calon nabi dan rasul-Nya ini harus diamankan, ‘disterilkan’ dari lingkungan yang buruk (baca : tidak islami) yang akan mempengaruhi pembentukan kepribadian dasarnya

Muhammad belia hidup bersama sang kakek, Abdul Mutahlib. Kasih sayang sang kakek terlimpah curah padanya hingga usianya beranjak 8 tahun. Ayah Abdullah ini pun meninggal dunia. Kemudian pamannya, Abu Thalib melanjutkan mengasuh putra Abdullah ini dengan baik. Di sinilah Muhammad berkenalan dengan dunia baru, dunia niaga yang kelak akan membesarkan namanya. Ia pernah diajak melanglang buana ke negeri Syam, Bushra. Ketrampilan berbisnis Muhammad muda mulai tampak.
“Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam” Tanda kenabiannya telah terbaca oleh Rahib Bahira

** ** ** **
Pengalaman peperangan dialami saat Muhammad meremaja, 15 tahun. Saat itu ia bertugas menyediakan, mensuplai persenjataan alat panah di perang Fijar. Kesempatan terlibat aktif dan berkontribusi meski sederhana tidak disia-siakannya. Menguji nyali, menumbuhkan keberanian, dan menghadapi tantangan. Dalam Fiqh Shirah, Muhammad Al-Ghazali menerangkan bahwa remaja Muhammad juga pernah menggembalakan kambing di kalangan Bani Sa’ad dan di Makkah dengan imbalan beberapa keping dinar. Ini adalah pengalaman berharga dalam ber-ma’isyah dan “ilmu manajemen” beliau. Jadi Muhammad muda juga sudah bekerja keras mencari nafkah, membangun kemandirian dan berlatih menjadi mengatur, mengurusi dan pemimpin ‘massa’.

Pemuda Muhammad tumbuh menjadi pemuda yang berkepribadian baik,berakhlak mulia, bermoral, jujur dalam bertransaksi bisnis dengan siapapun. Pemuda Muhammad juga generasi yang cerdas. Sebuah peristiwa fenomenal kejeniusan Muhammad saat berbuat adil kepada 4 kepala kabilah yang bertengkar hebat gara-gara berebut siapa yang paling berhak mengembalikan batu Hajar Aswad ke tempat semula pasca renovasi Ka’bah. Perhatikan, ketika Muhammad membentangkan selembar kain, lalu keempat kepala kabilah memegang setiap sudut kain itu. Dalam arahan dan kepemimpinan Muhammad, mereka membawa Hajar Aswad bersama-sama, berjalan beriringan. Dan…selesai, Hajar Aswad pun kembali ke tempat semula dengan tangan pemuda Muhammad. Sempurna !
Tindakan yang amat bijaksana, cerdas dan tepat. Sebuah keputusan yang win-win solution, memuaskan, menguntungkan semua pihak. Julukan “Al-Amin” semakin memantapkan posisi tawar Muhammad di mata masyarakat. Inilah modal utama kehidupan; integritas, kejujuran, kredibilitas, kecakapan, dan profesionalisme. Inilah jua tahap lepas landas menuju puncak track record Muhammad muda sebelum menjadi Rasulullah. Ya, akhlak adalah bunga diri, nilai diri dan modal dimana-mana. Muhammad telah mengenalkan strategi, dan teknik dasar dalam men-design citra diri, intregated image dan opini publik.

Muhammad muda dikenal sebagai pemuda yang bersih. Dia tidak pernah melakukan perbuatan buruk seperti miras, menyembah Lata, Uzza dkk dan terlibat dalam upacara / ritual keagamaan mereka. Ia juga peduli, perhatian kepada masyarakat sekitar. Dia sering merenung, memikirkan kondisi sekelilingnya yang bertentangan dengan hati nuraninya. Ia juga pandai menjaga diri, membawa diri, namun tetap supel, luwes dalam pergaulan. Ia dekat dengan siapa saja terutama kalangan menengah ke bawah. Ia adalah pria yang ideal, atletis dan proporsional. Artinya Muhammad amat pintar menjaga kebugaran tubuhnya. Ingat, seumur-umur, beliau hanya dua kali sakit. Hebaat !, berarti fisiknya amat prima. Beliau masih bisa memimpin perang besar saat usianya diatas 50 tahun. Penampilannya menarik, simpatik, dan berakhlak baik luar biasa. Benarlah sabdanya, “innama bu’itsu liutammima makaarimal akhlaq, sesungguhnya aku diutus untuk meyempurnakan akhlak”

Muhammad muda mulai berbisnis dengan Khadijah binti Khuwailid. Wanita kaya raya ini sengaja meminta Muhammad untuk menjualkan dagangannya ke Syam dan beberapa kota-kota dagang lainnya. Kepiawaan berbisnis, kejujuran, kerja keras dan profesionalisme yang dibingkai akhlak mulia Muhammad muda membuat usaha dagangnya maju pesat, pundit-pundi keuntungan pun terus mengembang dan memberat. Semua itu membuat wirausahawati jelita dan saudagar kaya raya ini jatuh hati. Khadijah pun ‘nembak’ Muhammad muda via Mayrasah. Ternyata Maysarah sengaja dipatner dagangkan satu tim dengan Muhammad agar bisa mengamati, memantau, mencari informasi lebih detail seputar pria yang telah menyentuh hatinya. Oo gitu, cerdik sekali perempuan yang satu ini.
Bener juga kata para ulama, kenali watak asli seseorang lewat 3 aktivitas penting, yakni bermalam dengannya, bepergian dengannya dan bertransaksi dengannya.

Singkat cerita, Muhammad muda menerima pinangan Khadijah. Pernikahan pun digelar. Mahar spektakuler berupa 20 ekor unta muda menjadi bukti keseriusan Muhammad. Saat itu unta muda adalah dagangan yang paling mahal, kendaraan perang yang amat andal. Bila dikonversikan ke zaman sekarang mungkin setara dengan 20 mobil mewah. Nek dirupiahkan… maharnya ± 2 M !!!. Subhanallah… dalam usia 25 tahun Muhammad muda adalah lelaki lajang yang sukses dan kaya raya. Bayangkan seluas apa jaringan bisnisnya, berapa banyak kolega bisnisnya. Bisnis yang dibangun atas dasar trust (kepercayaan yang tinggi), profesionalisme, dan kejujuran. Perbedaan usia dengan Khadijah yang saat itu sudah 40 tahun tidak mengurangi kemesraan dan keharmonisan rumah tangga. Sebenarnya mereka sekufu kok…
Cendekiawan muda Indonesia Anis Matta, Lc mengatakan bahwa kesiapan finansial adalah syarat keempat yang perlu ada dalam buku ‘Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu’, meskipun yang terakhir namun amat penting sehingga tidak boleh diremehkan.

. Inilah titik puncak prestasi beliau. Setelah mengukir prestasi gemilang secara pribadi, berkeluarga dan sosial kemasyarakatan. Tibalah saatnya Muhammad bin Abdullah menerima titah Tuhan, pemilik semesta. Alloh Swt mengutus malaikat Jibril membawa wahyu perdana di gua Hira’. Dalam perenungan mendalam (kontemplasi) diatas bukit. Sendiri. Alloh Swt mengangkat Muhammad menjadi nabi dan rasul-Nya yang terakhir dengan risalah paripurna; Al-Islam. Sebuah babak baru kehidupan dunia yang lebih baik pun dimulai.


Purwokerto Kota Satria
5 Rabi’ul Awwal 1430 / 2 Maret 2009