Selasa, 03 Maret 2009

Dahsyatnya Muhammad Muda

Dahsyatnya Muhammad Muda
Bhayu Subrata


Rabi’ul Awwal adalah bulan istimewa bagi ummat islam. Di bulan ini lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami istri Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb. Bayi itu lahir dengan sehat pada 12 Rabi’ul Awwal 571 M tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena belum lama terjadi agresi pasukan Gajah yang dipimpin oleh raja Abrahah nan angkuh dengan target kunci Ka’bah. Alloh Swt menyelamatkan bangunan warisan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s dengan armada udara burung Ababil. Sang kakek kemudian membawanya ke Ka’bah, menjunjungnya tinggi-tinggi dan berkata, “ Namamu Muhammad !”. Kelak bayi ini akan menjadi, nabi, rasul dan utusan Alloh Swt, pemimpin ummat manusia.

Bayi Muhammad lahir dalam keadaan yatim, ayahandanya meninggal dunia saat dia masih di dalam kandungan bunda Aminah. Si kecil Muhammad hidup di perkampungan Bani Sa’d nun jauh dari hiruk pikuk kota Makkah yang kental dengan budaya jahiliyah ; paganisme (menyembah berhala), minuman keras, judi, perbudakan, perzinaan, persaingan & peperangan antar kabilah, dan sebagainya. Sebuah sistem proteksi yang sangat baik.

Sepulang bertakziah ke makam ayahnya, Aminah sakit dan meninggal dunia. Usianya baru 6 tahun, saat Muhammad kecil menjadi yatim piatu. Ia sendiri… tapi mandiri. Meninggalnya kedua orang tuanya seolah-olah menegaskan bahwa calon nabi dan rasul-Nya ini harus diamankan, ‘disterilkan’ dari lingkungan yang buruk (baca : tidak islami) yang akan mempengaruhi pembentukan kepribadian dasarnya

Muhammad belia hidup bersama sang kakek, Abdul Mutahlib. Kasih sayang sang kakek terlimpah curah padanya hingga usianya beranjak 8 tahun. Ayah Abdullah ini pun meninggal dunia. Kemudian pamannya, Abu Thalib melanjutkan mengasuh putra Abdullah ini dengan baik. Di sinilah Muhammad berkenalan dengan dunia baru, dunia niaga yang kelak akan membesarkan namanya. Ia pernah diajak melanglang buana ke negeri Syam, Bushra. Ketrampilan berbisnis Muhammad muda mulai tampak.
“Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam” Tanda kenabiannya telah terbaca oleh Rahib Bahira

** ** ** **
Pengalaman peperangan dialami saat Muhammad meremaja, 15 tahun. Saat itu ia bertugas menyediakan, mensuplai persenjataan alat panah di perang Fijar. Kesempatan terlibat aktif dan berkontribusi meski sederhana tidak disia-siakannya. Menguji nyali, menumbuhkan keberanian, dan menghadapi tantangan. Dalam Fiqh Shirah, Muhammad Al-Ghazali menerangkan bahwa remaja Muhammad juga pernah menggembalakan kambing di kalangan Bani Sa’ad dan di Makkah dengan imbalan beberapa keping dinar. Ini adalah pengalaman berharga dalam ber-ma’isyah dan “ilmu manajemen” beliau. Jadi Muhammad muda juga sudah bekerja keras mencari nafkah, membangun kemandirian dan berlatih menjadi mengatur, mengurusi dan pemimpin ‘massa’.

Pemuda Muhammad tumbuh menjadi pemuda yang berkepribadian baik,berakhlak mulia, bermoral, jujur dalam bertransaksi bisnis dengan siapapun. Pemuda Muhammad juga generasi yang cerdas. Sebuah peristiwa fenomenal kejeniusan Muhammad saat berbuat adil kepada 4 kepala kabilah yang bertengkar hebat gara-gara berebut siapa yang paling berhak mengembalikan batu Hajar Aswad ke tempat semula pasca renovasi Ka’bah. Perhatikan, ketika Muhammad membentangkan selembar kain, lalu keempat kepala kabilah memegang setiap sudut kain itu. Dalam arahan dan kepemimpinan Muhammad, mereka membawa Hajar Aswad bersama-sama, berjalan beriringan. Dan…selesai, Hajar Aswad pun kembali ke tempat semula dengan tangan pemuda Muhammad. Sempurna !
Tindakan yang amat bijaksana, cerdas dan tepat. Sebuah keputusan yang win-win solution, memuaskan, menguntungkan semua pihak. Julukan “Al-Amin” semakin memantapkan posisi tawar Muhammad di mata masyarakat. Inilah modal utama kehidupan; integritas, kejujuran, kredibilitas, kecakapan, dan profesionalisme. Inilah jua tahap lepas landas menuju puncak track record Muhammad muda sebelum menjadi Rasulullah. Ya, akhlak adalah bunga diri, nilai diri dan modal dimana-mana. Muhammad telah mengenalkan strategi, dan teknik dasar dalam men-design citra diri, intregated image dan opini publik.

Muhammad muda dikenal sebagai pemuda yang bersih. Dia tidak pernah melakukan perbuatan buruk seperti miras, menyembah Lata, Uzza dkk dan terlibat dalam upacara / ritual keagamaan mereka. Ia juga peduli, perhatian kepada masyarakat sekitar. Dia sering merenung, memikirkan kondisi sekelilingnya yang bertentangan dengan hati nuraninya. Ia juga pandai menjaga diri, membawa diri, namun tetap supel, luwes dalam pergaulan. Ia dekat dengan siapa saja terutama kalangan menengah ke bawah. Ia adalah pria yang ideal, atletis dan proporsional. Artinya Muhammad amat pintar menjaga kebugaran tubuhnya. Ingat, seumur-umur, beliau hanya dua kali sakit. Hebaat !, berarti fisiknya amat prima. Beliau masih bisa memimpin perang besar saat usianya diatas 50 tahun. Penampilannya menarik, simpatik, dan berakhlak baik luar biasa. Benarlah sabdanya, “innama bu’itsu liutammima makaarimal akhlaq, sesungguhnya aku diutus untuk meyempurnakan akhlak”

Muhammad muda mulai berbisnis dengan Khadijah binti Khuwailid. Wanita kaya raya ini sengaja meminta Muhammad untuk menjualkan dagangannya ke Syam dan beberapa kota-kota dagang lainnya. Kepiawaan berbisnis, kejujuran, kerja keras dan profesionalisme yang dibingkai akhlak mulia Muhammad muda membuat usaha dagangnya maju pesat, pundit-pundi keuntungan pun terus mengembang dan memberat. Semua itu membuat wirausahawati jelita dan saudagar kaya raya ini jatuh hati. Khadijah pun ‘nembak’ Muhammad muda via Mayrasah. Ternyata Maysarah sengaja dipatner dagangkan satu tim dengan Muhammad agar bisa mengamati, memantau, mencari informasi lebih detail seputar pria yang telah menyentuh hatinya. Oo gitu, cerdik sekali perempuan yang satu ini.
Bener juga kata para ulama, kenali watak asli seseorang lewat 3 aktivitas penting, yakni bermalam dengannya, bepergian dengannya dan bertransaksi dengannya.

Singkat cerita, Muhammad muda menerima pinangan Khadijah. Pernikahan pun digelar. Mahar spektakuler berupa 20 ekor unta muda menjadi bukti keseriusan Muhammad. Saat itu unta muda adalah dagangan yang paling mahal, kendaraan perang yang amat andal. Bila dikonversikan ke zaman sekarang mungkin setara dengan 20 mobil mewah. Nek dirupiahkan… maharnya ± 2 M !!!. Subhanallah… dalam usia 25 tahun Muhammad muda adalah lelaki lajang yang sukses dan kaya raya. Bayangkan seluas apa jaringan bisnisnya, berapa banyak kolega bisnisnya. Bisnis yang dibangun atas dasar trust (kepercayaan yang tinggi), profesionalisme, dan kejujuran. Perbedaan usia dengan Khadijah yang saat itu sudah 40 tahun tidak mengurangi kemesraan dan keharmonisan rumah tangga. Sebenarnya mereka sekufu kok…
Cendekiawan muda Indonesia Anis Matta, Lc mengatakan bahwa kesiapan finansial adalah syarat keempat yang perlu ada dalam buku ‘Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu’, meskipun yang terakhir namun amat penting sehingga tidak boleh diremehkan.

. Inilah titik puncak prestasi beliau. Setelah mengukir prestasi gemilang secara pribadi, berkeluarga dan sosial kemasyarakatan. Tibalah saatnya Muhammad bin Abdullah menerima titah Tuhan, pemilik semesta. Alloh Swt mengutus malaikat Jibril membawa wahyu perdana di gua Hira’. Dalam perenungan mendalam (kontemplasi) diatas bukit. Sendiri. Alloh Swt mengangkat Muhammad menjadi nabi dan rasul-Nya yang terakhir dengan risalah paripurna; Al-Islam. Sebuah babak baru kehidupan dunia yang lebih baik pun dimulai.


Purwokerto Kota Satria
5 Rabi’ul Awwal 1430 / 2 Maret 2009

Tidak ada komentar: