Minggu, 09 November 2008

Pemimpin Alternatif, harus itu !

Pemimpin alternatif 2009 ? harus itu !

Bhayu Subrata

Kemenangan senator muda Barack Obama atas politisi gaek Mc Cain pada Pilpres Amerika Serikat 4 November 2008 ini menjadi sejarah baru di dunia. Bukan hanya karena Obama adalah presiden pertama dari kulit hitam, melainkan pula karena bapak dua putri ini masih berusia muda. Berbekal visi besar yang dikemas dalam slogan ‘Change, we believe it’, program-program baru, tim sukses yang handal dan aksi kampanye yang simpatik, suami pengacara Michele Obama ini berhasil mengantongi lebih dari separuh suara warga negara Amerika. Kemenangan Obama tersebut telah menginspirasi dan membangkitkan semangat akan lahirnya kepemimpinan muda di belahan bumi yang lain. Ya, Obamanomena tengah melanda dan mewabah di dunia, tak terkecuali di negeri seribu pulau bernama Indonesia.

Ya, bangsa ini akan segera menggelar kembali event nasional lima tahunan untuk memilih para wakil rakyat dan presiden-wakil presiden untuk masa bakti 2009 -2014. Pemilu tidak lebih dari sebuah mekanisme atau cara untuk menentukan putra-putri terbaik bangsa ini untuk memimpin bangsa, memperbaiki kondisi masyarakat dan mengawal perubahan besar menuju cita-cita mulia yang telah digoreskan pendiri bangsa ini 63 tahun silam. Sebelum pemilu 2009 pun proses penentuan para pemimpin di tingkat daerah sudah terjadi melalui pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung dimana rakyat dapat memilih secara langsung siapa yang layak menjadi bupati, walikota dan gubernur di wilayah masing – masing.

Pemilu 9 April 2009 semakin dekat, nama-nama capres dan cawapres sudah berseliweran di media masa dan menjadi topik perbincangan masyarakat. Wacana presiden ‘balita’ atau di bawah lima puluh tahun yang pernah dilontarkan Presiden PKS, Tifatul Sembiring beberapa waktu lalu menjadi isu paling panas dalam perjalanan menuju kursi R1. Ya, kepemimpinan muda adalah sebuah tawaran alternatif sekaligus dianggap sebagai solusi dari kondisi bangsa yang belum juga bangkit dari krisis multi dimensi selama sepuluh tahun ini. Tuntutan hadirnya wajah-wajah baru sebagai generasi baru yang tidak memiliki dosa sejarah dan bukan bagian dari masa lalu di pentas politik nasional mendapat reaksi keras dari politisi tua (baca : senior) yang kembali maju pada pilpres 2009 ini. Argumentasi fakta sejarah telah membuktikan bahwa kepemimpinan muda lebih mempunyai daya ubah yang besar (reformis), berani dan tegas dalam mengambil keputusan serta lebih menjanjikan adanya perbaikan dijawab dengan dalih belum punya pengalaman di dunia politik dan terlalu dini (prematur) bagi kepemimpinan nasional.

Isu pemimpin muda semakin menguat dengan adanya momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda tahun 2008 ini. Kedua peristiwa sejarah tersebut sama-sama dilatar belakangi oleh kondisi buruk bangsa kala itu dan kepeloporan kaum muda. Seolah-olah mendapat restu sejarah, para calon pemimpin muda bergegas berbenah. Uniknya, pilkada yang sudah berlalu -yang merupakan awal dari perhelatan akbar 2009 dan ajang pembelajaran kedewasaan berdemokrasi-, telah melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang berusia relatif muda yang memberi harapan baru bagi masyarakat, misal Pilwakot Depok dan Pilgub Jawa Barat. Ternyata isu kepemimpinan muda sudah mendapat respon positif dari masyarakat di daerah. Lagi-lagi bak mendapat restu sejarah, para calon pemimpin muda 2009 semakin cepat berbenah.

Bangsa ini perlu banyak belajar dari proses demokrasi di AS yang melahirkan presiden muda berusia 47 tahun bernama Barack Hussein Obama. Kondisi negara terutama perekonomian yang semakin mengkhawatirkan, kemerosotan moral generasi muda, dan banyaknya kebijakan pemerintah AS terutama kebijakan luar negeri yang tidak sesuai dengan aspirasi warganya menjadi titik tolak akan adanya perubahan yang signifikan. Maka saat Obama menawarkan program dan kebijakan baru -yang merupakan antitesa dari kebijakan pemerintahan Goerge W Bush selama ini- mendapat sambutan yang amat luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa rakyat AS menginginkan perubahan yang segera dan nyata. ‘Change, we need it’, itulah mainstream kampanye Obama. Yang menarik dari pidato perdana presiden AS ke-44 ini adalah ungkapan bahwa kemenangan ini adalah kemenangan semua rakyat AS dan ajakan kepada para rivalnya terutama Mc Cain untuk bekerja sama dalam pemerintahan yang baru. Sebuah konsep memadukan semangat generasi muda dan kearifan generasi tua coba diterapkan oleh Obama.

Saat ini bangsa ini membutuhkan pemimpin alternatif yang menjadi harapan baru Indonesia. Pemimpin alternatif itu bukanlah orang-orang kiriman dan warisan masa lalu. Ia juga bukan orang lama dengan dosa sejarah. Ia bukan pula produk sistem yang bobrok. Pemimpin alternatif itu adalah pemimpin yang bisa menawarkan ide-ide baru, gebrakan baru, program – program baru sebagai harapan baru untuk Indonesia baru. Pemimpin alternatif adalah pemimpin yang berkarakter visioner, cerdas, berani dan kuat. Indonesia membutuhkan segera pemimpin baru akan menjebol kebuntuan regenerasi kepemimpinan nasional selama ini. Pemimpin alternatif itu adalah generasi muda. Maka berilah kesempatan kepada generasi muda bangsa ini untuk berjuang, berkontribusi dan menata kembali bangunan Indonesia untuk kebaikan seluruh warga negaranya.

Purwokerto Kota Satria

7 November 2008

tulisan ini sebenarnya mau dikirim ke SINDO tapi ternyata paling lambat 7 November. Tapi ga pa pa ga ada ruginya, sing penting wis nulis

Tidak ada komentar: