Senin, 03 November 2008

Dunia Para Malaikat - By ITHA

Dunia Para Malaikat

Sinar terang itu muncul,tersembunyi di antara rimbunan gelap.

Seorang pengemis tua berjalan menyusuri jalan dengan langkah gontai. Jalan yang tampak lengang sesak dibumbui oleh dedaunan yang berguguran di terpa angin.Gerimis itu mulai menjelma menjadi hujan,yang lambat laun mulai deras. Pak tua tak lagi mampu mempercepat langkahnya untuk berteduh di antara sunyinya malam itu.Angin terdengar berisik saat membahasakan beritanya.

Baginya,jalan yang ia jelajahi seakan tak berujung. Sementara rintihan sang hujan telah setia membasahi sekujur tubuh kurusnya.Angin malam terus berteriak seolah tak bersahabat.Membuat daun - daun yang berjatuhan semakin tak teratur.Badannya mulai menggigil dan bibirnya pun membiru.Sesaat matanya menangkap setitik cahaya yang berada jauh di ujung jalan.Legalah ia karena malam tak lagi akan merubungi untuk sementara waktu.Ia telah menemukan tujuan untuk menjadi persinggahannya sementara.

Cahaya yang ia lihat semakin membesar.Itu merupakan suatu pertanda bahwa jarak antara dia dengan si sumber cahaya tidak seberapa jauh.Pak tua itu seperti mendapat kekuatan baru untuk mempercepat langkah.Ia berhenti sejenak mengambil nafas.Luka yang terdapat di kaki menjadi kendala untuk ia bergegas.Dengan usaha yang keras ia akhirnya bisa memfinishkan tujuannya yang pertama.Sesampainya disana,lampu itu ternyata menerangi dua jalan setapak yang bertolak belakang.Seakan memberikan pilihan untuk mengambil salah satu jalan untuk di tuju.Ia amati jalan tersebut.Kedua pilihan jalan itu agak membuat kelegaannya berkurang.Ia memutuskan untuk menunggu sebentar di balik cahaya lampu.Hingga hujan mulai enggan untuk turun lagi ke bumi untuk sementara waktu

Hujan berangsur-angsur reda.Kali ini dia sudah menentukan pilihannya setelah melewati pertimbangan yang cukup pelik.Hatinya mantap untuk menjelajahi jalan setapak yang terletak di sebelah kiri.Karena tempat itu terlihat cukup nyaman dan lebih indah.Setelah sampai di tengah perjalanan,ternyata pemandangan yang ada memang indah.Tepat seperti apa yang diduga.Rumah - rumah mewah berdiri berjajar,indah dengan tiang-tiang yang tinggi.Dikiri kanannya terdapat banyak tanaman serta kolam ikan.Pepohonan seperti memberi salam padanya dengan lambaian daunnya yang tertiup angin.Sejenak pak tua agak terpana.Mungkin hal itu sudah tidak biasa,namun baginya sangatlah jarang di temui di suatu daerah terpencil.

Lampu-lampu jalan yang aneka warna menyala saling bergantian.Selang beberapa lama ia berjalan,ada sekelompok orang yang tengah asyik bercengkerama.Tempat itu tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.Pak tua agak bahagia karena ia bisa meminta sedekah berupa makanan kepada mereka yang sedang berpesta.Walaupun sedikit,paling tidak itu akan melonggarkan perutnya yang sudah sangat lapar.Ia terpaksa pergi dari emperan toko yang sudah ia anggap sebagai rumah.Karena beberapa pemuda berandal yang sedang mabuk menghajarnya dan menyuruhnya pergi.Bukan cuma itu,ia pun dihadiahkan hantaman-hantaman keras dan pukulan tongkat dari pemuda yang merasa kalau kehadiran pak tua itu mengganggu.

Ia mencoba memberanikan diri untuk mendekati salah satu pria yang memakai kemeja biru,sembari menjinjing jas hitam di tangan kiri. Pakaian yang mereka semua pakai tampak rapi dan indah.Jauh berbeda dengan kaos sobek yng menjadi kebanggannya itu."Permisi...,!!!"suaranya sopan.Pria yang di sapanya itu hanya melirikkan sebelah matanya tanpa merespon.Lantas membuang muka.Pak tua merasa segan dengan.Ia kembali berjalan.Sekarang ia mencoba menghampiri seorang wanita cantik bergaun hitam.Dari dandanannya yang agak mencolok,pak tua berani mengambil kesimpulan bahwa dia adalah nyonya besar.

Untuk yang kedua kalinya ia masih mendapatkan perlakuan yang sama sekali tak ia harapkan.Tak putus asa ia menghampiri orang yang ketiga , keempat,dan kelima.Namun hasilnya nihil.Dari sekian orang yang ia temui tak ada satu pun dari mereka yang mau memberinya sedikit makanan.Melayangkan pandangannya ke pak tua pun mereka enggan.Hatinya tersayat."Apakah kalian tak merasa iba sedikit pun terhadap keadaan saya?"Rintih hatinya.Nafasnya semakin sesak.Rasa lapar itu terus menyiksa tubuh reyotnya.Serasa ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melangkahkan kaki untuk sejenak menjauh.Dengan serpihan sisa kekuatan yang ada,ia mengasingkan diri ke pojok salah satu rumah yang cukup hening.Tempat itu terasa sangat nyaman dari semua ketidaknyamanan hatinya.

Ia mencoba sabar untuk menunggu sampai pesta usai.Saat itu ia bisa memungut sisa-sisa makanan yang ada demi memanjakan sedikit perutnya.Maklum beberapa hari ia belum mengisinya dengan makanan,perutnya pun semakin perih.Setelah menunggu beberapa waktu lamanya event yang ia tunggu pun tiba.Satu persatu orang meninggalkan tempat itu.Ia merasakan setetes embun jatuh mengaliri sanubari sang jiwa.Tetapi satu yang tak ia habis fikir.Pesta tadi benar-benar merupakan ajang maksiat.Pria dan wanita bercampur baur tak terarah.Yang ia lihat kala itu sangatlah jauh dari cerminan manusia yang berakal dan berpendidikan.Pak tua beristighfar penuh penghayatan.Kini matanya nyalang menatap makanan yang tergeletak di tanah berumput hijau.Ia mulai menggeramakkan tangannya ke bawah meja.

Diambilnya roti yang tampak masih sangat lezat itu.Ia mengucap hamdallah atas rezeki yang Allah berikan padanya.Ia tak mau hidup sebagai hamba yang tak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan.Pak tua malahap roti tersebut dengan penuh nikmat.Rona wajahnya memancarkan sinar bahagia.Namun ketenangannya tak berlangsung lama.Baru ia akan menggenapkan gigitannya,sebuah tangan kekar mencengkeram tangannya.Spontan ia ia tersentak dan kaget.Tubuhnya bergetar saat dua pasang mata buas menatap matanya tanpa ampun.

"Heh pak tua!!!Ngapain kamu ambil-ambil makanan disini.Dengar,tempat ini tak pantas untuk orang seperti kamu!!Hardiknya

Pak tua menangis sejadi-jadinya saat roti yang berada dalam genggamannya direbut oleh pria itu.Pria itu menginjak roti tersebut tanpa ampun.Rupanya ia lebih rela kalau roti itu terbuang percuma di tanah,ketimbang diberikan untuknya.Wajahya kini pucat pasi.Wanita yang berada di samping pria itu seolah membenarkan apa yang dikatakan teman kencannya itu.Mereka berdua pergi tanpa perasaan bersalah.Tinggallah paktua sendiri.Dengan perasaan yang kian perih tak terperi ia tinggalkan tempat itu.Tempat yang indah namun hakikatnya hancur.Tak ada keimanan yang tercermin pada setiap penduduknya.Ia merasa terdzalimi.Pak tua menengadahkan tangannya seraya berdoa penuh takzim.Ia yakin kalau Tuhannya Maha Adil dan Maha mengetahui atas apa yang mereka lakukan terhadapnya.

Malam sudah sangatlah larut.Sungguh di luar dugaannya ia akan bertemu orang yang lebih kejam dari pada hewan buas.Suatu tempat yang manusianya tamak,sombong,dan selalu mengumbar nafsu.Memang harta bisa membuat cuaca siang hari menjadi gelap.Begitu pula dengan mudahnya membuat orang yang berakal menjadi orang yang amatlah dungu.

Sudah separuh perjalanan ia lewati menuju tempat pertama kali ia muncul.Sebuah lampu yang memberikannya pilihan.Kali ini ia ingin mencoba ke daerah yang berada di sebelah kanannya.Ia berharap kejadian yang ia alami tidak terulang lagi di sana.Dengan ketidakberdayaan yang amat sangat,ia masih terus berjuang melintasi jalan yang pencahayaannya redup.Untuk menuju tujuannya kini,ia butuh tenaga ekstra.Ia harus terlebih dahulu melewati hutan yang agak rimbun.Benturan di kakinya semakin membuat lukanya bertambah parah.Ia harus menahan rasa sakit setiap kali ia paksakan dirinya untuk berjalan.Darahnya terus mengucur.Rasa lelah dan perih semakin menghujam tubuhnya.Samar-samar ia melihat sebuah tugu pembatas yang berdiri tegak beberapa meter dari tempatnya sekarang.Selangkah....,dua langkah....,tiga langkah....,BRUGG!!!Ia pun jatuh tak sadarkan diri.

---

Matanya tajam menerawang langit-langit kamar yang ia huni.Tempat yang tak ia kenal sebelumnya memberi ia suatu penafsiran baru.Pak tua berangsur-angsur siuman.Ia mendapati dirinya tengah berbaring di asur yang sama sekali jauh dari empuk.Kkinya yang terluka sudah terbalut dengan perban.Wajah pria yang ia tatap tersenyum ramah.Sangat berbeda dengan tatapan sadis yang ia terima dari daerah seberang.Pak tua mengangkat tubuhnya untuk berdiri.Tapi niat itu ia urungkan karena pria tadi mencegah."Bapak belum sembuh betul, lebih baik istirahatlah dulu sejenak di rumah sederhana ini."Pak tua tersenyum.Rumah itu sangat sederhana.Jauh berbeda dengan rumah mewah tadi.

Beberapa hari sudah ia diperbolehkan menginap di sana.Desa yang tak pernah ia kenal namun amatlah asri di hatinya.Disana ia dilayani seolah kerabat sendiri.Tak ada permusuhan antara satu dengan yang lain.Pak Danu/sang pemilik rumah orang yang dermawan.Ternyata setelah beberapa hari ia menetap di sana,ia semakin takjub.Tak hanya pak Danu seorang yang memiliki kemurahan hati.Rata- rata semua penduduk di sana mempunyai sifat yang sama.Mereka saling menguatkan antara satu dengan yang lain.Seakan mereka berpegang pada tali yang sangatlah kuat.Subhanallah....., Allah memberikan kesempatan padanya untuk menerima pelajaran berharga ini.Dua tempat yang sangat berbeda.Seperti jauh berbedanya warna putih dan warna hitam.Seandainya semua manusia yang ada memiliki hati semulia mereka,tentulah kedamaian tercipta di seluruh sudut dunia.Kebaikan hati mereka layaknya malaikat.Bahkan derajat mereka bisa jauh melampaui mlaikat.

Ia mulai membandingkan dengan tempat pertama yang ia jelajahi.Rumah-rumah disana indah namun tak ada yang mau memberikan secuil harta mereka pada orang yang tak berpunya seumpama dirinya.Mereka jauh di bawa hewa ternak.Mereka diberi akal namun tak di\gunakan untuk melihat tanda-tanda kkuasaan RabbNya.Rakus,Sombong,pengumbar nafsu,....semua lengakap pada diri mereka seperti paket komplit.Ia mulai berfikir.Cendrawasih pun kalau sombong hanya sifat itu saja yang jelek darinya.Karena teramat bangga dengan keindahan bulu-bulu yang ia miliki.Tetapi manusia bisa melampaui itu.Padahal mereka di karuniai anugrah yang agung berupa akal.Ia kembali teringat denan tafsir surat At-Tiin seaat secara tak sengaja singgah di dekat masjid.Imam tersebut memberikan penjalasan tentang isi pokok surat tersebut.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya(neraka)"(At-tin 3-4).

Ia kini tampakmengerti akan sesuatu.Semua yang ia alami dapatv emberikannya dua pilihan hidup.Lebih tinggi derajatnya dari malaikat ataukah lebih rendah dar hewan ternak.Ia sudah menemui dua tempat yang mencerminkan dinamika kehidupan manusia.Yang satu Rabbani dan yang lainnya hewani.

Dua bulan setelah ia merasa lebih baik dan sudah memiliki cukup uang,ia putuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.Ia ingin memberitakan pada orang lain apa yang ia alami di kedua tempat tersebut.Tentunya ia tal mau berlama-lama menyusahakan penduduk yang sudah dngan tulus ikhlas menolongnya.Setelah pamit ia langsung bergegas pergi.Hutan yang harus ia lewat untuk kedua kalinya tak membuatnya takut.Semua tampak lebih mudah.Lampu yang sinarnya masih tetap terang itu masih setia menerangi jalan.Ia berhenti sejenak dibawah cahaya lampu untuk kali keduanya.Ia menolehkan kepalanya ke tempat yang ada di sebelah kirinya.Di tengadahkan tangannya sejajar dengan dada.

"Ya Allah Berilah balasan yang setimpal atas apa yang mereka perbuat padaku." Ia memalingkan wajah ke sebelah kanannya. Ia pun brdoa sama halnya dengan doa yagn ia panjatkan sebelumnya.Dengan hati berbinar-binar ia tinggalkan kedua tempat tersebut.Namun ia terhenyak.Ia lupa menanyakan dese apa kepada para penduduk tersebut.Setelah beberapa langkah ia menengok ke belakang.Dalam hati ia berkata "tempat kedua akan selalu ku ingat sebgai kota para malaikat.Dunia nya para malaikat.Dan ia berhrap suatu saat Allah mengizinkannya kebali kesana.

1 November 2008

Sebuah Fiksi

Karya Itha Heryana

SMKN 3 Purwokerto

SS Writting Forum

NURy Youth Centre

Tidak ada komentar: