Senin, 20 April 2009

TT DJ



Titi DJ
(haTi-haTi Di Jalan)

Jum’at pagi ini, hari ke-17 di bulan ke-4, saat saya sedang memfotokopi sesuatu di satu tempat di Karangwangkal, kampus belakang Unsoed. Lama sekali saya tidak main kesini, lebih kurang 3 tahun. Banyak perubahan, banyak bangunan baru di sepanjang jalan. Kalau bukan warnet, ya konter. Kalau bukan warung makan, ya laundry. Wuih semakin semarak saja kawasan mahasiswa yang semakin naik daun ini.

“Braak !” secepat kilat aku berbalik.
“Hey pelan – pelan anjing !” suaranya lantang, ia berang.
Tangannya mengeras menunjuk seorang yang baru saja menepikan motor tidak jauh darinya. Ia bangkit dan bergegas menghampiri pemuda yang tidak sempat meelpas helm. Hampir saja terjadi duel hebat. Satu dua warga segera meminggirkan motor yang kelihatannya masih baru. Lampu sen kanannya pecah, pedalnya juga pasti bengkok. Beberapa sisi bodi kanan tampak tergores beradu dengan aspal. Saya sempat memungut sebuah buku yang terjatuh saat ia terguling.
“Public Policy, buku AN” lirih suaraku sambil menunggu lalu lintas agak sepi. Saya letakan saja di jok motornya. Tak lama kemudian mereka berdua pergi setelah ada deal-deal tertentu. Tentu saja mereka tak ingin lapor polisi, bisa panjang dan lebar urusannya. Biasa polisi pasti akan nanya SIM, STNK yang belum tentu mereka punya. Apalagi korban tidak memakai helm. Wah bisa berabe nih…damai saja aahh…
“Disini sering ada kecelakaan kok mas” si pemfoto kopi pun berkomentar.
“Kemarin dua kali, ya di depan situ” lanjutnya. Saya tersenyum.
“Jalannya sempit, pada ngebut. Perlu dibuat garis kejut kaya di jalan Karangkobar biar ga pada ngebut” akhirnya ide saya bicara.
** ** ** **
Kawasan kampus memang dikenal kawanan yang rawan. Ya rawan kriminal, lihat betapa banyak motor hilang di parkiran fakultas. Rawan asusila, kasus perbuatan amoral sudah bukan rahasia umum, hiii… Rawan kecelakaan, ya kaya cerita diatas. Jalan yang sempit dan lalu lintas yang padat terutama pagi.

Oia, maaf kejadian barusan saya ceritakan apa adanya. Mengapa kata “anjing” saya tulis, ya sekedar ingin menggambarkan betapa marahnya si pemuda. Kayaknya ia mahasiswa pendatang sebab ia ga bilang,” Hey, asu ya!”. Sejuta kali lagi maaf.. Gimana ga marah lagi enak - enak naik motor tiba-tiba jatuh, diserempet lagi, berdarah lagi tangannya.

Oke kita coba bahas kasus diatas, wih detektif Conan beraksi. Kedua orang ini bisa jadi sama-sama salah. Pertama, korban tidak pakai helm, ini kesalahan fatal, fatal sekali. Jangan bilang hukum lalu lintas tidak perlu ditaati gara-gara bukan hukum Tuhan lho, yang buat bukan Alloh Al-Hakiim, yang bikin pak polisi, si manusia biasa. Kata mereka yang berhak membuat hukum, aturan adalah Tuhan jadi ini hukum thoghut, mungkin ada orang yang bilang begitu. Astaghfirullah.. kacian deh lo…ngaji lagi sono…
Tapi mari kita lihat substansinya, memakai helm adalah salah satu anasir dalam maqashidusysyari’ah yakni hifdzul aql atau menjaga akal dan hifdzun nafs atau menjaga nyawa. Akal hanya ada di otak, dan otak itu di kepala. Otak lah yang mengendalikan segala hal yang terstruktur sempurna dalam jasad ciptaan Alloh Yang Maha Indah ini. Jadi eksistensi otak ini sangat amat penting. Ia harus dijaga sebaik mungkin. Otak kita bisa lebih hebat dari komputer paling canggih. Bayangkan bila kita berkendara ga pake helm, kita ngebut atau tidak, lalu Alloh Yang Menggengam setiap nyawa menakdirkan kita kecelakaan baik ditabrak atau menabrak, kita tersungkur. Rambut hitam kita bertemu dengan hitamnya aspal jalanan yang kasar. Darahpun mengucur dari batok kepala kita. Kita mengerang, perih. Lalu gelap, berderai air mata lah keluarga kita. Malaikat maut di depan mata sementara tanah kuburan menanti setia. Atau kita terbentur, kepala diperban, sobek atau gegar otak. Maka memakai helm selain taat pada peraturan lantas juga bentuk syukur kita pada-Nya. Ya, kita menjaga fisik kita yang sama sekali bukan milik kita. Semua itu untuk kebaikan kita kok. Jadi jangan karena ga ada polisi kita ga pake helm. Ada atau tidak ada polisi kita wajib pake helm.
“Kan pak polisinya ga tahu” temenku ngeyel
“Ya betul, tapi Tuhannya pak polisi selalu tahu. Malaikat juga tahu.” Jawabku singkat.

Kedua, si penabrak tidak memberi tanda/kode akan menyalip. Ada dua aturan penting saat akan mendahului kendaraan lain. Lampu sign (baca : sain), kata orang Jawa, lampu sen atau riting, padahal aslinya righting, karena memberi tanda akan belok kanan. Jadi fungsinya sebagai kode karena ga mungkin pake kata-kata, “Awas saya mau belok kanan !’ ga efektif, boros energy. Latah yang lain ada dalam dunia bal-balan, ada cornel, yang bener corner artinya pojok, corner kick, sepak pojok.
Jadi banyak orang malas memberi tanda righting padahal manfaatnya depan belakang. Yang didepan tahu akan ada yang nyalip terlihat dari spion –itupun kalau ada-, dari arah yang berlawanan juga pasti akan mengurangi kecepatannya dan mempersilakan ia menyalip atau nyebrang kanan. Dan yang dibelakang yang mau nyalip tahu kalau yang didepannya mau menyalip yang didepannya lagi jadi kalau dia mau nyalip mendingan ga usah nyalip daripada tetep nyalip padalah dia sudah diberi kode supaya ga nyalip yang mau nyalip, bingung ra? Tapi bagaimana pun si penabrat gentle juga, berhenti dan mau bertanggung jawab.

Satu lagi, yaitu klakson. Apa susahnya, apa ruginya, apa ga enaknya pijit tombol klason, sebentar, satu detik tapi manfaatnya luar baisa. Sebagaimana riting, bunyi klakson juga memberi tanda bahwa kita mau nyalip, istilahnya give me a thousand alias nuwun 1000. Klaksonlah tiga kali, ketika tepat kita di belakang yang mau disalip 1 kali dan persis disampingnya dua lagi. Kombinasi righting dan klakson saat menyalip itulah aturan yang benar. Yang pasti lebih cepet dari yang disalip dong, serta jaga jarak nyalip, kira-kira 50 cm – 1 m lah dari kendaraan yang disalip. Buatlah pola pelangi saat menyalip, fahim tum?

Ketiga, di jalan kampus perlu dibuat garis kejut di titik-titik tertentu seprti di tikungan, pas pintu masuk ke fakultas. Tujuannya untuk meredam nafsu ngebut para pengguna jalan. Meskipun saya yakin akan banyak penentangan seperti yang dulu pernah dilakukan pak polisi di kampus yakni penertiban motor. Sampai ada spanduk yang menamakan dengan Aliansi Mahasiswa Berdaulat di satu pagar kampus. Mereka menolak penertiban karena akan ada banyak yang kena tilang, yaa minimal teguran gara-gara tidak pake helm, cenglu alias boncengan telu, motir yang bannya ketuker sama ban pit tetangganya, motor yang ga ada spionnya. Logikanya merekalah yang terancam, artinya mereka lah yang terbiasa tidak tertib. Ha ha ha ketahuan kalian, dasar bodoh ! Bisa disimpulkan kampus memang sarang ketidakberesan. Maka wajar bila banyak pelajar SMA/SMK jadi berandalan wong kakaknya yang mahasiswa udah nyontoni. Mahasiswa yang katanya kaum intelektual ternyata tidak bisa menggunakan akal yang dengan baik. Mengenaskan…

Berikut 8 tips praktis safety riding di jalan raya :
1. Sebelum berangkat berdoalah dulu, usahakan berwudhu, cek bensin, SIM & STNK, KTP, kartu asuransi, cek juga tekanan ban –terutama yang mau pergi jauh keluar kota dan berdua. Cek juga klakson, lampu depan dan sen. Oia, rem depan dan belakang, cek dulu pakem ngga. Jas hujan, alat servis standar juga perlu
2. Pakailah helm standar yang menutup rapat sampai ke telinga dan berkaca bening biar matanya ngga pedes atau kelilipen (susah nyari padan katanya). Jangan hanya puas dengan helm ala tempurung kelapa apalagi helm pekerja proyek. Pake juga jaket, awas masuk angin karena susah ngeluarinnya. Pake kaos tangan, penutup muka eh hidung dan mulut serta pelindung dada buat yang shafar jauh. Pake kaos berlapis juga bisa.
3. Selama perjalanan patuhilah peraturan lalu lintas. Waspada ferboden, jalan licin, jalan berpasir, jalan becek ngga ada ojek. Kalau di perempatan traffic light atau pertigaan ada tulisan,”belok kiri jalan terus” jangan ditaati karena berbahaya. Belok kiri ya ke kiri masa’ jalan terus. Hati-hati ini jebakan, hanya pengendara yang cerdas lah yang bisa memahami, he he…
4. Jaga jarak aman dan stand by rem bila dibelakang bis, angkot atau truk sebab sewaktu-waktu mereka bisa berhenti mendadak. Jarak aman minimal 2 m sehingga bila tiba-tiba ada lubang di hati eh di jalan kita bisa menghindari.
5. Bila akan menyalip, berilah kode dengan righting dan klason dan segera melaju lebih cepat. Buatlah pola pelangi.
6. Bila terasa ngantuk, istirahat sejenak, carilah masjid, sholat sebentar lalu ngliyep (tidur sebentar). Atau carilah warung makan terdekat untuk mengusir kantuk. Lha piye malah tambah ngantuk, wis wareg sih… Hati-hati banyak kasus kecelakan yang disebabkan oleh kengantukan pengendara alias human eror.
7. Jangan sekali-kali SMS an, nerima telepon atau menelpon seseorang. Ini juga berbahaya. Naik motor itu perlu konsentrasi.. Bila mau SMSan, nerima atau menelpon lebih baik minggir dulu, berhenti dulu. Ingat keluarga menanti di rumah
8. Ucaplah hamdalah sesampainya di tempat tujuan, bersyukur pada Alloh yang menguasai zaman atas keselamatan yang diberikan. Kabari keluarga / teman yang ditinggalkan bahwa Anda telah sampai dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan gerbang kemerdekaan Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur… Kalau bisa bawa oleh-oleh, hi hi.

Tidak ada komentar: