Sabtu, 18 Oktober 2008

5 Prinsip Implementasi Aqidah Islam Dalam Dakwah

Tarbiyah
5 Prinsip Implementasi Aqidah Islam Dalam Dakwah

*Bhayu Subrata **

Ayyuhal ikhwah, aqidah bagi seorang muslim adalah satu hal yang vital, wajib dan fundamental. Terlebih lagi keberadaan ia di bumi ini mengemban dua misi agung; ‘abdullah dan khalifah. Aqidah inilah yang akan menjadi ruh, nyawa dalam setiap geraknya. Secara bahasa aqidah berasal dari ‘aqoda-ya’qidu-‘uqdatan yang berarti ikatan (ar-rabthu), janji (al-‘ahdu) dan keyakinan yang mantap (al-jazmu). Ibnu Taimiyah dalam “Aqidah Al-Wasathiyah” menerangkan makna akidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itumenjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan syakwasangka. Sedangkan menurut Hasan Al-Banna dalam “Al-‘Aqaid ”, aqidah adalah sebagai sesuatu yang seharusnya membuat hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan. Maka ciri-ciri akidah dalam islam adalah :o Akidah didasarkan pda keyakinan hati, tidak menuntut yang serba rasional, sebab ada masalah tetentu yang tidak rasional dalam akidah.o Akidah islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaanya menimbulkan ketentraman dan ketenangano Akidah islam siasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam pelaksanaanya harus penuh keyakinan tanpa disertai kebimbangan dan keraguano Akidah islam tidak hanya diyakini saja, lebih lanjut perlu pengucapan dengan kalimat thayyibah dan diamalkan dengan perbuatan shaleh.o Keyakinan dalam akidah islam merupakan masalah yang supraempiris maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya didasarkan atas indra dan kemampuan manusia saja, melainkan membutuhkan wahyu yang dibawa oleh para rasul dari Alloh SwtAdapun dasar aqidah islam adalah 5 rukun iman yaitu iman pada Alloh Swt, malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari akhir & Qadha-Qadr. Aqidah juga berkaitan erat dengan 6 rukun islam; syahadatain, shalat, zakat, puasa & haji. Maka aqidah kita adalah aqidah islam, sedangkan islam didirikan di atas lima dasar tadi (Hadits Arba’in-HR.Bukhari & Muslim). Syahadatain, inilah pilar utama aqidah kita. Inilah identitas hakiki kita semua.Sebab, segala prinsip keislaman dan keimanan lainnya -selain dua kalimat ini- merupakan prinsip-prinsip pelengkap saja. Iman pada malaikat Alloh, Kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qadr yang buruk ataupun yang baik, shalat, zakat, shaum, dan haji berikut hukum-hukum halal-haram, muamalah, ajaran dan tuntunan islam; kesemuanya itu pada hakikatnya berlandaskan pada prinsip penghambaan diri di hadapan Alloh Swt semata dan sesuai dengan tuntunan yang telah Rasulullah Saw ajarkan pada kita. (Sayyid Quthb -Ma’alim Fiththariq [Petunjuk Jalan] hal.93 )

Dalam blue print bangunan islam kita, aqidah menempati posisi sebagai asas/ pondasi (dasar), bangunannya adalah sistem hidup, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pemerintahan, akhlak, kemiliteran, lalu tiang penegaknya adalah jihad, amar ma’ruf-nahi munkar (dakwah), hukum dan sanksi-sanksinya. Adapun sumber-sumber aqidah kita ada 3 yakni Al-Qur an, As-Sunnah dan Al-Ijma’. Maka aqidah yang lurus, yang bersih ialah mengimani 5 rukun islam & 6 rukun iman, kemudian istiqomah mengamalkannya dengan berpedoman pada sumbernya.Islam adalah aqidah hati nurani, tempat bersumbernya tingkah laku dalam masyarakat dan menjadi sistem kehidupan. Maka aqidah itu sendiri kalau telah terdapat dalam hati nurani, maka ia akan berusaha untuk menyatakan diri dalam kehidupan nyata dalm bentuk hukum (Sayyid Quthb-Dirasatu Islamiyah hal.97)

Aqidah yang shahih dalam pribadi muslim mampu mempengaruhi pandangan hidupnyam paradigma berfikirnya, sikapnya sehari-hari, yakni: Merdeka, artinya lepas dari penghambaan diri selain segala bantuk thaghut (Tuhan selain Alloh)> QS.60: 4. QS.109-105. Kemuliaan/ harga diri/ izzah> QS.63:8. Ketenangan (Ath-Thuma’ninah)>QS.13:28. Rasa aman (Al-Ammu)>QS.6:82. Optimis (At-Tafaul)> QS.12.87. Keberkahan (barakah)> QS.7:96. Berani (Asy-Syaja’ah)>QS.9:40/ QS.41:31. Tawakkal> QS.3:173Inilah kesimpulan makna kalimat yang pertama dari kedua kalimat syahadah, yakni kalimat "Laa ilaaha illallaah" yang konsekuensinya adalah: tidak mencari Rabb selain Allah, tidak menjadikan selain Allah sebagai waliy (penolong) dan tidak menjadikan selain Allah sebagai hakim, sebagaimana diucapkan/ dikatakan oleh Al Qur'an dalam ayat-ayatnya yang sharih dan yang muhkamat. (Yusuf Al-Qaradhawi –Anatomi Masyarakat Islam)

Ikhwati fiddin, dakwah kita adalah aktivitas proaktif menyeru, mengajak, memotivasi manusia kepada Alloh Swt, pada Al-Islam dengan hikmah, kebaikan, keteladanan-contoh yang baik, argumentasi & debat yang elegan sehingga manusia menjauhi thagut, minal dzulumati ilannuur. Maka dakwah selalu bernuansa perbaikan (islah) dan perubahan (inqilab). Islam adalah masa depan, begitu kata Sayyid Quthb. Lalu apa fungsi, peran, manfaat, urgensi aqidah dalam berdakwah? berdakwah adalah sarana/ jalan/ metodologi yang digunakan para nabi dan rasul untuk menegakkan kalimatullah. Seorang muslim pasti ingin memujudkan cita mulia islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, maka tiada jalan lain kecuali berdakwah. Tabiat dakwah bukan menjadi masalah besar jika aqidah kita kuat dan realisasi aqidah dalam dakwah kita rangkum dalam 5 prinsip besar. Antum sudah sangat akrab dengan kelimanya.Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga harum tapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Sebab antara yang haq dan bathil ada pertentangan yang nyata.Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa, dan putus harapan. (Musthafa Masyhur –Fiqh Dakwah hal.7)

Pertama, prinsip Alloh ghayatuna harus ada, sebagaimana tujuan kita diciptakan; untuk beribadah (QS.Adzariat [51]:56), berdakwah pun harus terfokus pada satu titik; Alloh Swt saja dengan ikhlas, ihsan, mencari ridho-Nya. Dakwah para rasul pun selalu berorientasi ridho Alloh (QS. As-Syu’ara [26]: 107-110, 125-127, 143-145, 162-164, 178-180]). Berwala’ pada Alloh Swt, Rasul-Nya dan orang mukmin serta mem-bara’ selain ketiganya. Ridho pada semua ketentuan-Nya. Janji Alloh Swt pasti benar, bahwa Dia akan menolong hambanya yang menolong agama Alloh (QS. Muhammad [47]: 7). Alloh Swt juga selalu bersama orang-orang yang bertaqwa, orang yang benar, orang yang shaleh.

Kedua, prinsip Ar-Rasul qudwatuna -terutama Muhammad Saw menjadi wajib. Menjadikan mereka sebagai teladan, rujukan dan tuntunan adalah konsekuensi logis aqidah kita; syahadah risalah kita (QS.Al-Ahzab [33]: 21). Menjalankan sunnah-sunnah Muhammad Saw merupakan risiko yang indah. Berusaha mempunyai sifat Shiddiq (jujur, benar, kuat), Tabligh (komunikatif, merakyat, populis), Amanah ( terpercaya, kredibel, akuntabel) dan Fathonah (cerdas, cermat, pintar & profesional) juga penting. Cara berdakwah pun telah digaris besarkan (QS. An-Nahl [16]:125). Ketegaran Muhammad Saw saat dilempari batu oleh penduduk Thaif, kesabaran Nabi Nuh a.s selama 900 tahun, keberanian Nabi Ibrahim a.s. Akhirnya mengkaji Sirah Nabawiyah menjadi perlu. Beribadah sebagaimana beliau beribadah dan berakhlaq dalam berdakwah sebagaimana Abul Qasim berakhlaq dalam berdakwah juga bagian dari aplikasi akidah dalam dakwah.

Ketiga, prinsip Al-Qur an dusturuna adalah harus. Membacanya, mengkajinya, mentadaburinya, melaksanakan perintah-Nya dalam Al-Furqon, menjauhi larangan di dalam Ad-Dzikr. An-Nuur lah kitab yang terlengkap, memuat semua aturan dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sepertiga Al-Syifaa adalah kisah yang menguatkan perjalanan Rasulullah Saw, menambah ilmu dan hikmah beliau. Al-Qur an adalah sumber (hukum) islam, the way of life maka aplikasi lainnya adalah mengamalkan islam, marketting islam, mendakwahkan islam. Para dai menjadikan islam sebagai pedoman hidup, rujukan hidup, dan solusi atas segala persoalan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Ia suatu sistem yang sempurna yang mencakup kegiatan orang-seorang dalam keluarga, dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan internasionalnya. Ia menentukan hukum-hukum berbagai macam hubungan dalam segala bidang itu, dan mengadakan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan ini. (Sayyid Quthb-Dirasatu Islamiyah hal. 97)

Keempat, prinsip Al-Jihad sabiluna merupakan jalan yang wajib dilalui. Jihad adalah kesungguhan di jalan Alloh Swt. Semangat berjuang, berkorban, mengerahkan segala kekuatan dan potensi untuk kemenangan Islam dengan kedisplinan, keseriusan, manajemen dan perencanaan. Semua hal tersebut menjadi penting dalam berdakwah. Berjihad memiliki keutamaan yang besar yang membedakan dengan orang yang tidak ikut berjuang (QS.An-Nisaa [4]: 95. Julukan mereka adalah orang yang benar-benar beriman, mereka mendapat ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia (QS. Al-Anfaal [8]: 74) bahkan termasuk golongan Muhammad (QS.8:75). Allohu Akbar! Fursanu finnahar wa ruhbanu fillail, itulah gambaran aktivitas para shahabat.Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang terus berlaku sampai hari kiamat. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya “Barang siapa mati, sementara ia belum pernah berperang dan belum berniat untuk berperang, maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah” (Hasan Al-Banna- Surat Terbuka Untuk Generasi Dakwah)

Kelima, Al-mautu fii sabilillahi asmaa amaninaa menjadi impian. Seorang muslim mempunyai slogan ‘hidup mulia atau syahid dijalan-Nya’. Mati adalah pasti, tiada yang bisa menunda dan memajukan kecuali atas kehendak-Nya. Alloh Swt menjelaskan bahwa para syhuhada yang terbunuh tidaklah mati, mereka hidup disisi Alloh (QS.Al-Baqarah [2]: 154) dan mendapat rizki dan mereka gembira (QS. Ali-‘Imran [3]: 169) dengan pahala yang besar (QS. An-Nisaa’ [4]: 74). Bahkan para pejuang Alloh Swt dijanjikan surga (QS.At-Taubah [9]: 111)/ (QS.Al-Hajj [22]: 58)/ QS. Muhammad [47]: 4-6). Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (QS.’Ali-‘Imran [3]: 195)Secara global, aplikasi aqidah dalam dakwah ada pada aplikasi 2 kalimat syahadah yakni bagaimana kita berdakwah hanya karena Alloh Swt, untuk Alloh Swt menggunakan cara-cara, metode, misi & strategi, referensi dari Nabi Muhammad Saw.*.

Tulisan untuk Latihan Kader II UKI FH Unsoed, 23-25 Desember 2006.

Tidak ada komentar: