Sabtu, 18 Oktober 2008

Takziah di hari raya

Takziah di hari raya

Satu lagi tradisi para pemudik di hari-hari raya ini. Di hari pertama ‘ id itu banyak orang yang ta’ziah ke kuburan. Entah siapa yang memulai tradisi ini. Selepas bersalam-salaman dengan tetangga, banyak dari kita menyempatkan waktu untuk bertakziah ke tempat tinggal orang mati ini. Tidak tanggung-tanggung anak, cucu, keponakan juga diajak serta. Tak terkecuali di kuburan Jenggul, kira-kira 1 km dari rumah saya. Mobil dan sepeda motor berplat luar daerah berjejer rapi di tepi jalan. Pagi itu tukang parkir dadakan tampak sibuk mengatur lalin. Lumayan ada sripilan alias rejeki tambahan.

Pagi itu kuburan yang biasanya sepi kini terlihat ramai. Orang-orang berjalan menyemut menuju tempat yang kerap dianggap paling angker sedunia itu. Entah apa yang terpikir dan terucap saat memasuki areal pemakaman. Para pengemis pun menyambut rombongan pentakziah dengan wajah dan tangan mereka yang lusuh. Satu-persatu uang receh pun ramai mengisi bungkus permen. Mereka pun sibuk mencari kuburan mbah, saudara atau orang tuanya. Beberapa kuburan sudah dikepung oleh sanak saudara, mereka membersihkan rerumputan liar, sampah daun, dan tanah yang mengotori bangunan keramik kecil. Bangunan kecil itu memang kotor dan tidak terawat, maklum mereka hanya sempat main kesana setahun sekali, itu pun gara-gara idul fitri. Coba kalau tidak ada idul fitri, bisa jadi mereka sudah lupa siapa nenek moyang mereka. Salah seorang dari mereka mengeluarkan sebotol air lalu menyiramkannya rata kakan ke kiri. Satu lagi menaburkan bunga mawar diatas tanah yang basah itu. Kini mereka duduk mengitari gundukan tanah lalu khusyuk membaca wirid-wirid pendek, mendoakan si mayit, sebagian lagi membaca surah Yasin. Tak jarang air mata menetes, teringat akan si mayit dulu. Lucunya ada yang mengenalkan anak, mantu, dan cucu ke si mayit. Emang denger …

Bau Hinduisme di Jawa memang masih menyengat. Kepercayaan bahwa air yang disiram bisa ngademi mayat yang kepanasan di tepian neraka. Kita hanya bisa menebak si mayit sedang tidur nyenyak menunggu dibangkitkan atau tersiksa luar biasa hingga kiamat. Mengapa harus bunga mawar, bukan bunga bangkai atau godhong gedang. Orang Jawa memang senang dengan symbol. Mulai prosesi menguburkan mayat hingga tradisi 7 hari, 40 hari, nyatus, nyewu, those are fully symbols. Melemparkan bunga dan uang receh di belakang keranda selama menuju kuburan adalah symbol bahwa orang mati tidak membawa harta, uang receh sekali pun, apalagi mobil mewah. Bunga adalah symbol harapan agar si almarhum tetap dikenang kebaikannya, tetap baik namanya di dunia. Sayang sejuta sayang, kita tidak bisa menangkap makna dibalik symbol tersebut. Salah siapa ? Wali Songo ? jangan dong. Ini tugas para ustadz, kyai dan da’i untuk segera menjelaskan, meluruskan semua itu. Makanya pada kyai jangan ikut-ikutan ngurusi politik, rebutan kursi dan kekuasaan. Amal jama’i untuk negeri ini bukan seperti itu. Masing-masing sudah ada job-nya. Dan masing-masing punya kontribusi positif dan signifikan terhadapap perbaikan bangsa ini.

)I(

Takziah yang berarti berkunjung, menjenguk ke kuburan pernah diharamkan oleh Rasulullah Saw, namun selang beberapa waktu beliau membolehkannya. Ya, takziah ke makam merupakan perbuatan yang baik. Beruntung mereka masih ingat saudara, keluarga mereka yang telah meninggal dunia. Indah sekali bila takziah tahunan ini dikemas dalam bingkai dzikrul maut. Rasulullah dalam beberapa riwayat beliau menganjurkan ummatnya untuk memperbanyak mengingat mati. Sebuah peristiwa yang pasti akan dialami setiap yang bernafas, tidak hanya manusia. Kullu nasfin dzaiqotul maut…

Tradisi ini perlu dijaga tapi direvisi, di re-niat. Bapak Ibu jangan hanya menyampaikan ke anak, mantu, cucu bahwa ini adalah kuburan Mbah, Eyang, Pakdhu, Budhe atau siapa saja, so mari kita doakan mereka. Namun sampaikan juga bahwa kita semua kan seperti mereka juga. Kita semua akan mati, nyawa akan melayang. Ruh kembali kepada Alloh Swt, raga kembali ke bumi, menyatu lagi dengan tanah. Entah kapan kita kan mati, bisa tahun depan, bisa seminggu lagi, bisa besok pagi atau juga bisa hari ini. Sedang apa kita saat kita mati. Kematian merupakan rahasia Tuhan. Bagusnya bila ada taushiyah singkat saat takziah sehingga mereka tidak sedekar berkunjung, mendoakan akan tetapi juga bertambah iman, bertambah takut pada-Nya. Oia, kalau takut pada Alloh Swt jangan menjauh, tapi mendekat. Kerjakan semua yang disukai Alloh Swt.

Memugar, mengeramik gundukan tanah kuburan juga sebenarnya dilarang oleh islam. Itu tradisi orang Hindu yang perlu diluruskan. Kalau semua kuburan dikeramik, akan banyak orang yang bingung kalau mereka mati dikubur dimana karena kuburan itu ga banyak. Masa dibakar, itu tasyabbuh namanya. Makanya kuburan itu cukup ditandai saja dengan nisan, dibuat data base nya di komputer sehingga 3 atau 5 tahun kedepan bisa diisi ulang. Kan pas tulang belulang itu telah lebur. He he kaya pulsa HP aja. Ya, ini serius, tanah ini terbatas. Belum lagi tanah kuburan yang harus digusur oleh mall, perumahan atau real estate. Jadi inget film Nagabonar Jadi 2.

Dzikrul maut memang tidak harus ke kuburan, tapi bisa dimana saja. Oleh karena itu kita juga sangat dianjurkan untuk ikut melayat orang mati, mulai dari memandikan, menyolati, hingga menguburkannya. Dan kalau kita mau cermat, sebenarnya setiap ada peristiwa kematian itu adalah peringatan bagi kita bahwa suatu saat kita pasti akan seperti itu, diusung, diantar dan didoakan banyak orang. Ada kisah hikmah dari majalah Hidayatullah, suatu saat ada seorang ‘abid, orang sholeh dengan ijin Alloh Swt bisa bercakap dengan malaikat maut saat nyawanya akan dicabut. Orang sholeh itu punya satu permintaan, ia minta dikabari biar bisa bersiap-siap. Malaikat maut menyanggupi. Waktu bergulir tak terasa pekan berganti, bulan berlalu, tahun pun terjadi. Sang pencabut nyawa kembali mendatangi si ‘abid. Si ‘Abid kaget lalu protes sebab selama ini ia tidak diberitahu tanda kedatangan malaikat Izrail.

Berubannya rambutmu, keriputnya kulitmu, kaburnya pandanganmu, melemahnya fisikmu, apakah kau tidak menyadarinya…” Malaikat maut menjawab dengan tenang. Dan satu nyawa pun melayang

Ya, kita sedang menuju mati. Akan tetapi mengapa banyak orang yang tidak sadar ia akan mati. Kenapa yaa? Hanya kematian lah yang bisa mengantarkan kita ke alam keabadian. Silakan pilih; khusnul khotimah atau su ul khotimah. Tentukan pilihan kita sekarang juga ; di surga atau ke neraka. Saatnya memperbanyak bekal pulang pada-Nya.


Yaa Robbiii, yaa khusnil khotimah …

Banjarnegara, 2 Syawwal 1429 H / 2 Oktober 2008


Bhayu Subrata

e-mail : pakbhayu@yahoo.co.id

1 komentar:

Husein Adnan mengatakan...

salam kenal dengan saya. saya Muhammad Husein Adnan.