Sabtu, 18 Oktober 2008

RISALAH DAKWAH BIL RADIO

RISALAH DAKWAH BIL RADIO
Ayyub


Alhamdulillahi arsala rasulahu bil hudaa wa diinil haq liyudzhirahu ‘aladdini kullihi wa kafa billahi syahiida. Asyhadu anla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah. Rabbishrohli sodri wa yassirli amri wahlul ‘uqdatammillisasi yafqahu qawli. Yaa ayyuhalladzina aamanuttaqullaha wa kuulu qawlan sadiida. Yushlih lakum a’ma lukum wa yaghfirlakum dzunubakum.

Bismillahi, Alhamdulillah kini RIMBAS dan Masjid Agung Baitussalam memiliki sarana baru dalam berdakwah yakni radio komunitas Baitussalam FM. Radio yang bersarang di 107,8 M.Hz ini berawal dari hobbi para remaja masjid yang kemudian ingin dikembangkan sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana yang sudah berulang kali saya sampaikan bahwa dakwah yang baik adalah yang bsia menyesuaikan dengan zaman. Maka pilihan mengembangkan radio hobbi menjadi radio dakwah adalah sebuah keputusan yang sangat tepat. Sangat tepat. Konsekuensinya output radio ini adalah kebenaran (baca: islam) dan ajakan untuk mengambil kebenaran itu dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat 45 para RIMBAS’ers sungguh luar biasa. Pasca launching 17 Juni lalu radio ini terus berbenah , salah satunya karena sebagian besar SDM penyiar belum punya skill yang bagus saat berbicara di depan mic, dalam studio dengan pendengar nun jauh disana Ya, mereka bicara dengan objek yang tidak ada di tempat, tidak satu tempat dengannya. Ada kalanya seseorang yang terbisa ngomong, bicara di depan banyak orang belum tentu bisa siaran. Tapi peluang dia bisa bicara dengan baik dan lancar cukup besar dibandingkan dengan mereka yang tidak terbiasa bicara di depan orang. Sehingga untuk yang terakhir ini, mereka harus latihan berbicara sendiri. Tapi semua iti bisa dipelajari dalam waktu singkat.

Suka duka di masa-masa awal radio ini mengudara terutama bagi para penyiar baru pasti ada. Mungkin malah lebih banyak ‘dukanya’. Selama ini saya terus mengamati perjalanan dan perkembangan skill penyiar. Setidaknya ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan oleh para penyiar, yang ini mesti segera ditindak lanjuti.
Pertama, beberapa penyiar masih belum bisa relaks, santai ketika siaran. Ini skill dasar sebab dengan relaks itu kita bisa berfikir luas, runut dan teratur. Pernah ada yang berbasah keringat kaya habis lari muter alun-alun 5 kali. Ada pula yang gemetar kaya menghadapi rektor. Relax itu fun !, rika kudu bombong, kaya kuwe. Itulah sehat rohani. Baca lagi Standart Oprasional Penyiar. Pastikan Anda dalam kondisi seneng, bebas, tanpa beban, plong ! sebelum siaran. Kalau lagi BT, usahakan refresh.

Kedua, beberapa penyiar belum bisa natural, alami, apa adanya. Suara asli kita jangan dibuat–buat. Natural erat kaitannya dengan relaks. Relaks itu natural baik dalam bertutur kata, gesture atau bahasa tubuh juga perlu diwujudkan. Ya, kaya kita ngomong biasa aja , tidak kaku “Hai gimana kabar? Sehat-sehat saja kan? Apa? sedang sakit, innalillahi, ya sudah Ayyub doain yaa biar cepat sembuh… segera ke dokter yaa. Atau mau nyoba dibekam, Ayyub bisa insya Alloh”. Tapi kita tetap kita punya koridor, rambu-rambu kesopanan. Naturality itu ngerti, peka situasi-kondisi di luar sana. Jangan sampai di luar hujan deras kita bilang, “cerah sekali hari ini, indaaah, pas untuk jalan-jalan”. Gubrak ! Bila kita ingin menggambarkan kondisi sedih ya cara kita ngomong, gaya, mimik, wajah kita yan seperti orang sedih. Pandai-pandailah berekspresi, berinovasi. SOP hanya pedoman umum saja.

Ketiga, beberapa penyiar -terutama yang baru- belum bisa membangun theater of mind atau teater otak dan fikiran. Daya imajinasi, kemampuan berkhayal penyiar harus tinggi dan bagus (baik). Dia bisa berimajinasi sedang berbicara dengan orang banyak sebagaimana ngisi taklim, mentoring ataupun ngobrol dengan temen. Hal ini akan sangat membantu selama siaran. Pagi-pagi biasanya kita lagi ngapain, umumnya sedang apa, nyuci, mandi, belajar dll. Dia bisa menggambarkan dalam pikirannya sedang apa mereka diluar sana.

Keempat, penyiar dan nasyid laksana sekeping uang dinar. Tidak bisa dipisahkan, maka sense of nasyid kita juga harus bagus. Para penyiar harus ngerti tim-tim nasyid, dari aman mereka berasal, berapa album mereka dll. Kemampuan merangkai kata dengan nasyid, mengaitkan antara isi SMS dengan nasyid. Nasyid ini pas di mana? Kapan?

Kelima, beberapa penyiar jarang -saya tidak mengatakan- “malas”, (sudah barusan Yu…) berlatih siaran. Ingat bisa itu karena biasa. Sering-seringlah mendengarkan radio Baitussalam FM dan radio lainnya, sesama radio komunitas maupun komersil. Belajar dari senior dan penyiar lain juga tidak dilarang. Sering-sering saja nongkrong di studio, liat yang lain (sesama ikhwan/ sesama akhwat) siaran juga sangat boleh. Ini bagian dari latihan mandiri (tarbiyah dzatiyah). Latihan mandiri juga berarti penyiar sering nonton tivi, baca koran, majalah dll sehingga wawasannya smakin bertambah, so pas siaran ga ‘macet’, karena kita punya banyak hal yang bisa diomongin.

Akhirnya selamat siaran, yakinlah Alloh Swt akan membalas setiap amal.

Tidak ada komentar: