Sabtu, 18 Oktober 2008

Kenapa harus PKS ?

Kenapa harus PKS ?

Saat ini PKS terlibat aktif dalam pertarungan pilkada di beberapa daerah, mulai pilgub, pilbup hingga pilkades dan pilkaret (pemilihan ketua RT). Keterlibatan ini bukan untuk sok jago, dan mencari sensasi. Tapi PKS menilai begitu pentingnya kekuasaan bagi sebuah perubahan dan betapa bahayanya jika kekuasaan itu berada di tangan pihak yang salah yang akan menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Tahapan yang paling baik mengubah kemungkaran adalah –jikalau bisa- menggunakan ...biyadihi, ulama menafsirkan kekuatan, kekuasaan. Siapa yang dirugikan? Pasti rakyat bangsa ini. Beberapa pilkada yang PKS ikut di dalamnya, baik memajukan calon seperti Kota Depok, Prop. Banten, DKI Jakarta, atau yang PKS dukung seperti NAD, Jateng, Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dll. Dari 135 pilkada, 70 diantarannya kader PKS menang, baik jadi bupatinya, atau wabupnya maupun gubernur, atau wagubnya. Setelah kemenangan Nurmahmudi Ismail di Depok dan sepak terjang Menteri Kehutanan era Gus Dur dulu, sepertinya di satu, dua, tiga pilkada memunculkan fenomena menarik. Asal bukan PKS, begitu semangat pilkada. Bahkan ke tingkat yang lebih ekstrim; common enemy.
Kenapa harus PKS? Itu pertanyaannya. Sederhana sekali. Selama ini, sejak kemunculannya yang tiba-tiba, PKS –waktu itu PK (1999)- adalah partai baru namun berhasil meraih suara yang sangat bagus untuk ukuran partai baru yang tidak ada rantai sejarah sebelumnya. 1,6 % atau sekitar 1,4 jutaan suara, dan masuk dalam 7 partai pemenang pemilu 1999. Tapi gara-gara dijebak ET (Electoral Treshold), PK tidak bisa ikut pesta demokrasi pada 2004, maka PK bergabung (baca: berevolusi) dengan PK Sejahtera. Sejak lahir, PKS telah mendeklarasikan diri sebagai partai dakwah, partai yang berasas islam di kala partai lain khawatir dengan pemakaian asas ini. Aksi-aski seperti demo yang besar, massal dan santun, terorganisir, aksi sosial membantu korban musibah dsb telah membentuk citra : solid, kokoh, dan modern. Hasilnya adalah 7 aleg di DPR RI dan beberapa aleg di DPRD tk II. Meski sedikit dan baru terjun bebas di jagad politik, aleg-aleg PK dikenal jujur, tegas, dan keras terutama jika menyangkut kinerja dewan dan masalah keuangan. Kisah perjuangan memberantas prilaku KKN dibukukan dalam ‘Mereka Melawan Korupsi’ terbitan Pustaka SAKSI. KKN yang diera reformasi dan otda semakin menemukan muaranya di daerah, kini dihajar habis oleh para aleg PKS. Media pun terbelalak, di jaman sulit, kata Ki Ronggowarsito, zaman edan, ini masih ada aleg yang sederhana, jujur, anti KKN, peduli dan membela kepentingan rakyat. Beberapa kasus anggaran yang tidak tepat sasaran namun telah diketok, disahkan, dikembalikan begitu saja kepada rakyat dalam bentuk pasar murah, bantuan sembako dll. Gong nya adalah dengan naiknya Presiden PK, Ir. Nurmahmudi Ismail, M.Sc sebagai Menhutbun oleh Gus Dur. Beliau sangat berani sehingga dua tiga kasus korupsi besar di tubuh Dephutbun terkuak. Duet Nurmahmudi & Soeripto sangat disegani lawan politiknya. Kini mantan Presiden PK itu memimpin kota Depok. Hal ini lah yang mungkin sangat ditakuti oleh lawan politik PKS. Kabarnya jika PKS yang jadi pemimpin akan susah korupsinya, akan banyak reformasi, tidak bisa main mata, proyek-proyek akan diteliti, diawasi ketat, akutanbilitas tinggi dll. Phobia ini wajar, mengingat para penguasa dan kekuatan lama ingin kembali ke tahta dan pemain baru sedikit banyak tidak mau ambil risiko’berperang’ dengan partai besar. Semangat PKS semakin besar untuk ‘menguasai’ pemerintahan ketika beberapa pilkada dimenanginya. Baru-baru ini PKS juga dimusuhi oleh satu ormas besar –dimana ia juga punya parpol. PKS dianggap virus yang menggerogoti organisasi tersebut. Konflik ini semakin berkobar karena disiram sentimen politik. Berbagai tuduhan pun disarangkan; berkedok dakwah, merebut kader, merampok aset dll. Na’udzubillah, bagaimana bisa ormas sebesar itu bersu udzon kepada sesama organisasi islam. Apa kata Al-Mukarram Al.Ustadz. Hilmi Aminudin? jawab saja dengan amal. Selesai.

Kenapa harus PKS? Kemunculan PK yang tiba-tiba dan menjadi the rising star 1999 membuat banyak orang takjub, heran dan bertanya-tanya. Aksi-aksi lapangannya memikat hati. Kiprah para kadernya sangat militan. Apa itu PK, siapa saja orang-orang yang terlibat melahirkan PK. Dalam beberapa analisis, para pengamat politik menuliskan PK lahir dari sebuah komunitas dakwah (baca: jama’ah) yang memang sudah lama bergelut dengan dakwah. Konon kelompok ini pernah mengalami kedzaliman di masa lalu oleh rezim yang anti dakwah dan islam phobia, rezim ini tidak ingin syariat islam tegak sehingga mereka harus bergerak undergound. Ya mirip awal dakwah Rasulullah Saw; sirriyatuddakwah wa sirriyatutandzim. Selang beberapa waktu mereka menemukan momentum untuk muncul ke permukaan, terlibat dalam dakwah dengan lebih nyata lagi dalam bentuk sebuah organisasi. Beberapa kalangan menyebut mereka sebagai Jama’ah Tarbiyah, sebuah komunitas da’i yang referensi pergerakkannya banyak mengambil dari fikrah, metode gerakan dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM) di Mesir. IM adalah gerakan dakwah modern terbesar abad ke-21 dan terluas ‘jaringan’nya dan pengaruhnya. Kata ulama dunia asal Qatar, DR. Yusuf Al-Qaradhawi memberi pengaruh pada gerakan-gerakan islam di lebih 70 negara dengan beragam variannya. Partai Refah di Turki dan HAMAS di Palestina adalah representasi IM. Meskipun demikian, para petinggi PK menolak jika dikatakan sebagai cabang atau bagian dari IM. Mereka hanya mengambil referensi gerakan saja. Kenapa harus PK? Mengapa memilih bentuk partai politik? Sedangkan reference group PK adalah sebuah organisasi keagamaan; IM dan Imam Hasan Al-Banna, pendiri & ideolog IM sempat melarang partai karena akan memecah belah ummat. Pertanyaan menarik, ya kenapa harus berbentuk partai. Mengapa bukan ormas saja. Bisa jadi pemilihan format gerakan berbentuk parpol adalah sebuah pendekatan terdekat, paling ideal dari strategi jitu agar cita-cita penegakkan syariat islam lebih cepat terealisir. Dalam satu ajarannya; maratibul ‘amal atau tingkatan kerja dimulai dari islaahunnafs (memperbaiki individu), takwinul baitul muslim (membentuk keluarga muslim), irsyadul mujtamaa’ (membina masyarakat), tahrirul wathan (membebaskan negeri), islahul hukumah (memperbaiki hukum positif), iqamatul daulah (menegakkan negara islam) dan ustadziatul ‘alaam (rahmatan lil ‘alamin). Ya, proyek raksasa dakwah ini memang tidak bisa diusung satu pihak saja, harus ada kerja sama antar gerakan dakwah.

Kenapa harus PKS ? PKS adalah sebuah pilihan rasional. Statement ini sering saya ungkapkan, pada siapa saja. Memberi pendidikan politik (tarbiyah siyasiyah) menuju rational voters bukanlah pekerjaan yang mudah. Para pemilih menggunakan akal sehat dan hati nurani, yang tidak mudah ngiler tergiur money politik, yang tegar menghadapi serangan fajar, yang berani melawan intimidasi dan teror. Kenapa harus PKS? Mengapa tidak mencoblos parpol lain? PDIP, PG, PD. Hatta parpol islam seperti PPP, PAN dan beberapa parpol islam baru yang muncul menjelang 2009. PKS adalah partai islam sekaligus partai dakwah. Jargon dulu : ini baru partai, bukan, ini partai baru. Tapi ini benar-benar partai. Partai yang komitmen pada perubahan dan perbaikan negeri ini. Partai yang berbasis kader dan mengkader, membina kader, simpatisan dan masyarakat. Partai yang bangga menjadikan islam sebagai jalan hidup dan solusi masalah bangsa. Partai yang performance lapangannya luar biasa santun, rapi dan simpatik. Lihat saja siapa yang tidak tertarik dan mengacungi jempol kala jutaan massa berbaris rapi, terkoordinir, terkomando dan terarah, tidak rusuh. Partai yang solid dan besar. Partai yang komitmen pada pemberantasan KKN-meskipun tidak mudah. Lihat saja kiprah para wakil rakyat asal PKS, mereka berani melawan praktik-praktik suap, sogok, inefisiensi anggaran. Partai yang peduli kepada masyarakat. Lihat saja siapa yang paling cepat turun di DKI Jakarta saat banjir bandang melanda. PKS. PKS lah yang paling cepat mendirikan posko pengungsi di DIY, Aceh dll. Kader-kader yang militan dan siap berjuang menegakkan keadilan menuju kesejahteraan. Ingin perubahan? Pilih saja PKS. Akan tetapi memang mengubah bangsa yang sudah sangat akut ini tidak mudah, sok atuh Gus Dur, Mega, SBY-JK, masalah bukannya mmenghilang, justru menyembur. Tidak bisa dalam waktu 5-10 tahun mungkin. Semua butuh proses. Inilah yang tidak bisa dipahami, dimengerti oleh orang awam. Lumrah lah mereka, rakyat menginginkan perbaikan yang segera. Temen saya pernah bilang seperti ini " minimal kita butuh waktu yang sama dengan rezim Orba, yakni 32 tahun untuk memperbaiki bangsa ini". Solusi sederhana, kata seorang budayawan sekaliber H. Ahmad Thohari " Perbanyak orang baik di dewan". Mau? Allohu A'lam. Selesai

Tidak ada komentar: