Sabtu, 18 Oktober 2008

SEDEKAH KU

SEDEKAH

Pekan lalu saya sengaja silaturahim ke LDK UKKI. Lama sekali saya tidak bersua dengan para aktivis muda. Kangen. Ya itung-itung charge ukhuwah. Iseng-iseng saya masuk ke ruang komputer, dulu jamannya saya ruangan ini tidak pernah rapi. Dan ternyata sampai sekarang...masih berantakan. Ga papa wajar bujang. Pandangan saya terhenti pada satu keping VCD bergambar sosok yang sudah saya kenal lewat media tivi dan buku. Ya, ustadz sedekah, begitu masyarakat menggelarinya. Beliau adalah Ustadz Yusuf Mansur, pimpinan Wisata Hati. VCD itu menarik karena isinya tentang ceramah beliau di GOR Satria tengah Januari 2007 lalu. Langsung saya nyalakan komputer dan klik mengalirlah ceramah Ustadz dengan enak. Bahasanya yang nyantai, gaul dan relaks membuat saya dan beberapa pasang mata mematung sambil sesekali mengangguk setuju. Senyuman pun tersungging mengiyakan. Puas.

Satu dari beberapa kisah nyata pun dibawakan sebagai penguat atau bukti ceramah tentang sedekah. Kalau di zaman nabi itu adalah mukjizat sebagai bukti kenabian. Satu yang cukup membekas di otak adalah cerita tentang seorang ibu yang ingin naik haji tapi belum punya biaya yang cukup untuk berangkat ke tanah suci. Suatu hari si ibu tadi silaturahim ke Ustadz gara-gara ia baru nonton tivi ’Maha Kasih’ yang waktu itu ceritanya tentang tukang bubur yang bisa naik haji. Jadi ceritanya ibu tadi ingin membuktikan apa benar cerita di tivi itu. Ceritanya kemudian si ibu mengambil 1 juta dari 8 juta tabungan hajinya dengan harapan Alloh Swt membalas 10 kali sehingga nanti si ibu tinggal nambahi sedikit. Lebih lanjut Ustadz kemudian menanyakan keyakinan si ibu saat si ibu sempat ragu-ragu.

“Ibu yakin ngga’, kalo ngga; tinggal aja percuma” jawab Ustadz tegas. Akhirnya si ibu bersedekah 1 juta.

Dan ternyata sesampainya di rumah, Subhanallah si ibu tadi menemukan segepok uang sejumlah 26 juta yang ternyata berasal dari patungan anak-anaknya yang dengan izin Alloh digerakkan hatinya. Subhanallah. Kisah yang lain juga cukup mempengaruhi saya seperti kisah seorang bapak yang sembuh setelah bersedekah, atau seorang lelaki yang bisa melunasi hutangnya setelah bersedekah dengan sebelumnya menjual motor butunya satu-satunya.

Setelah ngaji dengan Ustadz kami termasuk saya termotivasi dan sedikit penasaran. Apa benar cerita dari Ustadz. Keinginan untuk bersedekah timbul. Spontan saya ingin mencopy tapi...ga bisa karena CD agak error. Ga papa, cukup disimpan di otak, dan di hati. Malamnya, saya ingin jalan-jalan, ya refresh sudah seminggu ini saya ke kampus setiap hari untuk kejar deadline September skripsiku clear! Bismillah. Saya ajak seorang teman, ketika saya sudah siap keluar, ada seseorang yang mengetok pintu. Seorang bapak dengan map hijau di tangan muncul dan mengucapkan salam kemudian duduk di dekat pintu. Sambil membenarkan posisi duduknya, ia menyampaikan permohonan bantuan pembangunan masjid. Ia tidak membawa tas sebagaimana orang yang sering terlihat dengan motif yang sama. Ternyata ia tinggal di dekat kost. Beberapa teman yang sedang asyik nonton bola langsung berhamburan ke kamar, mencari teman yang lain supaya ikut nyumbang. Tanpa pikir panjang saya mengeluarkan sejumlah uang tapi saya tahu jumlahnya.

“Apa benar ceramah Ustadz Yusuf tadi siang”. Melintas dalam pikiran. Perlahan pikiran tadi menguap.


Hari terus berganti, saya pun larut dalam kesibukan menyelesaikan tugas akhir dan amanah dakwah. Pekan ini saya harus membuat soal untuk test agama di sebuah sekolah menengah. Malam sebelum bertemu saya bikin janji dengan pembina pendidikan agama. Esoknya seperti biasa sebelum berangkat saya sholat dhuha. Saya usahakan setiap pagi bisa meluangkan waktu untuk bermunajat pada-Nya walaupun cuma 2 rakaat. Dalam untaian doa saya selalu meminta tiga hal : mohon bimbingan-Nya seharian ini, mohon dimudahkan urusan dan mohon mudah rizki dan rizki yang berkah. Laa hawla walaa quwwata illa billaah. Saya berangkat dengan segunung optimisme bisa sukses melobi Senin depan bisa test. Pagi itu sekolah tampak ramai, rupanya sedang ada rapat antar kepala sekolah se-bumi satria. Maklumlah sekolah unggulan. Saya menyampaikan tawaran soal, metode test. Alhamdulillah, beliau tidak keberatan. Di akhir pembicaraan tak kusangka beliau menyinggung sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Saya hampir tidak peduli dengan yang satu itu, wong saya diizinkan berdakwah, berbagi ilmu agama, pengetahuan dan pengalaman serta bisa punya binaan di sana saja, sudah seneng. Jujur, saya akui saya tergolong kader yang tidak sukses membina. Jadi saat ada peluang di sana, sikat. Dan sebenarnya muyul saya di wilayah ini. Saya sangat enjoy.

”Waduh perut keroncongan nih, harus segera diisi” Saya gelisah.

Saya sempat ditinggal sekitar 10 menit. Akhirnya beliau kembali dengan lagi-lagi menjelaskan bahwa sedang diusahakan ada sedikit reward untuk saya dari sumber lain sebab ketentuan dari sekolah hanya menganggarkan untuk satu pembina per kegiatan ekstra belajar. Sebelumnya beliau sempat bertanya apakah saya diberi sesuatu dari al-akh, rekan saya. Saya menggeleng.

”Kalaupun iya pasti sudah saya bagi dengan kelima akhwat yang setiap Senin menemani saya” batinku jelas. Ya, sepertinya saya perlu berbagi dengan para mujahidah itu.

Kemudian beliau menitipkan sebuah amplop untuk al-akh. Bukan satu, tapi dua.

”Yang ini buat Mas.Bayu, maaf tidak sebesar yang dianggarkan sekolah” tuturnya pelan menyebut jumlah..

”Masya Alloh Pak, saya jadi tidak enak” Aku kaget mencoba menolak

”Justru saya yang tidak enak Mas. Tapi sekarang sudah plong” tukas beliau tuntas. Jujur saya sangat tidak nyaman. Tapi bagaimana lagi jika saya menolak justru akan menyakiti keikhlasannya.

”Alhamdulillah, mungkin sudah rejeki saya” Hati ini berhusnudzan. Akhirnya saya harus pamitan karena harus sarapan dan ke kampus. Sepanjang perjalanan ke kampus, Ustadz Yusuf bicara lirih di telinga.

”Barang siapa yang berinfak Alloh akan ganti dengan 10 kali lipat.”

Saya coba mengingat-ingat kapan saya sedekah, dimana, dan kepada saya menyisihkan sebagian uang saku saya. Saya ingat ! ya, tiga hari yang lalu. Mataku berseri.

”Bener juga Ustadz, Alloh telah mengganti 10 kali lipat” Aku tersenyum penuh syukur. Seketika kuda besiku terasa ringan berlari.

”Alhamdulillah.. Jazakallah Ustadz.” Aku ikut melesat.

Purwokerto, 21 Maret 2007

ayyub

Tidak ada komentar: