Sabtu, 18 Oktober 2008

Pra syarat Kemenangan

Pra syarat Kemenangan

Satu kisah masyhur, ketika pasukan islam sedang berperang, dalam masa peperangan. Namun tanda-tanda kemenangan belum jua nampak. Hal ini sangat merisaukan sang panglima. Akhirnya dia mengecek ke pasukannya. Hal apa yang terlewat, tidak dlakukan oleh pasukannya. Setelah dicek ternyata mereka melalaikan amalan sunah anjuran Rasulullah Muhammad Saw; bersiwak. Bersiwak, memang sederhana dan tidak membutuhkan waktu lama namun ternyata inilah yang membuat pertolongan Alloh berupa kemenangan menjadi sesuatu yang tertunda atau sulit digapai.Kemenangan bisa diidentikan kesuksesan.

Islam mengajarkan kesuksesan dan memotivasinya dalam spirit doa kita. Doa sapu jagad; kesuksesan dunia-akhirat. Coba kita introspeksi perjalanan hidup kita sekarang. Semua keinginan kita, semua usaha kita, semua itu untuk menggapai kesuksesan. Tapi ketika kita belum sukses, kita gagal, apa yang salah? Siapa yang salah? Sebagian besar kita menyalahkan ikhtiar kita, upaya kita belum optimal. Ya, itu benar. Namun apakah kita pernah mengecek bagaimana amal yaumi kita, akhlaq kita, kekuatan maknawiyah kita. Barangkali justru itulah yang menyebabkan semua ikhtiar ini berantakan. Ibarat biang kerok yang menjadi sumber masalah.

Ya, coba kita cek, keterlambatan studi kita misalnya, bisa jadi karena amal ibadah kita juga payah, padahal amal itu bersumber dari ilmu (agama) kita, dari maknawiyah kita. Kita mungkin sangat jarang membaca al-ma’tsurat tiap pagi, padahal disana ada doa kesuksesan. Mungkin juga perilaku kita jauh dari tuntunan uswah kita. Tata krama kita tidak islami. Mata kita terlalu sering melihat hal yang buruk dan mendatangkan dosa. Lidah kita sangat sering menggunjing dan memaki. Mulut kita amat mudah berkata yang tidak bermanfaat. “Berkatalah yang baik, jika tisak bisa maka diamlah”Ibadah sunnah, sholat sunnah, shaum sunnah sering kita tinggalkan. Sebuah alasan yang tidak imani; ‘kan sunnah... . Ya, kita kerap meremehkan ibadah sunnah, hanya karena nothing to loose, bila dikerjakan berpahala tapi jika tidak dikerjakan tidak berdosa. Kita tidak melihat sejarah sunnah itu sendiri. Ia adalah segala hal, perkataan dan perbuatan Muhammad Saw. Luar biasa! Melaksanakan sunnah sama saja meniru beliau dalam mendekatkan diri pada-Nya. Semakin tidak meniru beliau berarti makin tidak dekat pada-Nya.“Katakanlah (Muhammad), jika Engkau mencintai-Ku (Alloh) maka ikutilah aku (Muhammad Saw)” begitulah tutur Muhammad Saw.Bagaimana mungkin Alloh Swt akan menolong kita, membuat kita sukses dan menghadiahi kemenangan pada kita jikalau semua yang disukai-Nya (termasuk apa yang dilakukan Rasul-Nya), tidak kita sukai dan kita lakukan, amalkan. Secara logika tidak mungkin terjadi. “Jika kau menolong agama Alloh maka Alloh akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”Salah satu prasyarat kemenangan hakiki adalah kedekatan kita pada-Nya. Kedekatannya pada-Nya bisa berupa banyak hal. Menjaga amalan yaumi seperti sholat fardhu berjamaah, tilawah dan shaum. Selain itu kedekatan pada-Nya juga bisa berarti kedekatan pada Rasul-Nya. Sebagaimana Alloh Swt berfirman jika manusia menaati Alloh maka taatilah (juga) Muhammad Saw. Melaksanakan amalan sunnah merupakan bagian dari prasyarat kemenangan sebagaimana kisah diatas. Keistiqomahan menjaga kedekatan dan menguatkan maknawiyah, iman& taqwa kita menjadi prasyarat awal terbitnya fajar kemenangan. Terkadang ikhtiar kita dipermudah dan lebih sukses, meraih kemenangan ketika kedekatan kita pada-Nya bagus. Dan sebaliknya.

Purwokerto, 12 September 2006, abis LQ

Tidak ada komentar: