Sabtu, 18 Oktober 2008

Cinta dalam ‘Ayat-Ayat Cinta’

Cinta dalam ‘Ayat-Ayat Cinta’
Ayyub

Alhamdulillah, akhirnya bisa juga nonton film yang merupakan visualisasi dari novel fenomenal, best seller karya kang Abik, Ayat-Ayat Cinta. Film yang baru dirilis 28 Februari 2008 kemarin sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop kesayangan Anda. Di Purwokerto,konon tiketnya laris manis bak jagung rebus di alun-alun depan Masjid Agung Baitussalam. Dan menurut pengakuan Bunga (bukan nama sebeneranya), kaya kasus kriminal saja…, terjadi antrean panjang di bisokop bertipe 21. Konon lagi, ga tua, ga muda, semuanya pada nonton. Yaahh, film ini sempat dilampu kuningi oleh ustadz IKADI yang juga DSD PKS Banyumas, untuk tidak ditonton di bioskop. “ yang ga boleh kan di bioskop, di rumah boleh donk” dasar kader bandel !. Baik, sebelum kita nonton bersama-sama, kita simak dulu lagu pembuka kita, Rossa, Ayat-Ayat Cinta…

Film ini buka dengan keakraban antara Fahri, mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia dengan Maria, seorang non muslim yang tidak lain adalah tetangga atas flatnya. Mereka berdua cukup dekat sebagai teman. Fahri yang meminta Maria segera ke flatnya gara-gara file tesisnya kena virus. Adegan lain saat Maria nitip CD dengan imbalan minuman mangga kesukaan Fahri. Adegan lainnya lagi, saat Fahri menelpon Maria untuk menolong Noura yang dianiaya Baaduri, lelaki yang kemudian diketahui bukan ayah kandung Noura.
Cerita berlanjut, di kereta Fahri tampil sebagai seorang hero yang menolong an American yang dipersilakan duduk oleh seorang muslimah bercadar. Ya, Fahri juga menyelamatkan Aisya dari hujatan seorang alim yang fanatik buta dengan keberadaan non muslim di kereta yang mayoritas muslim. Beberapa detik mata Fahri menatap Aisya. Terus setelah si American ngobrol-ngobrol dengan Fahri, dan ternyata ia sedang meneliti Islam, Aisya mengucapkan terima kasih dengan posisi berhadapan. Kembali lagi Fahri menatap mata Aisya.
Maria berhasil menolong Noura sesuai permintaan Fahri, kemudian diungsikan di tempat Nurul, seorang muslimah putri kyai ternama di kampung halaman Fahri. Lihat, bagaimana Fahri meminta tolong pada Nurul. Mereka saling berhadapan, jelas sekali pandangan keduanya tidak ‘dijaga’. Suatu senja Fahri sendiri memandangi tepian sungai Nil. Maria mendekat. Mereka berbincang. Saat menyinggung jodoh yang dianaligikan dengan sungan Nil dengan Mesir. Untuk beberapa detik, pandangan Fahri bertemu dengan Maria. Beruntung Fahri sempat berdzikir lalu meninggalkan Maria. Kacian deh lo …

Akhirnya Noura bisa dipertemukan dengan ortunya. Bahagia sekali. Noura tak kuasa untuk tidak berterima kasih kepada Fahri. Lagi-lagi Fahri menjadi super hero. Noura menyerahkan sesuatu kepada Fahri. Lagi-lagi dengan posisi yang sama ketika Aisya bertemu Fahri. Oia, satu lagi, setelah si American mewancarai Fahri dan menerima tulisanya tentang perempuan dalam Islam. Sambil berpamitan, mata Fahri kembali bertemu dengan mata indah Aisya. Bahkan mungkin saking terpesonanya, Fahri berbalik melihat kepergian Aisya bersama si American.
Catatan pertama film ini adalah : banyak sekali adegan tatap muka, empaaat mataaa! yang sebenarnya bukan aturan main dalam interaksi dengan lawan jenis. Fahri tidak bisa menjaga pandangannya. Gadhul bashor, Fahri… Coba besok saya cek lagi di novelnya, apakah memang seperti itu jalan ceritanya. Sekarang kita lihat lagi filmnya.

Singkat cerita, Fahri melamar Aisya, yang ternyata paman Aisya adalah senior Fahri. Setelah diijinkan melihat wajah Aisya saat khitbah, makin menggelora lah cintanya. Akad nikah pun berlangung meriah dengan mahar sederhana. Nah, setelah ini semuanya halal, jangankan lihat kedua mata bening Aisya, lihat yang lain pun..ga haram ! Jebule, Aisya sugihe pooll, jadi Fahri lah yang diboyong ke villanya Aisya. Imbas dari pernikahan Fahri dengan Aisya cukup fatal, Nurul dan Maria patah hati, benar-benar patah. Keduanya pasti sewot dan tidak mau menyapa Fahri. Nurul meremas foto Fahri yang ia simpan di buku kuliahnya. Maria amat sedih hingga penyakitnya kambuh.. Duuuh, segitunya, orang yang patah hati, sampai patas semangat. Pendek kata, Fahri diincar dan diminati oleh 4 wanita dalam waktu yang hampir bersamaan. Luarrrr biasssa ! Dan dia harus memilih…Okey, kita lanjut filmnya.

Fahri mendadak jadi orang kaya. Tinggal di villa mewah, bahkan kuliah pun diantar dengan mobil istrinya. Beberapa kali terjadi miscom, Aisya ingin menjadi istri yang baik dengan memberikan segalanya pada suami tercinta. Sementara Fahri ingin menjadi kepala rumah tangga yang berwibawa, yang bekerja dan berpenghasilan. Konflik keluarga bermula saat peristiwa sepele, yang tidak dikomunikasikan sebelumnya. Aisya membelikan laptop baru untuk Fahri. Otomatis komputer butut Fahri yang sempet ngadat sudah tidak ada ditempat. Fahri tersinggung. Konflik meninggi saat ortu Nurul datang dan meminta Fahri menikahi Nurul yang sudah lama memendam rasa cinta pada Fahri. Berita ini terdengar oleh Aisya. Mendadak, empat opsir datang dan menangkap Fahri dengan tuduhan memperkosa Noura, wanita yang dulu pernah ditolong Fahri, yang ternyata juga menaruh hati padanya. Puncak konflik tiba, fitnah besar pun melanda Fahri. Fahri didzalimi, dipenjara oleh opsir, dipaksa mengakui perbuatanya. Justru di dalam penjaralah Fahri mendapat banyak pelajaran atas kehidupan selama ini. Di luar sana, Aisya tidak tinggal diam, dia mencari segala cara untuk membebaskan Fahri. Duuh, kaya gini nih istri sejati..he he..
Wah, filmnya makin rame, serame sidangnya kasus pemerkosaan Noura. Para saksi dari keluarga Noura semakin menyudutkan Fahri. Peristiwa yang dijadikan dalih adalah ketika Fahri dan Maria menyelamatkan Noura dari trafficing / atau perdagangan wanita, dan membawanya ke tempat Nurul. Fahri semakin tersudut saat Noura bersaksi palsu. Noura tega menuduh Fahri telah memperkosanya. Dua kunci kasus Fahri, pertama Maria yang belakangan kecelakaan, dan surat cinta Noura yang diberikan sesaat setelah dipertemukan dengan keluarganya. Aisya segera tabayun kepada Nurul, dan Nurul membenarkan cerita Fahri bahwa tidak ada peristiwa lain saat itu. Secepat perangko kilat, Aisya menemui Maria yang terbaring tak berdaya. Maria lah kunci untuk Fahri. Di sanalah Aisya tahu bahwa Maria ternyata sudah lama mencintai Fahri. Buku harian Maria menjadi bukti cinta. Baik, kita nonton lagi saja.

Rupa-rupanya cinta yang sudah menulang, mendarah daging, merasuk dalam jiwa, cieee…pada Fahri yang bertepuk-tepuk sebelah tangan lah yang membuat penyakit Maria bertambah akut. Padahal ia lah kunci untuk bebasnya Fahri. Mau tidak mau Aisya harus berjuang agar Maria sembuh dan bisa bersaksi di pengadilan. Meskipun Aisya berhasil merekam suara Fahri yang bercerita semuanya tentang Maria dan dirinya, belum bisa membuat Maria sadar. Tidak ada cara lain, kecuali menghadirkan Fahri ke ruang rawat Maria. Dan kini Fahri duduk disamping Maria. Ia menyapa dan sejenak Maria tersadar. Fahri menggeleng saat Aisya meminta Fahri mengucapkan bahwa ia akan menikahi Maria. Ya, akhirnya Fahri harus menikahi Maria –atas permintaan Aisya- untuk menyelamatkan nyawa Maria dan sekaligus membebaskannya. Sebuah keputusan yang sangat berat. Hey, jangan nangis donk. Lho..kok macet, piye tho Fan, ..lha piye lagi rame.. Sorri pembaca, ngadat ni kaya komputere Fahri. Coba lompat yaa..

Akhirnya Noura mengaku kalau ia bersaksi palsu. Dan Fahri bebas. Semua itu berkat Maria yang juga hadir dalam persidangan dan mungkin memberikan saksi. Dan.. eng ing eng.. Fahri kini beristri dua alias poligami. Ada saja adegan lucu di film ini. Saat Fahri dipanggil masuk ke kamar Aisya, di saat yang sama Maria nongol dari balik kamar sebelah sambil memanggil “Sayang…” Ada pula wajah cemburu biru Aisya saat melihat Fahri sedang memapah Maria. Maria juga cemburu saat Fahri bercanda dengan jabang bayi yang ada di perut Aisya. Bak bom waktu, kecemburuan itu meledak, Aisya pergi dengan alasan -yang dibuat-buat tentunya-, maklum terbakar api cemburu… Tapi ga usah kuatir, konflik itu cuma sebentar, mereka rukun lagi kok. Satu kata; adil.

Kisah indah ini terus mengalir. Kandungan Aisya semakin tua dan hampir melahirkan. Di saat yang sama, tiba-tiba penyakit Maria kambuh lagi. Akhirnya Maria tak kuat menahan sakitnya. Maut di hadapannya, ia sekarat, dan ingin sholat berjamaah dengan Fahri dan Aisya. Sholat selesai, Maria sudah tak bernafas lagi. Innalillahi wa innalihi raji’un. Bagaimanapun keadaanya, life must go on, Fahri dan Maria pun bersatu melangkah berpadu membangun keluarga SAMARA dengan landasan ayat-ayat cinta. Cihuyy !

6 Maret 2008
Purwokerto Kota Satria
Bergetar hebat Ayat-Ayat Cinta

Tidak ada komentar: