Sabtu, 18 Oktober 2008

PKS terlibat ?

PKS terlibat ?

Tadi sore saya menonton Redaksi Sore Trans 7, sebuah sajian berita yang –katanya-dikemas dari sudut padang yang berbeda. Kelebihan Redaksi Sore adalah ia berani tampil lebih sore, pukul. 17.30 WIB. Ya, saya hampir setiap hari mengakses acara ini. Headline berita edisi hari ini adalah seputar gonjang-ganjing penggunaan dan penyalahgunaan dana non budgeter Dinas Kelautan & Perikanan (DKP), yang kala itu dipimpin oleh Mentri Rokhmin Dahuri, oleh para pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2004 lalu. Ya, memang hampir satu pekan ini media massa di negeri ini rame-rame mengangkat tersebut. Kasus itu semakin panas kala salah satu mantan capres, Amien Rais berani angkat bicara, jujur bahwa dia menerima dana tersebut.
Kata Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, ini sebuah langkah berani, tapi anehnya beliau tidak setuju jika Mas Amien dipenjara. Jujur, saya sebagai fans berat PKS agak kecewa dengan statement mantan Presiden PKS ini. Bagaimana pun jika terbukti Amien Rais –dan siapapun dia- menerima dan menggunakan dana tersebut untuk kampanye pilpres ya harus diusut tuntas dan dijatuhi hukuman. Ingat kita semua sama di hadapan hukum lho. Jadi tidak sekedar dimaafkan dan kemudian mengembalikan dana tersebut lalu impas, selesai. Tidak!
Saya jadi teringat kisah indah, saat itu di zaman Rasulullah Saw, seorang perempuan dengan tiba-tiba mendatangi Muhammad Saw dan mengaku dia telah berzina maka dia minta dirajam. Jawaban Abul Qasim sungguh diluar dugaan. Beliau tidak percaya sampai ia melahirkan. Beberapa waktu kemudian wanita itu datang lagi dan menagih ‘janji’. Lagi-lagi jawaban Muhammad Saw benar-benar diluar keinginan. Beliau minta setelah melahirkan. Waktu bergulir, wanitia tadi datang lagi dengan bayi dalam gendongan. Sekali lagi jawaban Muhammad, sapih ia hingga dua tahun. Dan setelah si bayi dua tahun, baru wanita malang tadi menemui Rasulullah Saw dan khatimul anbiyaa menegakkan hukum islam; rajam. Rasulullah tidak memaafkan atau tidak menghukum hanya karena perempuan tadi sudah berani jujur mengakui kesalahan besarnya.

Saya ndak tahu apa ini bentuk ‘ta’awun’ PKS yang kabarnya ada sedikit konflik dengan Muhammadiyah. Saya kira semua sudah tahu rambu-rambu ta’awun dalam Al-Qur an, bahwa kita hanya diperbolehkan tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, bukan dalam kebatilan dan perbuatan dosa. Oke lah saya juga salut dengan keberanian Mas Amien yang mungkin orang lain meanganggap itu tindakan bunuh diri. Tapi bukan berarti kesalahan itu dimaafkan lalu lolos dari hukum. Sekali lagi tidak! Kasus ini kasus besar, melibatkan orang-orang besar, pembesar bangsa ini, pemimpin kita semua.
Kasus dugaan korupsi itu bertambah membakar ketika dikabarkan beberapa parpol besar juga menerima dana non budgeter tersebut. Konon PDIP, PG, PPP, PKB dan PKS. Yang terakhir ini lah yang membuat saya kaget. Dua parpol di depan saya tidak kaget, pancen gudangnya koruptor. Apa iya PKS (mau) menerima dana tersebut ?Di tayangkan dengan data yang cukup jelas rata-rata setiap parpol menerima lebih dari Rp.100 juta. Sebuah angka yang sangat banyak untuk kondisi perekonomian Indonesia yang makin terpuruk.

Menurut pengakuan sang menteri DKP bahwa dana tersebut mengalir lewat tim sukses semua capres-cawapres dan sedikit yang langsung ke tangan capres-wapres. Dan anehnya proposal yang masuk ke DKP itu diperuntukkan untuk kegiatan sosial seperti permberdayaan wong cilik. Untuk kasus ini tak tanggung-tanggung SBY-JK juga disebut. Dan langsung dibantah oleh SBY. Begitu pula degan PKS, Fahri Hamzah menengarai ada pengalihan isu dari kasus BLBI. Lain lagi dengan Gus Sholah, yang 2004 lalu duet dengan Wiranto, tampaknya kyai NU ini mengikuti langkah rival politiknya, ya adik Gus Gur ini juga mengakui telah menggunakan dana tersebut dan meminta maaf kepada masyarakat. Berarti baik Amien maupun Sholahudin tahu dari mana dana tersebut. Pertanyaannya adalah mengapa diterima dan dipakai untuk kempanye pilpres? Kalaupun kedua tokoh ini tidak tahu dari mana dana begitu besar harusnya mereka menolak, tidak menggunakan dana yang belum pasti dari mana sumbernya, halal atau haram, atau syubhat. Justru lebih baik kita meninggalkan segala hal yang remang-remang, tidak jelas. Jadi sebenarnya sebagian capres-cawapres tahu dari mana dana kampanye mereka namun mungkin, sekali lagi mungkin, mereka sudah ngebet ingin menang dengan segala niat dan harapan kemudian menghalalkan semua cara. Toh nanti bisa dicicil dengan gaji sebagai presiden. Ini mengerikan jika pemimpin kita sudah tidak bisa membedakan dan menjaga diri dari hal-hal yang syubhat, apalagi menjaga dari yang haram? Na’udzubillah min dzalik.

Memang bisa jadi ada komunikasi yang tidak beres antara capres-cawapres dengan tim suksesnya, maksudnya tim sukses giat cari dana tapi capres-cawapres tidak mengontrol, mengawasi mereka. Akibatnya dana yang didapat tidak bersih, atau tidak jelas sumbernya. Akibatnya menjadi jebakan dan bom waktu. Dan mungkin masih banyak analisa untuk kasus korupsi ini. Sebelum ada bukti di hadapan hukum, semua itu masih serba mungkin. Mungkin benar, mungkin salah. Namun yang pasti KPK dan pihak terkait lainnya harus segera mengusut tuntas kasus besar ini. Jika capres-cawapres dan parpol terbukti menggunakan, menyalahgunakan dana non budgeter tadi, mereka semua harus diproses secara hukum.

Untuk para kader, pengurus, fans berat kaya saya, para simpatisan PKS di seantero nusantara, jangan langsung percaya dengan berita negatif tentang PKS di media massa. Tapi kalau berita bagus, just believe it ! he he. Ingatlah, Qur an Al-Hujurat ayat 6 : "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". Jangan langsung kecewa, mutung (marah-Banyumas) lalu munndur dari kepengurusan, tidak liqo’lagi, tidak mau terlibat dalam demo-demo PKS, kegiatan PKS. Jangan seperti itu saudaraku. Mari kita kedepankan husnudzan, nomor satu kan positif thinking dan tabayun (cek ricek) pada DPP, DPW, DPD, DPC, dan DPRa. Struktur PKS juga secepat kilat harus segera menjelaskan pada para kader, simpatisan dan masyarakat luas guna meluruskan opini buruk tersebut. Sementara ini saya juga berhusnudzan, PKS hanya terjebak permainan lawan, atau dijebak. Karena PKS adalah politikus baru yang belum paham mendalam di dunia yang baru; politik. Klarifikasi ini penting bagi semua parpol, tidak hanya PKS, tapi wa bil khusus PKS, sebab ekspektasi atau harapan publik pada PKS untuk bisa memperbaiki kondisi bangsa ini sangat besar. Inilah konsekuensi dakwah masuk ke wilayah politik yang sarat dengan tipu muslihat, intrik kotor, teror. Ya, dunia perpolitikan Indonesia memang sudah sangat parah bin akut, korupsi dimana-mana, kemana-mana. Kondisi moral para politikusnya juga memprihatinkan. Bolos sidang lah, selingkuh lah, mark up anggaran negara lah. Perpecahan parpol dll. Sementara itu PKS sudah berkomitmen tegas dalam pemberantasan penyakit bangsa tersebut. Dan memang semua itu tidak mudah dan akan banyak halangan, akan menemui banyak musuh. Jika PKS membuktikan diri tidak terlibat dalam penggunaan dana non budgeter DKP insya Alloh kepercayaan dan ekspektasi publik akan semakin besar. Kita buktikan di 2009 nanti, mau? Maturnuwun.

Purwokerto, 8 Jumadil Awwal 1428/ 25 Mei 2007
Bhayu Subrata on 081 327 64 64 81

Tidak ada komentar: