Sabtu, 18 Oktober 2008

Not Just Smack Down

Not Just Smack Down

Dampingi buah hati atau matikan tivi(jangan cuma Smack Down donk !)Beberapa hari ini banyak media massa kembali mengulas berita yang menyedihkan. Berita meninggalnya seorang anak SD. Kasus anak kecil meninggal sudah pernah muncul beberapa waktu lalu, kita masih ingat kasus bunuh diri seorang anak SD gara-gara tidak bisa membayar SPP atau uang ketrampilan. Ia stress lalu memutuskan bunuh diri. Sontak masyarakat kaget, bagaimana bisa anak belia bisa mempunyai pikiran mengakhiri hidupnya dengan cara yang hina. Jika pemuda atau orang tua bunuh diri itu masih ‘wajar’ tapi ini seorang anak yang belum dewasa. Dari mana ia bisa mempunyai ide gila tersebut. Siapa yang menginspirasinya. Spontan masyarakat memvonis media massa yang kerap menayangkan acara kekerasan dan kriminal disinyalir telah mempengaruhi pola pikir si anak.

Kini kasus bocah meninggal kembali muncul. Tercatat dua anak meninggal setelah bergulat ala Smack Down dengan temannya. Beruntun kasus serupa tampak. Ada yang ‘hanya’ terkilir, patah tulang tangan, hingga gegar otak ringan dll. Sontak media massa khususnya tivi yang menayangkan Smack Down disalahkan. Para ortu sangat khawatir jika tayangan ini terus ada karena akan membahayakan buah hati mereka. Masyarakat pun rame-rame mendesak pihak tivi tersebut untuk segera menghentikan tayangan kekerasan tersebut. Pro kontra pun memanas. Aliansi Jurnalis Televisi Indonesia (AJTI) mengatakan tayangan tersebut sudah lolos sensor LSF dan dulu sudah pernah diputar di beberapa stasiun tivi swasta. KPI juga mengatakan bahwa Smack Down adalah konsumsi dewasa dan tidak lebih dari sebuah teatrikal saja, tidak beneran. Pemutarannya pun tidak di waktu prime time, atau diatas pukul. 22.00 WIB. Menpora, Adhyaksa Dault juga telah meminta Lativi untuk menghentikan tayangan itu. Kak Seto, seorang pemerhati anak mengatakan bahwa anak adalah peniru yang sangat unggul. Ia meniru apa yang ia lihat, tanpa berpikir manfaat-bahayanya terlebih dulu, termasuk Smack Down yang ia lihat. Pihak tivi juga bisa berkelit dengan alasan sudah memberi pedoman seperti BO (Bimbingan Orang Tua), SU (Semua Umur) D (DEWASA) dll. Dan sebenarnya bukan hanya anak kita yang mudah terpengaruh, pemuda, orang tua pun sangat mungkin terpengaruh untuk meniru apa yang ada di tivi baik itu dalam sinetron, film atau iklan.Bisa jadi tivi adalah penemuan paling mutakhir abad ini. Dan saat ini hampir semua rumah pasti punya tivi. Kecanggihan kotak ajaib yang memunculkan gambar apa saja sesuai keinginan kita.

Awalnya tivi hanya sebuah sarana transformasi informasi. Kini fungsi tivi lebih dari itu, sebagai sarana hiburan, sarana belajar ilmu pengetahuan, sarana bisnis, sarana propaganda dsb. Tivi jugalah yang dimanfaatkan musuh Islam untuk menggulirkan ghazwul fikri yang ternyata sangat ampuh. Tayangan yang beraneka ragam telah membuat kita ketagihan menonton tivi. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya tivi baik nasional maupun lokal. Bahkan kini daerah-daerah berlomba memiliki tivi lokal sebut saja Ratih Tivi Kebumen, BMS TV Banyumas, Jak Tivi Jakarta dll dengan bermacam-macam motif. Agaknya kebutuhan masyarakat akan informasi, hiburan dan ilmu pengetahuan via tivi akan terus meninggi. Tivi bisa menyihir kita untuk terus nongkrong di depannya berjam-jam. Luar biasa !. All love televisions, tidak tua- tidak muda semua orang suka nonton tivi dan pengaruh tivi terhadap psikologi kita memang sangat besar. Dia bisa mengubah cara berpikir kira, cara hidup kita, kebiasaan kita.Saya termasuk yang pro Smack Down segera dihentikan dengan alasan yang kurang lebih sama dengan para ortu (maklum calon bapak, he he he).

Tapi ke depan jangan hanya tayangan kekerasan saja yang di-cut, masih banyak tayangan tivi yang tidak mendidik yang perlu segera di-cut, seperti sinetron remaja yang mengangkat tema pacaran, gaya hidup ala Barat, tayangan yang menguak fenomena sosial (baca: penyakit sosial), mengeksploitasi seksualitas, pornografi dan pornoaksi, kekerasan terhadap perempuan bahkan kartun yang disukai anak kita pun ada yang sadis, Tom & Jer r y, misalnya (saya yakin Anda pernah nonton). Tayangan tidak mendidik seperti itu diputar berulang-ulang, ditayangkan terus menerus maka ia akan membekas, mengendap dapat pikiran dan suatu saat bisa bangkit dalam situasi tertentu. Ini sangat berbahaya! Ketakutan masyarakat akan bahaya Smack Down harusnya sama dengan ketakutan akan tayangan yang merusak moral, perilaku,dan gaya hidup. Saya juga menganggap tivi itu barang netral, bisa hitam, bisa putih atau laksana pisau yang bersisi dua. Dia bisa jahat jika digunakan untuk membunuh akan tetapi ia juga bisa baik jika dipakai untuk menyembelih ayam, memotong sayuran, tomat, buah (hmmm jadi laper). The man behind the gun, itulah yang harus kita atasi.Akhirnya memang perlu terus ditumbuhkan daya kritis dan kritik masyarakat terhadap tayangan tivi. Sementara ini saya sepakat dengan ide Alm.Ust.Rahmat Abdullah yang memotivasi penonton tivi untuk melayangkan surat teguran pada stasiun tivi ketika mendapati ada tayangan yang tidak mendidik.“Jika kita rame-rame dan serentak mengirim surat keberatan dan mengancam memboikot jika terus ditayangkan mudah-mudahan bisa menjadi pertimbangan bagi pihak tivi untuk segera menghentikan tayangan tersebut” ujar beliau kalem.

Jadi saya tidak sepakat dengan opini: semua tergantung kita. Jika kita kuat maka walau lingkungan yang tidak baik, kemungkaran, kemaksiatan yang ada tidak bisa mempengaruhi kita. Hikmah lain adalah para ortu juga harus memberi perhatian yang lebih pada si anak. Membuat jadawal nonton tivi serta dan meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mendampingi si anak saat nonton tivi. Memberi penjelasan pada tayangan kartun misalnya. Sebab kita tidak bisa melarang anak untuk boleh menonton tivi seumur hidup (wah bisa kuper donk anak kita). Artinya harus proporsional, ingat kaidah dalam agama kita; ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk. Artinya kedepan dengan kekritisan kita, kita minimalisir kemudharatan, ketidak manfaatan, mengurangi bahaya di tivi kita. Selamat duduk mesra bersama buah hati kita, beri dia penjelasan dan ajak berdialog. Jangan biarkan dia nonton tivi sendirian apapun itu acaranya. Ingat pesen Aa’ Gym, kita sebagai kakak atau ortu juga harus memberi contoh yang baik, jangan sampai kita melarang anak menonton Smack Down tapi kita sendiri menontonnya. Matur nuwun.

Purwokerto, 1 Desember 2006Hari AIDS sedunia yaa… kata Pak.Wakil Bupati Banyumas tertinggi ketiga se-Jateng untuk kasus HIV/AIDS. Wallah ! Ingat, jangan terpengaruh iklan menyarankan memakai (maaf) kondom untuk mencegah HIV/AIDS. Jangan tertipu, karena itu sama saja mengizinkan seks bebas dan perzinaan.
posted by Brata

Tidak ada komentar: