Kamis, 23 Oktober 2008

Pergi ke Salatiga

Pergi ke Salatiga
(niru judul lagu barunya D’Changcutter)

Ini adalah kali pertama saya pergi ke Salatiga. Ya, saya dan manajemen Jarimatika Cabang Banyumas melakukan perjalanan dinas ke Jarimatika Pusat, tepatnya ke kediaman sang penemu, arsitek dan direktur metode berhitung cepat & tepat dengan jari, Bunda Septi Peni Wulandani, S.KM. Niat ikhlas kami adalah silaturahim mumpung masih di bulan Syawwal meskipun sudah di pertengahan bulan. Tapi tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan.
Pagi itu sangat cerah, langit terang padahal matahari belum muncul dari ufuk timur tapi pancaran energinya sudah terasa. Rabu, 15 Oktober ini Pukul.06.00 ini kita berangkat berkendaran Espass merah metalik. Layaknya mobil travel, mobil keluarga itu sigap menjemput semua manajemen. Oia,seharusnya kita take off jam05.00 tapi… Ustad Imung, -begitu bapak 1 putra dan 1 putri ini bisa dipanggil-, dengan style khas; baju koko, peci putih dan jas coklatnya telah duduk gagah di samping pak sopir yang sedang bekerja, mengendarai Espass supaya baik jalannya, tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk, itu suara sepatu kuda..he he.

Awalnya saya agak grogi duduk berdekatan dengan akhwat. Maklum ikhwan, masih single lagi, he he…Tapi daripada disemprit pak polisi, -yang katanya tidur saja dah nyusahin apalagi jalan-jalan-, gara-gara berdua dengan ustadz disamping Pak.Nasrulah. Oia, kenalkan ini Pak.Nasrullah, kata Ustadz beliau ini seorang mualaf yang amat taat. Saya juga mualaf, baru 10 tahun ini belajar islam yang benar. Maka dengan berat badan 53 kg (bukan hanya berat hati), saya pun duduk cakep di kursi di depan 4 akhwat yang mpet-mpetan kaya pemudik di KRL. Saya bisa merasakan betapa ga enaknya berdesakan di dalam sebuah mobil yang akan berlari selama lebih kurang 4-5 jam. Tapi semua itu tidak ada artinya, karena jika 2 atau lebih akhwat pada ngumpul, maka sirnalah kepenatan, tersibaklah kesepian, lahirlah keceriaan, hilanglah masalah. Itulah uniknya para akhwat.

Bagi yang baru melakukan perjalanan jauh pasti akan selalu berkomentar tentang apa saja yang dilihatnya selama perjalanan. Mereka pun rame saat melintasi dua gunung ketika meninggalkan kawasan Wonosobo.
“Itu gunung Merapi yaa ?”
“Bukan, itu Sindoro, yang itu Sumbing” ujar seseorang meluruskan
Atau berdecak kagum ck..ck…ck.. saat melihat indahnya aliran air Serayu yang meliuk-liuk di antara bebatuan besar di bawah sawah yang menghijau.
“Itu kan yang buat arung jeram yaa…” seorang akhwat nyeletuk
Sang surya terus memanasi bumi yang beberapa hari ini basah oleh hujan. Kabarnya dua hari ini curah hujan di beberapa daerah cukup tinggi, bahkan disertai angin membadai. Akibatnya di Banyumas beberapa pohon dan papan reklame tumbang. Alhamdulillah pagi ini cerah sehingga kita bia asarapan pagi di Parakan, tepian Temanggung (apa hubungane ?) Sedetik sebelum meninggalkan warung makan, mata minus saya menangkap sebuah kotak berlabel LAZIS Temanggung. Tak pikir panjang, tak ku sia-siakan kesempatan besar ini. Ku masukan selembar uang receh ke sana. Man jaaa a bil hasanati falahu ‘asyru amtsalihaa

Baik, sekarang kita akan melanjutkan perjalannan ke Salatiga. Mari kita berdoa, bismika allohumma ahyaa wa amuut… ha ha, biasa habis makan, kenyang maka penyakit kantuk bisa menyerang, apalagi dalam kondisi pasif di dalam mobil. Masing-masing mulai mencari kesibukan, ada yang mipil tilawah, Wah hebat nih, juz an wahidan yauman yaa, sip lah, itu baru kader sejati. Mushaf adalah satu benda yang wajib dibawa kemana pun bagi seorang yang ingin serius berislam. Saya juga bawa, pasti tapi akan saya baca nanti setiap setelah sholat fardhu.
“Oia, hari ini saya shafar, berarti…” Saya mulai mengatur strategi agar target satu juz tetap tercapai tapi agenda Jarimatika bisa lancar.
Itulah enaknya jika kita bersafari, kita boleh ga puasa, kita boleh menjamak dan qashor sholat wajib kita, dhuhur & ashar jadi 4 rakaat, maghrib tetap 3, tapi isya bisa dipadatkan jadi 2 rakaat. Kita juga bisa memilih mau di-takdhim-kan atau di-takhir-kan. Asyik kan. Alloh memang baik ya, Rasul Saw memang amat bijaksana.

Kembali ke dalam mobil, ada yang baca novel, ada yang cerita neneknya, adiknya, temen sekolahnya dulu, pengalaman hidup sambil mengunyah apa saja yang bisa dikunyah. Ada pula yang terdiam saja…zzz..zzz. Saya asyik menikmati bangunan, pepohonan di kanan dan kiri. Sesekali ikut berkomentar, menimpali guyonan dari belakang. Ternyata ga semua itu akhwat kalem yaa…
Belum lama roda berputar, Espass kembali berhenti di depan sebuah masjid yang sedang direnovasi. Bagus tidak ada pos atau orang-orang meminta sumbangan pembangunan masjid. Soalnya ada juga orang yang ‘kreatif’ membuat pos di pingir jalan, membuat tanda agar kendaraan memperlambat lajunya dan menyumbang. Cara seperti ini boleh saja dilakukan, tapi apakah layak. Halal sih.. tapi ga thoyyib. Sama ketika di RIMBAS dulu, pas syura Ramadhan, ada ide ngadain pentas nasyid di halaman kubah atas. Saya termasuk yang ga setuju, memang itu bisa tapi ga baik, ga pantes. Spektakuler memang, menyedot perhatian masyarakat, tapi ra patut lah. Alhamdulillah, kegiatan aneh itu ga jadi ada.
“Mau silaturahim dengan takmir masjidnya” ucap Pak.Nas. Dahi Ustadz dan saya berkerut.
“Mau kebelakang, maksudnya” lanjutnya. Kami berdua tertawa, ha ha hi hi…
Ustadz pun ikut keluar menyapa santri-santri TPA, seperti kekasih yang bertemu dengan belahan jiwanya. Aku bergegas ke WC mengikuti Pak.Nas. Saya selesai dulu, sambil nunggu beliau, saya berwudhu dan sholat Dhuha 2 rakaat. Agak keburu sih, tapi lumayan. Saya sempet glewean, ini namanya sholat khauf, bukan sholat dalam suasana ketakutan, kondisi genting dan kritis saat perang, tapi khauf karena khawatir ketinggalan mobil. Astaghfirulah… wa atuubu ilaih

Demi menghemat waktu, kita ambil jalur cepat lewat pinggiran. Kita melintasi daerah yang namanya sempat terkenal gara-gara menjadi judul sebuah film layar lebar.
“Oo..ada daerah yang namanya Banyubiru”
“Itu kan filmnya Dian Sastro sama Tora Sudiro ya?” Sela seorang akhwat disebelahku. Wah, gaul juga ni akhwat, saya hanya bisa tersenyum.
Singkat saja, Alhamdulillah bertepatan dengan adzan Dhuhur kita sampai di Jl. Margosari IV, di depan sebuah rumah yang amat bagus. Bergaya minimalis, tulis sebuah media cetak. Ya, ini rumah Bu.Septi. Rumah sederhana itu tampak sepi, kayaknya lagi pada pergi. Seorang ibu paruh baya mempersilakan kita naik ke lantai dua. Disana kita disambut oleh Pak.Dadang dan crew Jarimatika pusat yang beberapa baru saya kenal.
“Mohon maaf, Bu. Septi lagi keluar, insya Alloh siang ini kembali” ujar Pak. Dadang sambil menata kursi. Kita pun berlebaran, saling memaafkan, saling berpelukaaan sesama akhwat. 8 gelas teh hangat menyapa lidah kita yang cukup garing. Kita langsung pada 7 aspirasi yang harus kita sampaikan, kita perjuangkan sampai tetes air teh penghabisan.

Sekitar jam13.00 an kita sholat di rumah rehat, begitu Pak.Dadang menyebut bangunan kecil yang dikelilingi kolam ikan. Kita harus melewati beberapa pijakan dari bebatuan dulu. Kita sholat Dhuhur yang digabung dengan sholat ashar, namanya jamak qashar di-takdhim-kan. Jadi dilakukan di waktu Dhuhur. Tempatnya asyik banget. Asri. Sambil menunggu para akhwat wudhu, yang ternyata cukup lama, selain anter akhwat kan ‘kompleks’, saya tilawah, lumayan satu setengah lembar. Akhirnya kita sholat dulu, akhwat nyusul. Nah, sambil nunggu akhwat selesai sholat, kembali saya buka lembar-lembar Kalamulah. Saya begitu menikmati ayat demi ayat-Nya.3 halaman selesai siang ini. Genap 6 halaman dengan 3 halaman ba’da subuh tadi.Ku cium kitab yang paling banyak dihafal orang Islam.
“Assalamu’alaikum “ suara dan wajah yang amat kita kenal pun akhirnya datang jua.
“Wa’alaikum salam Bu.Septi ” jawab kita bersamaan.
Wah, seneng sekali bisa bertemu dengan orang nomor satu di Jarimatika. Meskipun kita sudah pernah bertemu, ngobrol sebelumnya tapi tetap terasa... luar biasa. Itulah hebatnya menjadi pribadi yang luar biasa. Seperti biasa, ibu 2 putri 1 putra ini menyapa kami dengan ramah. Kemudian kita pun diajak santap siang bersama.
“Maaf, Pak.Dodi lagi ke Jakarta, ada urusan penting” ujar penerima Danamon Award 2006 ini disela-sela makan. Kami pun mengangguk paham.

Setelah itu kami kembali ke lantai II dan melanjutkan pembicaraan. Kali ini lebih serius. Korwil II (Jateng-DIY) akan mengadakan Workshop Guru Jarimatika pada Desember 2008 ini, sekaligus persiapan Jambore, Ibu Profesional ini insya Alloh bisa hadir. Tapi untuk event Seminar Jarimatika kerja sama dengan SPKN di Banjarnegara 15 November besok, beliau tidak bisa. Selain 16 November nya sudah ada jadwal di Padang, Sumatra, beliau juga harus membimbing kedua putrinya yang akan ujian. Salut sekali, beliau tetap menomorsatukan keluarga. Alhamdulillah, semuanya lancar. Berhasil ! Satu lagi, saat menanggapi banyaknya plagiator Jarimatika. Peraih UMM awards ini menyikapi dengan tenang.
“Kalau kita emosi, justru kita akan rugi, kita menerangkan apa itu plagiator kita. Secara tidak sadar kita mempromosikan mereka. Energi kita habis untuk mengurusi hal yang tidak begitu penting. Lebih baik kita meningkatkan kualitas internal kita. Maka saya push cabang membuat event bersama, antar unit, antar cabang kegiatan non Jarimatika pun boleh.”
Betul juga, kita harus meningkatkan mutu pengajaran, meng-up grade skill teaching guru dan lain sebagainya. Sepakat.
Matahari semakin menghilang, tiba saatnya kita pamit pulang. Kita mau membeli tahu bakso sebagai buah tangan.
“Kebetulan, saya juga usaha tahu bakso. Ayo saya antar” kata beliau lagi. Tak lama kemudian kita sudah duduk menikmati bakso dengan tahu baksonya. Enak sekali, ya iyaa lah ditraktir…
“Ini usaha ibu-ibu yang saya bina” Bu.Septi menunjukan kotak berisi tahu bakso bermerk ‘IBOE’ lalu memasukannya dalam tas pink.
“Jadi Ibu kumpulkan ibu-ibu yang bisa membuat tahu bakso, kita kemas seperti ini. Silakan digoreng dulu.” Lanjut beliau bangga.

Sedih, ga pengin pulang, betah dan perasaan yang lain yang membuat kita sebenarnya ga ingin kembali ke Purwokerto. Tapi bagaimana lagi, besok kita harus kerja lagi. Tapi yang jelas kita mendapat semangat baru, ilmu baru. Kita siap fight di Purwokerto. Langit Salatiga semakin gelap. Adzan Maghrib sudah menghilang di telinga. Kita putuskan sholat jama’-qashar takhir untuk sholat Maghrib-Isya. Aku teringat kewajiban seorang akh, wirid Al-Matsurat petang pun lirih ku baca. Espass melaju pelan menyusuri kota kecil ini.
“Itu Masjid Agung Salatiga, kecil yaa, kaya Nurul Ulum” kata seseorang tepat di belakang ku. Saya tersenyum kecewa. Setelah itu, semuanya terlelap -kecuali Pak.Nas, repot donk, kalau beliau ikut tidur-, hingga terbangun di depan Masjid Agung An-Nuur Banjarnegara.
“My town !” Saya melompat keluar, lalu medang ronde bersama Ustad dan semuanya. Kemudian Ustadz, Pak.Nas dan saya sholat maghrib-Isya di masjidnya wong Banjar yang lagi direhab. Konon kata Pak.Djasri, developernya bermasalah sehingga sisa biaya renovasi yang 800 juta dikembalikan ke Pemda. Kebetulan saya bersua dengan Bupati Banjarnegara itu lagi di tempat yang sama, tepat 3 hari setelah pertemuan pertama saat Peringatan Nuzulul Qur an tingkat nasional 17 September yang dihadiri oleh SBY kemarin, di Masjid Agung Baitussalam Kabupaten Banyumas.

Masjid nan agung itu sangat sepi, tidak ada seorang pun. Aneh sebenarnya masjid kabupaten ga ada yang nungguin. Kayanya belum ada Remaja Masjidnya. Masa saya harus turun tangan sih, back to d’town, menghidupkan remaja masjidnya. Ayo donk, para remaja di sekitar Masjid An-Nuur bangkit, hidupkan Baitullah ! Jangan kalah dengan remaja Masjid Agung Daarussalaam Cilacap yang telah bergabung dalam IKRAR MUDA. Seketika saya teringat dengan temen-temen RIMBAS (Remaja Islam Masjid Agung Baitussalam) Purwokerto yang saya tinggal satu hari ini. Saya bersyukur bisa bersama para remaja yang luar biasa, yang sabda Rasulullah Saw akan mendapat naungan di akhirat tatkala tiada naungan kecuali dari Alloh Swt. Saya ingin segera sampai Purwokerto, segera pagi dan bertemu kembali dengan mereka. Kangen yakin..

Pukul.23.45 sampai di Jarimatika. Kurebahkan sebentar badan yang lemas ini di kamar yang selalu berantakan, buku-buku tebal tergeletak di tempat tidur. Aku bangkit, kubasuh muka, kepala, tangan, dan kaki. Ku ambil Adz-Dikr, ku baca lembar-lembar terakhir juz 15.Ku berniat besok hari ke-4 saya shaum sunnah Syawwal.
“Alhamdulillah yaa Alloh Swt, terima kasih banyak..”
Purwokerto Kota Satria
16 Syawwal / 16 Oktober 2008
Bhayu Subrata, S.Sos

Rizki di pagi hari

Rizki di pagi hari

Dua pekan ini adalah pekan yang amat melelahkan. Rabu kemarin, kita rombongan manajemen bersilaturahim ke Salatiga, ke kantor Jarimatika Pusat. Nah, hari ini P.U siap meluncur ke luar kota lagi, tepatnya ke Cilacap untuk mem-fix-kan tempat yang akan dijadikan kantor unit Jarimatika Cilacap. Pagi itu amat cerah sehingga saya, dua akhwat dan UI (bukan nama sebenarnya .. he he) tampak bersemangat 45. Maklum harusnya Jum’at kemarin, cuma tertunda karena hujan di pagi hari.
“Nuwun sewu Ustadz, saya pake motor sendiri, soale setelah urusan Jarimatika selesai saya ada urusan dengan temen disana” ujar ku diatas motor Honda lanang. Ya, Supra ku dipake dua akhwat P.U.

Pukul. 10.15 kita sampai di Masjid Agung Daarussalaam Cilacap. Kita sudah janjian dengan temen-temen manajemen Cilacap. Masjidnya bagus, parkirnya luas, menaranya tinggiiii, punya auditorium, ada hotel. Tempat wudhunya juga bersih. Sekretariat IKRAR MUDA dan studio DFM juga oke punya. Dari pengelolaan parkir, penyewaan auditorium, hotel, iklan DFM itulah kata Mas.Wiwit, penyiar bisa punya gaji Rp.400.000 per bulan. Hebat yaa. Itu juga yang menjadi ambisi saya di BAS FM.
Tumben ada yang nyetel murattal pagi ini. Suaranya asing, sehingga saya gagal menebak suara imam masjid mana yang berkumandang. Ternyata sedang ada muraja’ah atau semakan Al-Qur an. Sayang, bacaanya terlalu cepat padahal tuntunan dari Al-Qur an kan membaca dengan tartil. Tartil itu santai, tertib dan jelas tajwidnya. Subhanallah, sekilas saya bisa menangkap satu ayat yang sangat saya kenal, cuma saya lupa surah, apa ayat berapa, tapi saya sangat ingat letaknya, ya, ayat ini ada di pojok kanan atas, ayatnya berbunyi “man qotala nafsan bighayri nafsin aw fasadi fil ardl fa ka annama qotalannaasa jamin’aa. Wa man ahyannaasa fakannama ahyannaasa jami’a …”, sata tahu artinya kurang lebih seperti ini “barangsiapa yang membunuh manusia bukan karena membunuh sesama atau karena berbuat kerusakan dibumi ini, seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang menghidupkan / menghidupi seorang seakan-akan ia menghidupi manusia seluruhnya”. Inilah efek dari kebiasaan khatam 1 kali sebulan, sedikit-sedikit nyantel. Target 5 tahun hafidz, yess.

Sambil nunggu temen Cilacap, ku sempatkan sholat dhuha 4 rakaat, lumayan… penginya sih kaya Ust. Yusuf Mansur 6 rakaat. Seorang akhwat bergegas masuk ke masjid, kayaknya sholat dhuha juga, Tak lama kemudian dia keluar dan langsung tilawah. Siip lah.. Sementara itu UI tertidur, mungkin tadi malam tidurnya larut.
“Cari sarapan dimana yaa, “ mataku menyapu tanah lapang di timur masjid. Sepi, panas.
Teringat alun-alun Purwokerto pada waktu yang sama juga sepi dari pedagang. Ya, sudah satu pekan ini alun-alun kota tersebut lengang. Tampaknya perbup yang mengatur (baca : mengusir ?) para PKl sudah berlaku. Kasihan juga mereka kehilangan pembeli, omzet menurun drastic.
Saya tidak shaum Syawwal Senin ini, karena mau shafar. Dengan senang hati, shaumnya dipindah besok. Insya Alloh dua kali lagi selesai 6 hari..

Alhamdulillah, tak lama menunggu, 3 manajemen Cilacap datang juga. Kita langsung syuro. Ternyata Cilacap itu punya wilayah yang unik, melengkung katanya. Sesaat sebelum syura selesai, tiba-tiba seorang bapak keluar sambil membawa 7 kotak putih.
“Ini masih ada sisa, silakan” katanya sopan.
Kita semua heran, terutama saya dan UI. Kita saling berpandangan sebelum tawa meledak. Sebelum syura, saya sempet curhat ke UI kalau saya lapar sekali. Masya Alloh, benar-benar ga diduga. Mudah-mudahan itu krenteg ku tadi dikabulkan Allloh yang maha pemberi rizki. Atau ini adalah jawaban dari doa-doa yang setiap ba’da sholat dhuha saya panjatkan. Bisa jadi iya. Sebab kata Ust.Yusuf Mansur dalam ceramah beliau yang setiap Ahad malam diputar di radio BAS FM kaya gini,“Kite kagak pernah tahu doa kite yang mana yang dikabulkan sama Alloh, You’ll never know !” Sarapan kali ini amat bergizi. Hmm kenyang…Terima kasih yaa Alloh.


Purwokerto, 21 Oktober 2008
Bhayu Subrata, S.Sos
Email : pakbhayu@yahoo.co.id
Weblog: bayubarata.blogspot.com

Sabtu, 18 Oktober 2008

RIMBAS & JPRMI ‘saudara kembar’ UKKI & Puskomda ?

RIMBAS & JPRMI ‘saudara kembar’ UKKI & Puskomda ?

(Teruntuk Sang Ketua RIMBAS 2008-2010)

Berbicara RIMBAS & JPRMI (Jaringan Pemuda & Remaja Masjid Indonesia), saya jadi teringat dengan ‘masa lalu’ saya. Saya ingat dengan UKKI dan Puskomda (Pusat Komunikasi Daerah). UKKI adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) tingkat universitas yang mengkoordinir –saat itu- 11 LDF (Lembaga Dakwah Fakultas) di Unsoed. Berpijak pada posisi universitas yang membawahi fakultas maka hubungan LDK dan LDF juga sama, meskipun demikian LDF tidak menyampaikan LPJ pada LDK karena LDK tidak membentuk & melantik LDF. LDK hanya memfasilitasi pembentukan LDF, lalu memotivasi, mensupport dan mensupervisinya. Saat itu UKKI memainkan 3 peran utama yakni sebagai motor, akselerator dan pemersatu dakwah kampus.

Sedangkan Puskomda adalah struktur dibawah Puskomnas (Pusat Komunikasi Nasional). Puskomnas adalah struktur tertinggi dalam FSLDK (Forum Silaturahim LDK) Nasional. Cakupan kerja Puskomnas adalah nusantara, se-Indonesia, sedangkan Puskomda adalah kabupaten/ kota atau karisidenan. Jadi Puskomda mengkoordinir beberapa LDK di kampus-kampus di wilayah kerja UKKI yakni Barlingmascakeb.

Dulu, antara jabatan ketua dan pengurus UKKI dengan ketua dan pengurus Puskomda diisi oleh orang yang berbeda. Ketua UKKI dan pengurusnya fokus pada UKKI sebagai basis dakwah kampus di kandang sendiri (Unsoed), sedangkan ketua dan personel Puskomda berkonsentrasi pada perluasan dakwah kampus di luar Unsoed. Sebenarnya, kedua jabatan tersebut bisa diamanahkan pada satu orang, ya ibarat pakai baju, maka si fulan punya dua baju ; seragam UKKI dan Puskomda. Baju tersebut adalah baju perang, tau kan berapa beratnya baju perang itu? Walaupun sebenarnya UKKI masuk dalam LDK yang juga harus diurusi oleh Puskomda, tapi karena UKKI dihusnudzoni oleh Puskomnas sebagai LDK yang terbagus diantara LDK di wilayah Barlingmascakeb, maka fungsi Puskomda diberikan oleh UKKI. Dan fungsi Puskomda bisa digilir kepada LDk lain yang memang layak. Uniknya, saat Rapim ketua Puskomda selalu laporan kepada ketua UKKI. Kebalik yaa, ngga papa, kaya karo sapa…

)I(

Saya amati, kayaknya banyak kesamaan antara UKKI- Puskomda dengan RIMBAS-JPRMI. RIMBAS adalah lembaga dakwah remaja masjid yang posisinya amat strategis yakni di masjidnya Kabupaten Banyumas. Dengan itu RIMBAS memiliki modal dan potensi yang amat besar untuk menjadi besar. Oleh karena itu RIMBAS (seharusnya) bisa mengkoordinir masjid di 27 kecamatan. Maka RIMBAS berfungsi sebagai titik sentral, sedangkan JPRMI sebagai ekspansi atau perluasan dakwah. Mirip dengan Puskomda, JPRMI pun akan mengkoordinir masjid di kabupaten Banyumas ini.

Nah, saya ‘curiga’, pola kerja RIMBAS - JPRMI juga akan sama dengan UKKI - Puskomda. Bahkan mungkin lebih ‘indah’ lagi karena objek nya lebih banyak dan cakupannya lebih luas. Dulu ketua RIMBAS adalah ketua JPRMI, artinya sang jenderal harus selalu punya energy yang amat besar. Sebab selain harus mensolidkan crew RIMBAS, beliau juga harus konsentrasi ekspansi atau memperluas dakwah remaja masjid. Bukan itu saja, kursi pengurus JPRMI Banyumas juga banyak diduduki oleh pengurus RIMBAS juga. Sungguh, kita butuh energy yang amat besar agar keduanya bisa adil 100 %. Al-mu’minul qowiyy khayru wa ahabba ilallahi minal mu’minu dha’if.

Bagusnya sih, kepengurusan keduanya terpisah, sebab energy kita sangat terbatas dan kita hanya manusia biasa yang sangat mungkin bisa mutung, futur bahkan insilakh atau muntaber alias mundur tanpa berita. Itu bisa kita lakukan jika anggota RIMBAS banyak dan bagus. Maka memperbanyak jumlah anggota RIMBAS menjadi kewajiban. Sehingga RIMBAS punya banyak stok dan pilihan. Lihat saja sekarang, satu pengurus RIMBAS harus menggarap dua-tiga amanah. Itu baru di RIMBAS, belum diluar. Ini sebenarnya kurang sehat, tapi bagaimana lagi, wong orangnya cuma segitu, Tapi, jujur mencari kader yang sebagus kader RIMBAS saat ini, yang cuma segelintir ini, betul-betul sulit, sebab mereka adalah produk dari sistem pendidikan yang amat mutakhir, canggihe pool. Naa, sistem itu lah yang harus kita copy paste ke RIMBAS. Sistem itu adalah tarbiyah. Untuk itu diperlukan iltizam (komitmen) dan jiddiyah (keseriusan) yang luarr biasssa dari semua pengurus dan anggota RIMBAS dan adanya tim yang solid untuk menggerakan dakwah ini.

Yaa ikhwati fii diinil haq, qum, hayya qum ! hayya na’mal wa jaahidu fillaahi haqqa jihaadih ! Allohu Akbar !!!

12 Syawwal 1429 H/ 12 Oktober 2008 (revisi)

Bhayu Subrata, S.Sos

(mantan Ketua Umum UKKI Unsoed, Masjid Kampus Nurul ‘Ulum 2005/2006)

Hari ini ‘Idul Fitri

Hari ini ‘Idul Fitri

Rabu ini adalah hari yang penuh dengan syukur. Alhamdulillah, Pemerintah RI lewat Menag menetapkannya sebagai 1 Syawwal 1429 H. Artinya hari ini adalah hari raya ‘Idul Fitri setelah sebulan berpuasa Ramadhan. Satu kebahagian bagi ummat islam yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. Kebahagian yang kedua adalah saat kita berjumpa dengan Alloh Swt Al-Khaliq kelak dengan amal-amal terbaik kita tentunya. Maka, wa’aiddu !

Hari ini kembali lagi ummat islam di seluruh dunia berkumpul di masjid-masjid, di alun-alun, di lapangan. Ummat yang ditakdirkan sebagai ummat terbaik ini menyuarakan tahmid, takbir, tasbih dan tahlil ke angkasa menembus langit hingga ‘Arsy. Allohu Akbar ! Sholat sunnah tahunan tersebut seakan menjadi kewajiban sehingga harus meluber ke jalanan. Alun-alun kota Banjarnegara menjadi lautan manusia yang bermunajat pada Alloh Swt. Masjid Agung An-Nuur yang masih dalam tahap finishing tampak bisu menatap keindahan di depannya. Khutbah selepas sholat ‘Id menjadi bekal dan modal awal tuk menjalani hari-hari baru pasca Syahrul Mubarak. Saya sempat mencatat –dalam Flexi - beberapa point penting dari khutbah panjang yang berujung pada tujuan akhir puasa kita antara lain :

  • Sikap dan perilaku orang yang bertaqwa ada di QS. Al-Baqarah [2]: 177. Saya semakin akrab dengan ayat panjang dalam surah yang termasuk terpanjang dalam Adz-Dzikr ini. Pertama kali mendengar ayat ini dikupas oleh H.M Isplancius Ismail, S.H, M.Hum, ketua takmir Masjid Agung Baitussalam Kab.Banyumas ketika bakti sosial sebulan sebelum Ramadhan di Sokaraja yang lalu, dan … saya langsung jatuh hati dengan ayat yang luar biasa tersebut.

  • Kedua adalah ayat ke-133 dari surah ke-3 yakni ‘Ali ‘Imran yang juga berisi karakter orang yang bertaqwa.

Pagi ini saya kembali saya –dan kedua adik saya- sungkem kepada Ibu dan Bapak seraya mengucap doa terbaik di awal Syawwal; Taqabbalallhu minna wa minkum Ja’alanallahu wa iyyakum minal ‘aidin wal faidzin.. Kullu ‘aam wa antum bi khayr. Ya, semoga Alloh Swt menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan, mengampuni seluruh dosa kita sekaligus menerima taubat kita. Amiin taqabbal ya kariim. Sejenak terdengan isak tangis Ibu dan Bapak, juga adik yang mengakui kesalahan mereka. Tak lama kemudian tetangga berdatangan, saling bersalaman, bermaafan dan mendoakan. Selesai kunjung mengunjungi sesame tetangga, semua warga RT.01, 02, 03 berkumpul di jalan Puteran untuk bersalam-salaman.Mereka berbaris rapi untuk saling memaafkan.

Lama saya tidak pulang ke Banjar membuat saya pangling ketika bertemu dengan beberapa wajah yang pernah saya kenal dulu. Bocah-bocah yang dulu suka berlarian, tukaran, glewehan pas sholat, kini menjelma menjadi puluhan ABG dan remaja. Beberapa teman sebaya dulu juga banyak yang sudah berubah. Ada yang sudah menggendong bayi, ada yang sudah menuntun bocah 3 tahunan, atau sekedar berpasangan. Bahagia sekali… sekilat kesedihan melintas; aku masih sendiri. Hiks…hiks..

Sempat berkhayal juga, saya mengantri disana dan bersalaman memutar bersama seorang akhwat. Lalu komentar dan pujian pun terucap

Oo ini istrinya Mas Bhayu, cantik yaa…” Mudahkan yaa Alloh Swt, doa ku yakin


Matahari terus meninggi saat saya dan keluarga bersepeda motor ria melalui jalan raya yang mulai sepi. Ibu dibonceng Bapak pake Beatnya Adik. Vixion membawa saya dan Lulu, adik ku yang bontot.. Sementara itu Bowo sendirian diatas Supra ku. Sempet ketemu temen lama, buru-buru saya klarifikasi bahwa yang dibelakangku ini adik ku, bukan istri ku.
Istri ku seorang akhwat berjilbab besar” ujarku singkat

Pesan Bapak, hari ini kita akan silaturahim ke rumah embah dari Ibu, eyang dari Bapak. Sebuah pembelajaran menjaga silaturahim yang bagus. Tapi saya perlu tahu juga garis nasab mereka semua. Alhamdulillah, sampai juga di rumah embah dari Ibu. Mbah putri sudah lama sakit stroke. Bagian tubuh kanan lumpuh. Tangan kanan kaku, berjalan pun ga seimbang. Hanya suara gumam yang keluar dari mulut keriputnya. Sesekali beliau menangis tiap kali cucunya berkunjung. Kasihan sekali. Ku genggam tangan lemahnya, ku’ucap doa. Dulu pernah mau dicoba thibun nabawi yakni bekam, namun urung sebab faktor usia. Beliau sudah sangat sepuh. Tak lama kemudian pakdhe, budhe ku, pasukan keponakan’ku berdatangan. Senyum dan wajah yang berseri dalam balutan baju baru menjadi sesuatu yang paling menarik. Ya, lebaran memang masih identik dengan baju baru. Padahal laysal ‘iid libasul jadiid, wa laakinnal ‘iid tho’aatuhu taziid, pujangga Arab bertutur bukanlah berhari raya itu berbaju baru, melainkan berhari raya itu yang ketaatanya meningkat, alias al-imaanu yaziidu, iman kita menanjak. Tidak salah sih memakai baju baru, jilbab baru hari ini, bisa jadi itu adalah bagian dari ekspresi kegembiraan, bentuk sederhana syukur kita. Tapi yang lebih penting adalah hati kita harus baru, ruh kita baru. Menjaga stabilitas iman dan amal pasca Ramadhan itu lah yang menjadi tugas kita selanjutnya. Memang benar untuk bisa istiqomah itu tidak mudah, perlu mujahadah besar-besaran.


Akhirnya, selamat hari raya ‘Idul Fitri 1429 H, kullu ‘aam wa antum bi khayr, taqabbalallhu minna wa minkum wa shiyamana shiyamakum, ja’alanallahu wa iyyakum minal ‘aidin wal faidzin.Selamat bagi yang tercapai program khatam Qur an satu kali, hafalan surah baru, I’tikaf 10 hari, QL tiap malam dll. Insya Anda lah sang juara yang berhak mendapat gelar yang hanya diberikan Alloh Swt; al-muttaqin. Bersyukur bagi kita yang malam ini khatam juz 1 Al-Quran, sholat 5 waktu berjamaah di masjid, berinfaq- sedekah, dan berniat shaum 6 hari Syawwal.


Banjarnegara 1 Syawwal 1429 H / 1 Oktober 2008

Bhayu Subrata

Takziah di hari raya

Takziah di hari raya

Satu lagi tradisi para pemudik di hari-hari raya ini. Di hari pertama ‘ id itu banyak orang yang ta’ziah ke kuburan. Entah siapa yang memulai tradisi ini. Selepas bersalam-salaman dengan tetangga, banyak dari kita menyempatkan waktu untuk bertakziah ke tempat tinggal orang mati ini. Tidak tanggung-tanggung anak, cucu, keponakan juga diajak serta. Tak terkecuali di kuburan Jenggul, kira-kira 1 km dari rumah saya. Mobil dan sepeda motor berplat luar daerah berjejer rapi di tepi jalan. Pagi itu tukang parkir dadakan tampak sibuk mengatur lalin. Lumayan ada sripilan alias rejeki tambahan.

Pagi itu kuburan yang biasanya sepi kini terlihat ramai. Orang-orang berjalan menyemut menuju tempat yang kerap dianggap paling angker sedunia itu. Entah apa yang terpikir dan terucap saat memasuki areal pemakaman. Para pengemis pun menyambut rombongan pentakziah dengan wajah dan tangan mereka yang lusuh. Satu-persatu uang receh pun ramai mengisi bungkus permen. Mereka pun sibuk mencari kuburan mbah, saudara atau orang tuanya. Beberapa kuburan sudah dikepung oleh sanak saudara, mereka membersihkan rerumputan liar, sampah daun, dan tanah yang mengotori bangunan keramik kecil. Bangunan kecil itu memang kotor dan tidak terawat, maklum mereka hanya sempat main kesana setahun sekali, itu pun gara-gara idul fitri. Coba kalau tidak ada idul fitri, bisa jadi mereka sudah lupa siapa nenek moyang mereka. Salah seorang dari mereka mengeluarkan sebotol air lalu menyiramkannya rata kakan ke kiri. Satu lagi menaburkan bunga mawar diatas tanah yang basah itu. Kini mereka duduk mengitari gundukan tanah lalu khusyuk membaca wirid-wirid pendek, mendoakan si mayit, sebagian lagi membaca surah Yasin. Tak jarang air mata menetes, teringat akan si mayit dulu. Lucunya ada yang mengenalkan anak, mantu, dan cucu ke si mayit. Emang denger …

Bau Hinduisme di Jawa memang masih menyengat. Kepercayaan bahwa air yang disiram bisa ngademi mayat yang kepanasan di tepian neraka. Kita hanya bisa menebak si mayit sedang tidur nyenyak menunggu dibangkitkan atau tersiksa luar biasa hingga kiamat. Mengapa harus bunga mawar, bukan bunga bangkai atau godhong gedang. Orang Jawa memang senang dengan symbol. Mulai prosesi menguburkan mayat hingga tradisi 7 hari, 40 hari, nyatus, nyewu, those are fully symbols. Melemparkan bunga dan uang receh di belakang keranda selama menuju kuburan adalah symbol bahwa orang mati tidak membawa harta, uang receh sekali pun, apalagi mobil mewah. Bunga adalah symbol harapan agar si almarhum tetap dikenang kebaikannya, tetap baik namanya di dunia. Sayang sejuta sayang, kita tidak bisa menangkap makna dibalik symbol tersebut. Salah siapa ? Wali Songo ? jangan dong. Ini tugas para ustadz, kyai dan da’i untuk segera menjelaskan, meluruskan semua itu. Makanya pada kyai jangan ikut-ikutan ngurusi politik, rebutan kursi dan kekuasaan. Amal jama’i untuk negeri ini bukan seperti itu. Masing-masing sudah ada job-nya. Dan masing-masing punya kontribusi positif dan signifikan terhadapap perbaikan bangsa ini.

)I(

Takziah yang berarti berkunjung, menjenguk ke kuburan pernah diharamkan oleh Rasulullah Saw, namun selang beberapa waktu beliau membolehkannya. Ya, takziah ke makam merupakan perbuatan yang baik. Beruntung mereka masih ingat saudara, keluarga mereka yang telah meninggal dunia. Indah sekali bila takziah tahunan ini dikemas dalam bingkai dzikrul maut. Rasulullah dalam beberapa riwayat beliau menganjurkan ummatnya untuk memperbanyak mengingat mati. Sebuah peristiwa yang pasti akan dialami setiap yang bernafas, tidak hanya manusia. Kullu nasfin dzaiqotul maut…

Tradisi ini perlu dijaga tapi direvisi, di re-niat. Bapak Ibu jangan hanya menyampaikan ke anak, mantu, cucu bahwa ini adalah kuburan Mbah, Eyang, Pakdhu, Budhe atau siapa saja, so mari kita doakan mereka. Namun sampaikan juga bahwa kita semua kan seperti mereka juga. Kita semua akan mati, nyawa akan melayang. Ruh kembali kepada Alloh Swt, raga kembali ke bumi, menyatu lagi dengan tanah. Entah kapan kita kan mati, bisa tahun depan, bisa seminggu lagi, bisa besok pagi atau juga bisa hari ini. Sedang apa kita saat kita mati. Kematian merupakan rahasia Tuhan. Bagusnya bila ada taushiyah singkat saat takziah sehingga mereka tidak sedekar berkunjung, mendoakan akan tetapi juga bertambah iman, bertambah takut pada-Nya. Oia, kalau takut pada Alloh Swt jangan menjauh, tapi mendekat. Kerjakan semua yang disukai Alloh Swt.

Memugar, mengeramik gundukan tanah kuburan juga sebenarnya dilarang oleh islam. Itu tradisi orang Hindu yang perlu diluruskan. Kalau semua kuburan dikeramik, akan banyak orang yang bingung kalau mereka mati dikubur dimana karena kuburan itu ga banyak. Masa dibakar, itu tasyabbuh namanya. Makanya kuburan itu cukup ditandai saja dengan nisan, dibuat data base nya di komputer sehingga 3 atau 5 tahun kedepan bisa diisi ulang. Kan pas tulang belulang itu telah lebur. He he kaya pulsa HP aja. Ya, ini serius, tanah ini terbatas. Belum lagi tanah kuburan yang harus digusur oleh mall, perumahan atau real estate. Jadi inget film Nagabonar Jadi 2.

Dzikrul maut memang tidak harus ke kuburan, tapi bisa dimana saja. Oleh karena itu kita juga sangat dianjurkan untuk ikut melayat orang mati, mulai dari memandikan, menyolati, hingga menguburkannya. Dan kalau kita mau cermat, sebenarnya setiap ada peristiwa kematian itu adalah peringatan bagi kita bahwa suatu saat kita pasti akan seperti itu, diusung, diantar dan didoakan banyak orang. Ada kisah hikmah dari majalah Hidayatullah, suatu saat ada seorang ‘abid, orang sholeh dengan ijin Alloh Swt bisa bercakap dengan malaikat maut saat nyawanya akan dicabut. Orang sholeh itu punya satu permintaan, ia minta dikabari biar bisa bersiap-siap. Malaikat maut menyanggupi. Waktu bergulir tak terasa pekan berganti, bulan berlalu, tahun pun terjadi. Sang pencabut nyawa kembali mendatangi si ‘abid. Si ‘Abid kaget lalu protes sebab selama ini ia tidak diberitahu tanda kedatangan malaikat Izrail.

Berubannya rambutmu, keriputnya kulitmu, kaburnya pandanganmu, melemahnya fisikmu, apakah kau tidak menyadarinya…” Malaikat maut menjawab dengan tenang. Dan satu nyawa pun melayang

Ya, kita sedang menuju mati. Akan tetapi mengapa banyak orang yang tidak sadar ia akan mati. Kenapa yaa? Hanya kematian lah yang bisa mengantarkan kita ke alam keabadian. Silakan pilih; khusnul khotimah atau su ul khotimah. Tentukan pilihan kita sekarang juga ; di surga atau ke neraka. Saatnya memperbanyak bekal pulang pada-Nya.


Yaa Robbiii, yaa khusnil khotimah …

Banjarnegara, 2 Syawwal 1429 H / 2 Oktober 2008


Bhayu Subrata

e-mail : pakbhayu@yahoo.co.id

Kecil-kecil jadi masjid

Kecil-kecil jadi masjid

Ini kisah tentang sebuah musholla yang berdiri 25 meter ke selatan dari rumah ku. Musholla Al-Hudaa tidak terlalu kecil, ya cukup untuk menampung 100an orang. Dulu masyarakat menyebutnya langgar. Musholla ini sudah direhab beberapa kali. Saya menangi (mengalami-pen) musholla ini dengan dinding bambu dan papan. Penarangan yang temaram. Saya juga masih ingat pertama kali lantai tegel hitamnya diganti keramik putih. Di langgar ini juga saya belajar agama, belajar ngaji turutan. Metode baca Al-Qur an yang sekarang kayaknya sudah ga dipakai lagi, berganti dengan metode yang lebih mudah dan cepat seperti Iqro atau Qira’ati. Ya, musholla ini banyak mengisi hari-hari dimasa kecilku. Di musholla ini pula saya dikader, dilatih menjadi orang yang mampu berbicara di depan publik. Jujur, skill dasar itu baru saya rasakan dan sadari betul manfaatnya saat saya remaja.


Saya patut berterima kasih kepada Mas.Waluyo yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya. Jazakallah ahsanal jaza. Tenang, Mas meskipun kini Mas Waluyo sudah tidak mengajari saya dan temen-temen lagi, insya Alloh pahalanya terus mengucur deras ke kantong-kantong amal Mas Waluyo. Sebab ilmu yang bermanfaat adalah amal yang tidak akan terhenti mengucur sampai kapan pun, sebagaimana sabda Sang Nabi Saw. Hebat kan ? Sebuah penghargaan yang amat agung bagi para pemberi ilmu. Waktu itu saya dan temen-temen dilatih untuk menjadi MC kuliah subuh bulan Ramadhan. Keberanian itu perlahan muncul dan menjelma menjadi kebiasaan.


Kembali ke musholla Al-Hudaa. Kini musholla kecil itu menjadi masjid. Tidak ada perubahan dalam fisik, tidak nambah tinggi apalagi melebar atau memanjang. Ajeg. Cuma ganti papan nama saja. Secara nama memang tidak jauh berbeda. Musholla artinya tempat untuk sholat, sedangkan masjid berarti tempat untuk bersujud. Yang membedakan Cuma ukuran, musholla biasanya berukuran kecil dengan daya tampung 75 -100 orang. Sedangkan masjid berukuran besar dan megah dengan daya tampung sangat banyak. Perubahan dari musholla ke masjid memang mudah. Saya kurang faham apakah harus memberitahukan ke Depag atau kemana terkait data musholla dan masjid. Saya kira itu tetap penting.


Kini kurang lebih 3 tahun Masjid Al-Hudaa ada. Oke lah saya bisa memaklumi kalau tidak ada perubahan secara fisik, mungkin karena tidak ada lahan lagi, kanan-kiri rumah, depan dan belakang mentok. Tapi peningkatan kualitas jama’ah itu yang harus ada. Jangan sampai stauts masjid tapi jama’ah musholla. Kalau masih musholla sih ga papa, tapi ini masjid gitu loh. Kualitas jama’ah harus lebih baik donk. Sangat benar tulisan Eep Saefullah Fatah, seorang cendekiawan muda dulu. Beliau mengatakan bahwa membangun masjid itu mudah, yang sulit itu membangun jama’ahnya. Lihat saja, untuk masjid Al-Hudaa seharusnya memiliki dua atau tiga imam sehingga bisa bergantian, ada variasi gitu. Tidak selalu beliau terus, kultus individu tuh ! kasihan kan, memang beliau untung pahalanya numpuk. Tapi tidak sehat bagi jama’ah. Rasulullah Saw saja pernah bergantian mengimami. Untuk Masjid Al-Hudaa kan punya berapa tuh Pak.Haji, insya Alloh bacaannya baik, wong dah ke Mekkah. Digilir saja. Kalau ga mau, dipertanyakan tuh kehajiannya. Menjadi Pak.Haji itu menjadi pemimpin baik di masjid sebagai imam maupun di masyarakat. Itu pelajaran dari leadership Nabi Ibrahim a.s.Terus, pas Ramadhan kemarin saya heran, masa ga ada kuliah tarawih. Bagus sekali kalau ke depan ada pemberdayaan remaja. Jadi dirolling saja. Adik-adik TPA tetap menjadi MC kuliah subuh. Kultumnya ditiadakan tapi dialihkan ke kuliah tarawih. Ini penting bagi perkembangan jiwa anak. Sadari itu wahai para orang tua.


Kemudian, pembinaan pengamalan ibadah para jama’ah juga perlu ditingkatkan. Contoh, banyak jama’ah yang belum faham penting dan wajibnya shaf yang rapat dan lurus. Saya sebenarnya kurang sreg dengan karpet motif sajadah yang sekarang melantai disana. Itu membatasi. Ini shaf saya, kamu geser sana. Waduh ! Banyak yang asal berdiri lalu takbir, tidak melihat shaf kanan atau kirinya. Itung-itung, di shaf putra bisa muat 8-9 orang. Yang putri juga kurang lebih sama, 7-8 orang. Sekali lagi ini penting sebab shaf yang lurus dan rapat merupakan kesempurnaan sholat.Bahkan shaf yang renggang apalagi bolong menjadi jalan godaan syetan. Fahim tum? Imam berhak kok menunda sholat jika shaf belum rapat dan lurus. Imam juga harus tegas mengatur jama’ah, tidak cukup menoleh sambil berucap ‘Sawuu shufufakum…’ akan tetapi lihat kaki mereka, badan para jama’ah. Khalifah Umar Bin Khaththab pernah meluruskan shaf dengan pedangnya.

Cinta dalam ‘Ayat-Ayat Cinta’

Cinta dalam ‘Ayat-Ayat Cinta’
Ayyub

Alhamdulillah, akhirnya bisa juga nonton film yang merupakan visualisasi dari novel fenomenal, best seller karya kang Abik, Ayat-Ayat Cinta. Film yang baru dirilis 28 Februari 2008 kemarin sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop kesayangan Anda. Di Purwokerto,konon tiketnya laris manis bak jagung rebus di alun-alun depan Masjid Agung Baitussalam. Dan menurut pengakuan Bunga (bukan nama sebeneranya), kaya kasus kriminal saja…, terjadi antrean panjang di bisokop bertipe 21. Konon lagi, ga tua, ga muda, semuanya pada nonton. Yaahh, film ini sempat dilampu kuningi oleh ustadz IKADI yang juga DSD PKS Banyumas, untuk tidak ditonton di bioskop. “ yang ga boleh kan di bioskop, di rumah boleh donk” dasar kader bandel !. Baik, sebelum kita nonton bersama-sama, kita simak dulu lagu pembuka kita, Rossa, Ayat-Ayat Cinta…

Film ini buka dengan keakraban antara Fahri, mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia dengan Maria, seorang non muslim yang tidak lain adalah tetangga atas flatnya. Mereka berdua cukup dekat sebagai teman. Fahri yang meminta Maria segera ke flatnya gara-gara file tesisnya kena virus. Adegan lain saat Maria nitip CD dengan imbalan minuman mangga kesukaan Fahri. Adegan lainnya lagi, saat Fahri menelpon Maria untuk menolong Noura yang dianiaya Baaduri, lelaki yang kemudian diketahui bukan ayah kandung Noura.
Cerita berlanjut, di kereta Fahri tampil sebagai seorang hero yang menolong an American yang dipersilakan duduk oleh seorang muslimah bercadar. Ya, Fahri juga menyelamatkan Aisya dari hujatan seorang alim yang fanatik buta dengan keberadaan non muslim di kereta yang mayoritas muslim. Beberapa detik mata Fahri menatap Aisya. Terus setelah si American ngobrol-ngobrol dengan Fahri, dan ternyata ia sedang meneliti Islam, Aisya mengucapkan terima kasih dengan posisi berhadapan. Kembali lagi Fahri menatap mata Aisya.
Maria berhasil menolong Noura sesuai permintaan Fahri, kemudian diungsikan di tempat Nurul, seorang muslimah putri kyai ternama di kampung halaman Fahri. Lihat, bagaimana Fahri meminta tolong pada Nurul. Mereka saling berhadapan, jelas sekali pandangan keduanya tidak ‘dijaga’. Suatu senja Fahri sendiri memandangi tepian sungai Nil. Maria mendekat. Mereka berbincang. Saat menyinggung jodoh yang dianaligikan dengan sungan Nil dengan Mesir. Untuk beberapa detik, pandangan Fahri bertemu dengan Maria. Beruntung Fahri sempat berdzikir lalu meninggalkan Maria. Kacian deh lo …

Akhirnya Noura bisa dipertemukan dengan ortunya. Bahagia sekali. Noura tak kuasa untuk tidak berterima kasih kepada Fahri. Lagi-lagi Fahri menjadi super hero. Noura menyerahkan sesuatu kepada Fahri. Lagi-lagi dengan posisi yang sama ketika Aisya bertemu Fahri. Oia, satu lagi, setelah si American mewancarai Fahri dan menerima tulisanya tentang perempuan dalam Islam. Sambil berpamitan, mata Fahri kembali bertemu dengan mata indah Aisya. Bahkan mungkin saking terpesonanya, Fahri berbalik melihat kepergian Aisya bersama si American.
Catatan pertama film ini adalah : banyak sekali adegan tatap muka, empaaat mataaa! yang sebenarnya bukan aturan main dalam interaksi dengan lawan jenis. Fahri tidak bisa menjaga pandangannya. Gadhul bashor, Fahri… Coba besok saya cek lagi di novelnya, apakah memang seperti itu jalan ceritanya. Sekarang kita lihat lagi filmnya.

Singkat cerita, Fahri melamar Aisya, yang ternyata paman Aisya adalah senior Fahri. Setelah diijinkan melihat wajah Aisya saat khitbah, makin menggelora lah cintanya. Akad nikah pun berlangung meriah dengan mahar sederhana. Nah, setelah ini semuanya halal, jangankan lihat kedua mata bening Aisya, lihat yang lain pun..ga haram ! Jebule, Aisya sugihe pooll, jadi Fahri lah yang diboyong ke villanya Aisya. Imbas dari pernikahan Fahri dengan Aisya cukup fatal, Nurul dan Maria patah hati, benar-benar patah. Keduanya pasti sewot dan tidak mau menyapa Fahri. Nurul meremas foto Fahri yang ia simpan di buku kuliahnya. Maria amat sedih hingga penyakitnya kambuh.. Duuuh, segitunya, orang yang patah hati, sampai patas semangat. Pendek kata, Fahri diincar dan diminati oleh 4 wanita dalam waktu yang hampir bersamaan. Luarrrr biasssa ! Dan dia harus memilih…Okey, kita lanjut filmnya.

Fahri mendadak jadi orang kaya. Tinggal di villa mewah, bahkan kuliah pun diantar dengan mobil istrinya. Beberapa kali terjadi miscom, Aisya ingin menjadi istri yang baik dengan memberikan segalanya pada suami tercinta. Sementara Fahri ingin menjadi kepala rumah tangga yang berwibawa, yang bekerja dan berpenghasilan. Konflik keluarga bermula saat peristiwa sepele, yang tidak dikomunikasikan sebelumnya. Aisya membelikan laptop baru untuk Fahri. Otomatis komputer butut Fahri yang sempet ngadat sudah tidak ada ditempat. Fahri tersinggung. Konflik meninggi saat ortu Nurul datang dan meminta Fahri menikahi Nurul yang sudah lama memendam rasa cinta pada Fahri. Berita ini terdengar oleh Aisya. Mendadak, empat opsir datang dan menangkap Fahri dengan tuduhan memperkosa Noura, wanita yang dulu pernah ditolong Fahri, yang ternyata juga menaruh hati padanya. Puncak konflik tiba, fitnah besar pun melanda Fahri. Fahri didzalimi, dipenjara oleh opsir, dipaksa mengakui perbuatanya. Justru di dalam penjaralah Fahri mendapat banyak pelajaran atas kehidupan selama ini. Di luar sana, Aisya tidak tinggal diam, dia mencari segala cara untuk membebaskan Fahri. Duuh, kaya gini nih istri sejati..he he..
Wah, filmnya makin rame, serame sidangnya kasus pemerkosaan Noura. Para saksi dari keluarga Noura semakin menyudutkan Fahri. Peristiwa yang dijadikan dalih adalah ketika Fahri dan Maria menyelamatkan Noura dari trafficing / atau perdagangan wanita, dan membawanya ke tempat Nurul. Fahri semakin tersudut saat Noura bersaksi palsu. Noura tega menuduh Fahri telah memperkosanya. Dua kunci kasus Fahri, pertama Maria yang belakangan kecelakaan, dan surat cinta Noura yang diberikan sesaat setelah dipertemukan dengan keluarganya. Aisya segera tabayun kepada Nurul, dan Nurul membenarkan cerita Fahri bahwa tidak ada peristiwa lain saat itu. Secepat perangko kilat, Aisya menemui Maria yang terbaring tak berdaya. Maria lah kunci untuk Fahri. Di sanalah Aisya tahu bahwa Maria ternyata sudah lama mencintai Fahri. Buku harian Maria menjadi bukti cinta. Baik, kita nonton lagi saja.

Rupa-rupanya cinta yang sudah menulang, mendarah daging, merasuk dalam jiwa, cieee…pada Fahri yang bertepuk-tepuk sebelah tangan lah yang membuat penyakit Maria bertambah akut. Padahal ia lah kunci untuk bebasnya Fahri. Mau tidak mau Aisya harus berjuang agar Maria sembuh dan bisa bersaksi di pengadilan. Meskipun Aisya berhasil merekam suara Fahri yang bercerita semuanya tentang Maria dan dirinya, belum bisa membuat Maria sadar. Tidak ada cara lain, kecuali menghadirkan Fahri ke ruang rawat Maria. Dan kini Fahri duduk disamping Maria. Ia menyapa dan sejenak Maria tersadar. Fahri menggeleng saat Aisya meminta Fahri mengucapkan bahwa ia akan menikahi Maria. Ya, akhirnya Fahri harus menikahi Maria –atas permintaan Aisya- untuk menyelamatkan nyawa Maria dan sekaligus membebaskannya. Sebuah keputusan yang sangat berat. Hey, jangan nangis donk. Lho..kok macet, piye tho Fan, ..lha piye lagi rame.. Sorri pembaca, ngadat ni kaya komputere Fahri. Coba lompat yaa..

Akhirnya Noura mengaku kalau ia bersaksi palsu. Dan Fahri bebas. Semua itu berkat Maria yang juga hadir dalam persidangan dan mungkin memberikan saksi. Dan.. eng ing eng.. Fahri kini beristri dua alias poligami. Ada saja adegan lucu di film ini. Saat Fahri dipanggil masuk ke kamar Aisya, di saat yang sama Maria nongol dari balik kamar sebelah sambil memanggil “Sayang…” Ada pula wajah cemburu biru Aisya saat melihat Fahri sedang memapah Maria. Maria juga cemburu saat Fahri bercanda dengan jabang bayi yang ada di perut Aisya. Bak bom waktu, kecemburuan itu meledak, Aisya pergi dengan alasan -yang dibuat-buat tentunya-, maklum terbakar api cemburu… Tapi ga usah kuatir, konflik itu cuma sebentar, mereka rukun lagi kok. Satu kata; adil.

Kisah indah ini terus mengalir. Kandungan Aisya semakin tua dan hampir melahirkan. Di saat yang sama, tiba-tiba penyakit Maria kambuh lagi. Akhirnya Maria tak kuat menahan sakitnya. Maut di hadapannya, ia sekarat, dan ingin sholat berjamaah dengan Fahri dan Aisya. Sholat selesai, Maria sudah tak bernafas lagi. Innalillahi wa innalihi raji’un. Bagaimanapun keadaanya, life must go on, Fahri dan Maria pun bersatu melangkah berpadu membangun keluarga SAMARA dengan landasan ayat-ayat cinta. Cihuyy !

6 Maret 2008
Purwokerto Kota Satria
Bergetar hebat Ayat-Ayat Cinta

RISALAH DAKWAH BIL RADIO

RISALAH DAKWAH BIL RADIO
Ayyub


Alhamdulillahi arsala rasulahu bil hudaa wa diinil haq liyudzhirahu ‘aladdini kullihi wa kafa billahi syahiida. Asyhadu anla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah. Rabbishrohli sodri wa yassirli amri wahlul ‘uqdatammillisasi yafqahu qawli. Yaa ayyuhalladzina aamanuttaqullaha wa kuulu qawlan sadiida. Yushlih lakum a’ma lukum wa yaghfirlakum dzunubakum.

Bismillahi, Alhamdulillah kini RIMBAS dan Masjid Agung Baitussalam memiliki sarana baru dalam berdakwah yakni radio komunitas Baitussalam FM. Radio yang bersarang di 107,8 M.Hz ini berawal dari hobbi para remaja masjid yang kemudian ingin dikembangkan sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana yang sudah berulang kali saya sampaikan bahwa dakwah yang baik adalah yang bsia menyesuaikan dengan zaman. Maka pilihan mengembangkan radio hobbi menjadi radio dakwah adalah sebuah keputusan yang sangat tepat. Sangat tepat. Konsekuensinya output radio ini adalah kebenaran (baca: islam) dan ajakan untuk mengambil kebenaran itu dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat 45 para RIMBAS’ers sungguh luar biasa. Pasca launching 17 Juni lalu radio ini terus berbenah , salah satunya karena sebagian besar SDM penyiar belum punya skill yang bagus saat berbicara di depan mic, dalam studio dengan pendengar nun jauh disana Ya, mereka bicara dengan objek yang tidak ada di tempat, tidak satu tempat dengannya. Ada kalanya seseorang yang terbisa ngomong, bicara di depan banyak orang belum tentu bisa siaran. Tapi peluang dia bisa bicara dengan baik dan lancar cukup besar dibandingkan dengan mereka yang tidak terbiasa bicara di depan orang. Sehingga untuk yang terakhir ini, mereka harus latihan berbicara sendiri. Tapi semua iti bisa dipelajari dalam waktu singkat.

Suka duka di masa-masa awal radio ini mengudara terutama bagi para penyiar baru pasti ada. Mungkin malah lebih banyak ‘dukanya’. Selama ini saya terus mengamati perjalanan dan perkembangan skill penyiar. Setidaknya ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan oleh para penyiar, yang ini mesti segera ditindak lanjuti.
Pertama, beberapa penyiar masih belum bisa relaks, santai ketika siaran. Ini skill dasar sebab dengan relaks itu kita bisa berfikir luas, runut dan teratur. Pernah ada yang berbasah keringat kaya habis lari muter alun-alun 5 kali. Ada pula yang gemetar kaya menghadapi rektor. Relax itu fun !, rika kudu bombong, kaya kuwe. Itulah sehat rohani. Baca lagi Standart Oprasional Penyiar. Pastikan Anda dalam kondisi seneng, bebas, tanpa beban, plong ! sebelum siaran. Kalau lagi BT, usahakan refresh.

Kedua, beberapa penyiar belum bisa natural, alami, apa adanya. Suara asli kita jangan dibuat–buat. Natural erat kaitannya dengan relaks. Relaks itu natural baik dalam bertutur kata, gesture atau bahasa tubuh juga perlu diwujudkan. Ya, kaya kita ngomong biasa aja , tidak kaku “Hai gimana kabar? Sehat-sehat saja kan? Apa? sedang sakit, innalillahi, ya sudah Ayyub doain yaa biar cepat sembuh… segera ke dokter yaa. Atau mau nyoba dibekam, Ayyub bisa insya Alloh”. Tapi kita tetap kita punya koridor, rambu-rambu kesopanan. Naturality itu ngerti, peka situasi-kondisi di luar sana. Jangan sampai di luar hujan deras kita bilang, “cerah sekali hari ini, indaaah, pas untuk jalan-jalan”. Gubrak ! Bila kita ingin menggambarkan kondisi sedih ya cara kita ngomong, gaya, mimik, wajah kita yan seperti orang sedih. Pandai-pandailah berekspresi, berinovasi. SOP hanya pedoman umum saja.

Ketiga, beberapa penyiar -terutama yang baru- belum bisa membangun theater of mind atau teater otak dan fikiran. Daya imajinasi, kemampuan berkhayal penyiar harus tinggi dan bagus (baik). Dia bisa berimajinasi sedang berbicara dengan orang banyak sebagaimana ngisi taklim, mentoring ataupun ngobrol dengan temen. Hal ini akan sangat membantu selama siaran. Pagi-pagi biasanya kita lagi ngapain, umumnya sedang apa, nyuci, mandi, belajar dll. Dia bisa menggambarkan dalam pikirannya sedang apa mereka diluar sana.

Keempat, penyiar dan nasyid laksana sekeping uang dinar. Tidak bisa dipisahkan, maka sense of nasyid kita juga harus bagus. Para penyiar harus ngerti tim-tim nasyid, dari aman mereka berasal, berapa album mereka dll. Kemampuan merangkai kata dengan nasyid, mengaitkan antara isi SMS dengan nasyid. Nasyid ini pas di mana? Kapan?

Kelima, beberapa penyiar jarang -saya tidak mengatakan- “malas”, (sudah barusan Yu…) berlatih siaran. Ingat bisa itu karena biasa. Sering-seringlah mendengarkan radio Baitussalam FM dan radio lainnya, sesama radio komunitas maupun komersil. Belajar dari senior dan penyiar lain juga tidak dilarang. Sering-sering saja nongkrong di studio, liat yang lain (sesama ikhwan/ sesama akhwat) siaran juga sangat boleh. Ini bagian dari latihan mandiri (tarbiyah dzatiyah). Latihan mandiri juga berarti penyiar sering nonton tivi, baca koran, majalah dll sehingga wawasannya smakin bertambah, so pas siaran ga ‘macet’, karena kita punya banyak hal yang bisa diomongin.

Akhirnya selamat siaran, yakinlah Alloh Swt akan membalas setiap amal.

LAPORAN JAULAH RIMBAS

LAPORAN JAULAH RIMBAS

Alhamdulillah, saya berkesempatan bisa silaturahim dengan para remaja di kompleks Berkoh, tepatnya belakang Hyundai. Kamis malam kemarin, 17 Juli 2008 lalu saya diminta oleh Mba’ Yuni untuk datang ke acara Yasinan remaja disana. Awalnya saya mau dijemput di depan Hyundai, tapi saya inisiatif nyari sendiri. Setelah sempet nyasar, Alhamdulillah mushollanya ketemu. Kilatan dari cahaya bulan purnama yang menerpa kubah kecil musholla menjadi jawabnya.

Musholla itu sepi, saya tidak melihat ada papan nama seperti musholla lainnya. Pintunya terbuka, dan di dalam gelap. Aku terdiam, gagal...

Assalamu’alaikum, Bu, nuwun sewu, badhe tumut yasinan remaja si teng pundi? tanyaku pada tetangga mosholla.

Ooo, teng nggen daleme Mba’ Asih” Ibu itu lalu mengantarku. Baik sekali.


Saya pun bertemu dengan Pak.Heri. Usianya masih muda. Tutur bicaranya sopan dan berkali-kali merendah. Dia mengajak saya mampir ke rumahnya.

Lah kados niki kahanane Mas.Bayu. Sandale diagem mawon” lagi-lagi merendah saat saya masuk ruang tamunya yang sederhana.

Kinten-kinten lare 30 an, boten kathah. Nek pangkat sedoyo ngantos 40. Nopo malih nek teng musholla Al-Hikmah. Yasinane muter, gantian” Ia juga bercerita tentang Mba’ Yuni, Mba’Lia, dsb.

Ooo sami kalih nggen kulo pas teng Mbanjar Mas. Heri” jawabku berempati.


Sudah jam 8 malam, yasinan siap dimulai. Saya tinggal melangkah 2 meter saja. Saya memasuki rumah dengan tembok luar dan dalam yang sama sekali belum disemen. Masih berupa susunan bata dan semen yang tertata rapi dan kokoh. Sebuah lampu neon menjadi penerang ruangan. Ada 7 remaja plus Mas.Heri dan 7 remaji, termasuk Mba’Asih, shahibul bayt. Saya coba mengingat sebagian nama mereka; Firman, Dedi,Didi, Muslim,...


Ilaa hadhrotin nabiyyil musthofa ... Al-Fathihah.. ” Mas.Heri mengawali surah yg cukup populer itu dengan tahlil 3 kali. Lama juga saya ngga baca surah yang dianggap sebagai jantungnya Al-Qur an.

Tidak saya duga, mereka cukup kompak juga meskipun masih terlalu cepat, tenang, ga sampe 90 km/jam kok, ha ha ! Sekilas saya perhatikan, beberapa remaji cukup lancar membacanya. Cuma Didi yang bacaanya lumayan. Tidak sampai 20 menit, 83 ayat Yaasin selesai dibaca. Seketika minuman teh dan gorengan sebagai jamuan keluar dari persembuyian. Salah satu sunnah Nabi Saw; segera menjamu tamu.


Saya terus disanjung oleh Mas.Heri. Sementara mereka terus merendah. Saya jadi ga enak. Saya memperkenalkan diri secukupnya. Lalu saya bertaushiyah tentang pentingnya ilmu dengan 3 buah cerita. Sengaja saya buat santai, sedikit guyon biar akrab dan ’masuk’. Basysyiru walaa tu’naffiru...

Abu Nawas sholat berjamaah, ditengah sholat dia kentut tapi dia terus sholat sampai selesai.

Hey Abu, sholat mu batal, kau kentut,tidak sah” protes para jama’ah selepas salam

Batal gimana, wong saya tadi ngga wudhu”


Mas. Bayu kan sibuk, terserah Mas Bayu mau seminggu sekali, atau sebulan sekali juga ga papa. Kami disini akan sangat senang ” ujar Mas. Heri minta saya bisa sering datang.

Insya Alloh Mas, saya bicarakan dengan temen-temen dulu”. Persis jam 21.00 saya pamit dg menyimpan satu nama plus nomor HPnya; Muslim-085 2910 30 770, mahasiswa STIE Satria dan –katanya- penyiar SATRIA FM. Sip lah...



REKOMENDASI bwt RIMBAS & JPRMI

Mereka cukup potensial; remaja, semangat, di dalam kota, deket. Eman-eman kalo ga digarap...

  1. Siapkan kader ikhwan yang bisa ngisi minim dua pekan sekali. Syukur2 sepekan sekali. Nek saya paling sebulan sekali, coz malam Jum’at juga ada agenda, tapi saya mo coba geser.

  2. Susun schedulle pembinaan disana, misal Mabit & Rihlah 2 bulan sekali, Training 1 bulan sekali, dll

  3. Perlahan-lahan undang dan libatkan mereka dalam kegiatan RIMBAS.

  4. Bergabunglah dalam Program Sedekah 1 Juta Al-Ma’tsurat. Nasyrul Fikrah lho...

  5. Insya Alloh satu titik jaringan terbentuk di kawasan Berkoh. Allohu Akbar !!!



Akhukum fii sabilildda’wah

Bhayu Subrata alias Ayyub Shalahuddin alias Bratasena

Masyarakat muslim, masyarakat terbaik

Masyarakat muslim, masyarakat terbaik
(sebuah blue print visi keummatan)

Bhayu ’ayyub’ Subrataa

Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia(QS. Ali-’Imran:110)

Masyarakat muslim, sebuah model
Dalam buku ini banyak kutipan tulisan ulama dunia Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, Muhammad Al-Ghazali, Sayyid Sabiq, Said Hawwa dan DR. Yusuf Al-Qaradhawi. Saya jadi ’curiga’ Muhammad Abdullah Al-Khatib adalah fans berat Al-Ikhwanul Al-Muslimin, sebuah pergerakan islam modern yang menjadi rujukan di lebih 70 negara. Buku ini layak disebut sebagai blue print atau cetak biru model masyarakat yang ingin dibentuk oleh islam. Siapapun yang ingin mengetahui gambaran, bentuk masyarakat islami, baca saja buku ini. Buku ini berisi 10 bab dan setiap bab-nya mewakili satu karakter penting dari masyarakat muslim itu sendiri.
Statement bahwa masyarakat islam adalah universal mengawali bab 1. Sebuah klaim yang lumrah sebagaimana kita pahami satu karakteristik agama ini; ’alamiyah (universalitas). Keuniversalan agama ini lebih valid ada di QS. As-Saba [34]: 28 dan QS. Al-Qalam [68] : 52. Maka karakteristrik masyakarat islam juga harus selaras dengan karakter islami itu sendiri.Begitu pula karakter,sifat individu muslim.
Namun merupakan masyarakat yang inklusif, terbuka untuk semua manusia, tanpa memandang ras, warna kulit, dan bahasa. Bahkan tanpa memandang agama dan keyakinan. (Hal. 14)

Islam for all itu lah slogan yang sering kita dengar. Masyarakat islam ada untuk semua manusia seperti yang pernah ada di zaman Rasulullah Saw yakni masyarakat madinah adalah suatu sistem kemasyarakatan yang bisa menerima dan diterima siapa pun, golongan, bangsa, suku, kaum, agama dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan Rasulullah Muhamamd Saw. Masyarakat madinah oleh kalangan Barat sering disebut civil society atau masyarakat heterogen yang berperadaban, modern. Aturan-aturan (syariat) islam berlaku total disana. Subhanallah... (opini pembedah)

Ini berkaitan erat dengan akidah. DR. Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan bahwa sesungguhnya asas pertama kali yang tegak diatasnya masyarakat Islam adalah aqidah, itulah aqidah Islam. Maka tugas masyarakat yang pertama adalah memelihara aqidah, menjaga dan memperkuat serta memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia.

Bab II dibuka dengan –lagi-lagi- tulisan Hasan Al-Banna dalam Risalatutta’lim. Bab ini banyak membeberkan peran akidah islamiyah dalam masyarakat. Akidah yang dipahami sebagai ’ikatan yang kuat’/sesuatu yang mengikat akan mempengaruhi secara positif pada diri individu. Diantaranya kisah perang Uhud, perang Mu’tah, pasukan Thalut. Tidak hanya pengaruh ruhiyah, melainkan juga pengaruh kemanusiaan, heroisme (kepahlawanan), mengikis fanatisme (ashobiyah). Peran akidah yang lebih kentara adalah akidah ini membentuk ummatan wahidah (ummat yang satu)
Akidah dan keimanan laksana dua sisi dalam sekeping mata uang dinar. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Akidah akan mempengaruhi positif terhadap individu, keluarga dan masyarakat dan diterapkan/ diamalkan dalam kehidupan dalam bentuk menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya
Akidah ini juga membuat kaum muslimin sebagai satu ummat dan sebuah keluarga yang bernaung di bawah panji islam. Yang dekat bersimpati kepada yang jauh, memperhatikan kondisinya, dan mendengarkan keluhannya, serta senantiasa menyertainya baik dalam suka maupun duka.(hal. 29)

Bab III berjudul masyarakat unggul. Bab ini menjabarkan keunggulan masyarakat islam diantara model yang lain, diantaranya, ia memiliki sistem yang bersumber dari Pencipta makhluk termasuk manusia, Pemelihara alam semesta, sistem yang sempurna, integral (ipoleksosbudhankamkum). Ia juga masyarakat yang memiliki solidaritas yang amat tinggi (ukhuwah islamiyah). Keunggulan masyarakat ini diulas pula di Bab IV dan V antara lain masyarakat yang berkeadilan dan bersaudara. Keadilan dalam masyarakat islam ada pada interaksi muslim dengan non muslim, keadilan juga ada dalam pelaksanaan pemerintahan islam. Tentang persaudaraan dijelaskan detail yakni hak-hak bersaudara, antara lain hak dalam harta, jiwa, dsb. Dengan dasar QS.Al-Hujurat : 13 yang menyebutkan bahwa semua sama, yang termulia adalah yang bertaqwa maka kisah epik ukhuwah di era sahabat pun dilampirkan sebagai bukti sejarah.
Keunggulan sistem ini sudah terbukti dan teruji di zaman Rasulullah Saw, khuala rasyidin dan para tabi’in. Dan akan kembali terbukti dan perlu diuji di masa mendatang. Saya menyebutnya sistemic society atau masyarakat yang tersistem, luar dalam. Sistem yang mengatur segalanya, mulai hal pribadi hingga publik. (opini pembedah)

Bab VI mengupas satu sunnah Nabi Saw yang paling asyik kita bicarakan, ya, menikah dan berkeluarga. Masyarakat keluarga muslim yang inheren, begitulah judul bab ini. Bagian ini menjelaskan urgensi/ pentingnya berkeluarga, urgensi keluarga dalam masyarakat muslim. Ada pula penjabaran tujuan berkeluarga. Tertarik ? pasti ! Bab VII bertuliskan masyarakat yang senantiasa terjaga dan bangkit. Isinya banyak dijelaskan tentang kewaspasdaan terhadap anak, istri, kepada dosa dll. Kembali kisah-kisah apik seputar kewaspadaan para shahabat dijelaskan.
Rasulullah Saw adalah perencana terbaik, pemimpin yang visioner. Contohnya strategi formasi pasukan pada perang Uhud > penempatan para sniper / pasukan pemanah. Pembangunan masjid juga didesain agar tidak hanya menjadi tempat ibadah saja. Strategi hijrah dll. (opini pembedah)
Masyarakat yang memahami urgensi perencanaan, menjadi judul bab berikutnya. Di bab VII ini banyak diulas aspek perencanaan. Dengan mengutip kisah nabi yang ganteng Yusuf a.s saat berhasil menakwilkan mimpi sang raja yang kemudian dirumuskan menjadi tahapan planning menjelang masa paceklik.

Masyarakat yang berjihad, menjadi judul bab IX yang membahas tuntas semua hal tentang jihad fii sabilillah. Mulai dari pengertian, derajat, tujuan hingga etika jihad. Lagi-lagi kisah mujahidin dan para syuhada menjadi penyemangat dalam bab ini karena para mujahidin pasti akan berjaya; menang itu berjaya, syahid juga.
Dalam konteks masyarakat muslim, berjihad adalah menjaga eksistensi/ keberadaan masyarakat dan mempertahankan kedaulatan masyarakat dan kehormatan agama. Menurut Sayyid Quthb dalam Petunjuk Jalan, berjihad itu tidak defensif (reaktif) akan tetapi offensif (proaktif) sehingga menyebarluaskan islam dan berdakwah juga termasuk berjihad. (opini pembedah)

Bab terakhir, bab X mencoba membredel kegagalan model masyarakat selain model islam seperti masyarakat komunis Uni Soviet yang runtuh dan terpecah menjadi negara-negara kecil. Ternyata hal itu juga menimpa ummat islam. Tahun 1924 khilafah Turki Utsmani hancur oleh rezim sekuler. Hal yang menyebabkan itu diulas disini, meskipun tidak banyak. Yang utama adalah meninggalkan Al-Qur an dan Sunnah. Akhirnya penulis menutup dengan 3 penopang terbentuknya masyarakat muslim, Pertama, Keadilan. Kedua, memelihara kemaslahatan. Ketiga, Musyawarah.

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi juga memiliki pandangan yang kurang lebih sama dengan M.A. Al-Khatib, terutama dalam hal akidah masyarakat islam. Yaitu :
Inilah aqidah yang tegak di atasnya masyarakat Islam. yaitu aqidah "Laa ilaaha illallah Muhammadan Rasuulullah." Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut di dalam akal maupun hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut dan berusaha menghalau pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Ia juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan (melalui) alat komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti puisi. prosa, kisah-kisah dan teater.
Bukanlah yang dimaksud membangun masyarakat Islam di atas dasar aqidah Islamiyah adalah dengan memaksa orang-orang non Muslim untuk meninggalkan aqidah mereka. Sejarah telah membuktikan bahwa sesungguhnya masyarakat Islam pada masa-masa keemasannya adalah masyarakat yang paling toleran terhadap para penentangnya dalam aqidah. Fakta ini diperkuat oleh banyak pernyataan kesaksian orang-orang di luar islam sendiri.

Maksud dari tegaknya masyarakat, di atas aqidah Islam adalah bahwa masyarakat Islam itu bukanlah masyarakat yang terlepas dari segala ikatan, tetapi masyarakat yang komitmen dengan aqidah Islam. bukan masyarakat penyembah berhala, dan bukan masyarakat Yahudi atau Nasrani, bukan pula masyarakat liberal atau masyarakat Sosialis Marxisme, tetapi ia adalah masyarakat yang bertumpu pada aqidah tauhid atau aqidah Islam, di mana aqidah Islam itu selalu tinggi dan tidak ada yang menandingi. Islam tidak menerima jika kalian berada di masyarakat sementara kalian tidak berperan apa pun, dan tidak rela mengganti aqidah yang lain dengan aqidah Islamnya, sehingga bisa meluruskan pandangan manusia terhadap Allah, manusia, alam semesta dan kehidupan
Lebih jauh ulama dunia asal Qatar ini menjelaskan bahwa pilar yang kedua sebagai asas tegaknya masyarakat Islam setelah aqidah adalah berbagai syiar atau peribadatan yang telah diwajibkan oleh Allah bagi kaum Muslim in. Dan Allah telah membebankan kepada mereka untuk melaksanakannya sebagai media untuk bertaqarrub kepada-Nya. Dan sebagai realisasi dari hakekat keimanan mereka dan keyakinan mereka untuk bertemu dan memperoleh hisab-Nya. Hal tersebut adalah shalat, zakat, puasa dan haji. Kemudian beliau menambahkan amar ma’ruf nahi munkar.

Terkait dengan masyarakat yang ungggul, artinya ia mempunyai kelebihan dengan model yang lain, murid Hasan Al-Banna ini menjelaskan lagi bahwa sebagaimana masyarakat Islam itu berbeda (memiliki ciri khas) dengan aqidah dan ibadahnya, ia juga memiliki keistimewaan dengan pemikiran (fikrah) dan sistem nilainya. Masyarakat Islam diwarnai oleh pemikiran dan pemahaman yang menentukan pandangannya terhadap segala persoalan, peristiwa, tingkah laku seseorang, nilai dan hubungan. Masyarakat Islam menentukan ini semuanya dari sudut pandang Islam, mereka tidak mengambil hukum kecuali dari sumber referensi Islam yang bersih dan jernih dari kotoran-kotoran dan penambahan-penambahan, sebagai akibat dari rusaknya zaman. Sumber yang bersih itulah yang mampu menangkal pemikiran yang ekstrim dan pemikiran yang cenderung kendor, penyimpangan orang-orang yang membuat kebatilan dan penakwilan orang-orang yang bodoh.
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diliputi oleh perasaan dendam (dengki), karena perasaan itu muncul mungkin akibat kezhaliman sosial dan perlakuan buruk sebagian orang terhadap sebagian yang lainnya, cara seperti ini tidak diakui oleh Islam tentang keberadaannya dalam masyarakatnya, atau mungkin akibat dari faktor luar yang berusaha membagi masyarakat menjadi beberapa tingkatan, dan menyulut api pertarungan antar kelompok, buruh dan petani adalah dimanja secara zhahir, meskipun sebenamya mereka itu hanya alat yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan syetan yang jahat. Adapun kelompok yang lainnya seperti para pedagang, cendekiawan, mahasiswa dan para karyawan yang beraneka ragam, mereka adalah kelompok Borjuisme yang dilaknat (dibenci) dan yang hidup dalam tingkatan yang kedua, jika masih diperbolehkan untuk tetap ada. Ini semua tidak diakui oleh Islam, karena Islam menanamkan bahwa hasud dan permusuhan sebagai penyakit ummat,

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang lebih mengutamakan fanatisme nasionalis atau kebangsaan atas persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah), sehingga seorang Muslim mengatakan, "Tanah airku sebelum agamaku," atau seorang Muslim Arab berkata, "Ke-Arab-anku sebelum Islamku," atau seorang Muslim India atau Persi, Nigeria, atau Somalia berkata, "Kebangsaanku sebelum aqidahku
Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang memusuhi kaum Muslimin dan mencintai musuh-musuh Islam, atau menyamakan antara kaum Muslimin dengan orang-orang musyrik atau orang-orang kafir dalam mu'amalah (pergaulan), perasaan wala' (cinta) terhadap Islam dan ummatnya itulah yang mengarahkan masyarakat Islam, demikian juga perasaan benci terhadap musuh-musuh Islam yang membuat tipu daya terhadap pengikutnya dan yang menghambat dari jalannya sehingga dapat memperkokoh tali iman cinta karena Allah, benci karena Allah, mencintai karena Allah dan memusuhi karena Allah.

Di dalam masyarakat Islam secara internasional bahwa setiap Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya (minimal secara konsepsi) apa pun bahasanya, asalnya, keturunannya, setanah air, satu bahasa dan satu keturunan, tetapi tidak memiliki aqidah yang sama, sampai seorang Muslim itu menolak hubungan dengan para pendahulu nenek moyangnya pada masa-masa jahiliyah, karena la tidak merasa bahwa antara dir~nya dengan mereka itu ada ikatan dan identitas aqidah atau hubungan rohani. Dengan demikian maka ketika kaum Muslimin tidak atau kurang memperhatikan ilmu sejarah kuno atau peninggalan-peninggalan masa lalu itu bukan berarti bahwa kaum Muslimin itu bodoh atau tidak mampu memahami pentingnya ilmu ini, tidak, bahkan sebaliknya mereka adalah kaum yang memiliki peradaban yang tinggi, dan memliki perasaan yang kuat dan luar biasa terhadap sejarah dan kedudukan mereka dalam sejarah itu. Hanya karena sejarah kaum Muslimin itu dimulai sejak munculnya Islam, orang-orang salaf mereka yang shalih, mereka itulah permulaan kaum Muslimin, di sisi kiblat Islam, di jantung jazirah Arab. Sementara orang-orang Mesir dahulu yang musyrik, orang-orang Babilonia dan juga selain mereka dari ummat masa lalu, mereka adalah asing dan dianggap jauh dengan mereka, meskipun mempunyai hubungan darah dan tanah.". Lebih lengkap baca saja e-book beliau yang berjudul Sistem masyarakat islam dalam Al-Qur an dan As-Sunnah atau baca bukunya ‘Anatomi Masyarakat Muslim’. Walhamdulillah, wallahu A’lam.

Optimalisasi Dakwah via Radio

Optimalisasi Dakwah via Radio
Bhayu Subrata

Misi : Dakwah
Sebelum kita bicara banyak tentang radio dakwah, maka kita perlu memahami dulu apa itu dakwah. Dakwah adalah sebuah aktivitas yang menyeru, mengajak, memotivasi manusia kepada Alloh Swt dengan bijaksana / hikmah, dialogis dan keteladanan (QS.16: 125), yang mengentaskan manusia dari jurang kejahiliyahan menuju puncak cahaya Al-Islam. Ibu kita Kartini sering menyebutnya dengan istilah ‘habis gelap terbitlah terang’. Pelaku dakwah sering disebut da’i., muballigh, ustadz/ ustadzah, kyai, pak.haji dan lain-lain. Pendek kata dakwah adalah sebuah upaya agar manusia bisa memeluk islam dan melaksanakan semua ajarannya secara total, kaffah. Dakwah adalah aktivitas yang dilakoni oleh para nabi dan rasul sejak Nabi Adam a.s hingga Nabi Muhammad Saw. Sebuah mata rantai dari proyek raksasa yang tidak terputus hingga akhir jaman nanti.Ya, kita adalah generasi penerus yang melanjutkan tongkat estafet dakwah ini.

Radio hanyalah alat
DR. Irwan Prayitno pernah mengatakan bahwa dakwah yang baik adalah yang mampu menyesuaikan dengan kondisi zaman / up to date. Maka penggunaan media / alat / instrumen dalam berdakwah juga terus mengalami perubahan. Selalu ada variasi dalam hal media dakwah. Konon Wali Songo pernah memakai pendekatan budaya dengan memanfaatkan tradisi Jawa yang disisipi nilai-nilai islam.
Zaman terus berganti, seiring dengan kemajuan pemikiran manusia, maka para da’i pun cepat beradaptasi. Mulai di alam nyata sampai alam maya. Mulai media cetak seperti buletin, koran, tabloid, dan buku dsb, hingga radio, televisi bahkan situs internet.. Saat ini semakin marak media dakwah kontemporer yang dengannya islam semakin mudah dikenal, dipahami dan dilaksanakan.
Memang salah satu alasan penggunaan media adalah supaya dakwah ini lebih mudah diterima, lebih cepat sampai ke masyarakat. Singkatnya, agar lebih efektif dan efisien. Setuju ? Di sisi lain, pihak-pihak yang memusuhi islam terus berupaya menghadang laju islam bahkan menghancurkannya dengan berbagai cara. Saat ini mereka sudah menggunakan cara/media yang canggih. Ini juga menjadi satu alasan lagi mengapa kita menggunakan media/ alat baru dalam berdakwah.

Optimalisasi Radio Dakwah
Jumlah radio dakwah di Purwokerto belum bisa dikatakan banyak, dan rata-rata berstatus radio komunitas (rakom). Sebuah format radio yang segmentasinya sangat terbatas yakni anggota komunitasnya saja. Sebut saja Baitussalam 107,8 FM, MAFAZA 96,7 FM, Al-Faruq FM, Radio Dakwah Muhammadiyah (RDM) Sokaraja dll. Dan setahu saya belum ada radio dakwah yang komersil atau radio swasta yang bermisi dakwah di kota kripik ini. Baik rakom maupun radio komersil mempunyai kelebihan dan kekurangan, aturan main dsb.
Siapa saja boleh mendirikan radio. Apalagi rakom, selain biaya lebih murah, perawatannya juga mudah, meskipun coverage nya amat terbatas. Sebagai radio dakwah maka dakwah lah yang menjadi ruh/spirit, programnya, penyiarnya, musiknya, promo dsb. Semuanya itu tidak boleh keluar dari adab islami, dari koridor syariat islam. Komitmen dan kesungguhan dari management dan penyiar juga perlu diperhatikan, karena rata-rata radio dakwah belum ada sistem reward berupa upah/ gaji. ”Yang nggaji kita Alloh Swt ”, jawab mereka suatu hari.
Sebuah radio dakwah –sebagaimana alat dakwah lainnya- harus dimenej sebaik mungkin, semenarik mungkin sehingga masyarakat/pendengar bisa merasakan manfaatnya. Selain program on air, biasanya ada pula program off air, dimana ada jumpa darat/ temu pendengar yang bisa berbentuk kajian, bedah buku, konser nasyid, nonton film islami, peduli gempa, dll. Selain untuk menjalin ukhuwah islamiyah, acara off air juga bisa dijadikan parameter jumlah listeners. Wallohu a’lam.

Akhirnya SAHABAT MUSLIM, selamat menyimak radio dakwah milik ummat, 107,8 Baitussalam FM.

Didik Diri di Bulan Suci

Didik Diri di Bulan Suci

Marhaban yaa syahrul shiyaami…Marhaban yaa syahrul qiyaami…Ramadhan adalah bulan yang sangat dimuliakan Alloh Swt dan Rasulullah Muhammad Saw. Di bulan ini seluruh ummat muslim di dunia bersama-sama dalam waktu yang sama, melakukan sebuah ibadah kolosal, ibadah raksasa yang dahsyat ! Lebih dari 1 milyar manusia -yang ditakdirkan menjadi khairu ummat­- menjalani sebuah bentuk peribadatan yang multidimensi ; dimensi rohani dan jasmani, fisik dan psikis, bahkan dunia dan akhirat. Allohu akbar wa lillahil hamdu. Ya, Ramadhan ada dan hadir untuk kita, manusia.

Kekhususan dan keistimewaan bulan Ramadhan

Mari kita memperkuat ingatan kita tentang syahrul mubarak, bulan yang penuh keberkahan ini sehingga kita akan lebih mantap, bersemangat dan ikhlas dalam menunaikannya. Amiin taqabbal yaa karim.

1. Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Kita sangat hafal dengan ayat ini "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa "(Al-Baqarah : 183). Simak juga hadits Arba’in Imam An-Nawawi ke-3 yakni Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul Haram." (HR.Bukhari dan Muslim).

2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Syahrul Qur an itu salah satu julukan bulan ini. Mari kita resapi makna QS.Al-Baqarah [2]: 185 berikut ini “ Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. Maka sangat lumrah jika salah satu ibadah unggulan di bulan ini adalah tilawah atau tadarus Al-Qur an. Insya Allah kita siap khatam minimal satu kali. Sepakat.

3. Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi, para sahabat dan khulafaur rasyidin. Kembali lagi junjungan kita bersabda "Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih). Mari kita hidupkan masjid, musholla kita dengan tarawih.

4. Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do'a dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Qudwatuna bersabda dengan bijak : "Barangsiapa mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih). Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya. Semoga Alloh menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do'a kita.

Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Alloh Swt telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya. "Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan saat berjumpa dengan Tuhan. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih). Akhirnya kita termotivasi dengan,"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orang-orang yang diterima amalnya dan beruntung. Namun masih ada sebagian orang yang berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Maka seyogyanya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, dzikir, do'a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Alloh, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan. Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api neraka. Keutamaan lain dari Ramadhan, bersabda sang insan mulia, "Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke shalat Jum'at lainnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan." (HR.Muslim). Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan.

D2: Didik Diri

Rangkaian ibadah yang kita lakukan sehari semalam selama 29/ 30 hari ini pada hakikatnya adalah sebuah pendidikan. Maka wajar ketika kita juga menjuluki Ramadhan sebagai syahruttarbiyah. Ya, bulan pendidikan, selama satu bulan penuh Alloh Swt mendidik kita, ummat-Nya dengan shaum, sholat tarawih, tilawah Al-Qur an, dan amal-amal kebaikan yang bernilai ibadah dan berpahala. Kita masuk dalam sistem diklat super hebat yang insya Alloh membuat kita berdaya, berharga dan selamat di dunia akhirat. Ibarat kita mengikuti fitness centre, di dalam sana terdapat banyak perangkat, sarana, peralatan yang akan mendukung kita bisa menjadi seorang yang sehat, kuat sekaligus keren. Mau ? Secara pribadi, setiap muslim mengikuti program D2 atau Didik Diri dengan materi wajib puasa, tadarus, tarawih, infaq-sedekah dll. Di saat yang sama, kita memiliki kemampuan mengendalikan diri (self control) yang bagus. Kita bisa mengendalikan hawa nafsu keduniaan kita, semua panca indra kita dan mengarahkanya pada jalan yang diridhoi Alloh Swt. Kita juga dilatih mengutamakan yang haq dan membuang yang bathil. Kita menomorsatukan akhirat daripada dunia. Orientasi selama Ramadhan adalah Alloh Swt saja. Tiada yang lain. Cukup bagiku Alloh, kata Opick. Jiwa-jiwa kita bersih dengan Ramadhan. Tujuan hidup kita jelas dengan Ramadhan. Ikhtiar kita bermakna dan sempurna dengan Ramadhan.Namun bukan berarti kita meninggalkan aktivitas keduniaan seperti bekerja, karena bekerja juga ibadah. Kita juga menjadi lebih sehat dengan berpuasa, shuumu tasihhu, itulah janji Abul Qasim. Buktiin rame-rame… Kepedulian, kepekaan dan solidaritas sosial kita juga terasah di sini. Kita disadarkan bahwa lapar dan dahaga itu tidak enak sehingga kita bisa berempati, merasakan saudara-saudara kita yang kehidupannya belum layak. Kita juga disadarkan bahwa makan dan minum itu enak dan nikmat sesuap nasi dan seteguk air. Rasulullah Saw pula yang menganjurkan kita supaya gemar memberi makan orang yang berpuasa sebab pahalanya sangat besar. Itulah satu bentuk syukur kita.

Rasulullah Muhammad Saw adalah sebaik-baik teladan dalam segala hal, termasuk dalam berpuasa sehingga petunjuk puasa dari Nabi Saw adalah petunjuk yang paling sempurna, paling cocok, serta paling mudah penerapannya. Di antara petunjuk puasa dari beliau pada bulan Ramadhan ini, antara lain : memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca Al-Qur'anul Karim, shalat, dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain. Nabi Saw menyegerakan berbuka. Beliau makan sahur dan mengakhirkannya. Nabi' Saw melarang orang yang berpuasa dari berucap kotor, keji dan caci-maki. Beliau juga bersiwak dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan puasa.

Akhirnya, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, semoga Alloh Swt meridoi setiap amal kita dan menerimanya sebagai ibadah yang berpahala surga. Amiin taqabbal yaa kariim. (ayyub)